2. Big Project

229 32 2
                                    

"Pak Sunghoon, ini berkas-berkas yang Anda minta."

Sunghoon meraih beberapa tumpuk map berisi berkas-berkas yang diberikan oleh Jake. membuka satu persatu berkas tersebut, dan menelisiknya dengan teliti.

"Dua tahun, tapi keuntungan perusahaan cuman naik sebanyak ini? Kurang dari 25%?" Sunghoon berdecak pelan, kemudian melempar pelan berkasnya. Ia lantas menatap Jake.

"Siapa yang pegang perusahaan dua tahun itu?"

Jake menyerahkan satu berkas lagi pada Sunghoon. "Presdir Gi Yunseok."
Sunghoon kembali menelisik berkas itu. Membuka lembar demi lembar halaman di dalamnya. Membaca tanpa melewatkan satu kata pun.

"Beliau ditunjuk karena ketua pimpinan harus pergi berobat di Jerman empat tahun lalu. Di kuartal pertama hingga kedua tahun Pak Gi Yunseok memimpin, keuntungan perusahaan bisa dikatakan stabil. Bahkan keuntungan naik hampir 40%." Jelas Jake.

"Berikutnya?"

"Ada kecurigaan Pak Gi Yunseok melakukan penggelapan dana. Namun saat diperiksa tak ada jejak apapun yang memberatkan kecurigaan tersebut. Tapi Karena tak ingin perusahaan mengalami penurunan keuntungan lagi, presdir Gi akhirnya di PHK."

Sunghoon menutup berkas tersebut. Lagi-lagi, berkas itu dilempar ke tempat yang sama seperti berkas sebelumnya. ia memijat pangkal hidungnya.

"Pantes kakek mau saya pulang lebih awal dan mimpin perusahaan."

Jake tersenyum kecil. "Benar. Karena jika bukan Anda, tak ada yang bisa memimpin perusahaan dengan baik."

"Jay gimana?" Tanya Sunghoon. Sudah lama juga rasanya ia tak mendengar kabar sepupunya itu. Terakhir mereka bertukar kabar jika tak salah adalah 5 atau 6 tahun yang lalu. Saat awal-awal Sunghoon tinggal di Amerika.

"Pak Jay menolak untuk meneruskan perusahan. Beliau lebih menyukai menjalankan usaha restorannya." Jawab Jake.

Sunghoon menegapkan badannya dan membuka laptopnya. Sudah cukup rasa pusingnya karena berkas laporan perusahaan dua tahun kebelakang. Pekerjaannya yang lain masih sangat banyak dan lebih penting dari hal itu. Ia akan mengurus mantan presiden direktur itu nanti.

"Pak Sunghoon. Anda harus menghadiri acara pelantikan Anda siang ini. Anda tidak lupa, bukan?" Jake menyahut cepat, menghentikan pergerakan Sunghoon yang bersiap-siap akan mengerjakan sesuatu. Padahal dirinya sudah mengingatkan sang atasan jika ada acara yang harus dihadirinya.

"Ah. Acara itu." Sunghoon mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Ia hampir lupa dengan acara pelantikan yang sudah disiapkan oleh kakeknya.

"Kamu yang wakilkan saya. Saya ada janji dengan teman saya." Ucap Sunghoon dengan santai, lalu kembali terfokus pada laptopnya.

"Tapi Pak Hyungsik sudah mewanti-wanti Anda untuk hadir." Ucap Jake.

"Bilang aja saya ada keperluan yang gak bisa di tinggal. Bisa, 'kan?" Balas Sunghoon.

Sunghoon paling berada di keramaian, terlebih dengan para wartawan.

Maka dari itu, Sunghoon lebih memilih menyibukkan jadwalnya hari ini, agar ia tak perlu menghadiri upacara pelantikan itu dan berurusan dengan para pemburu berita itu.

"Pak–"

"Stt! Kata sambutannya sudah saya kirimkan ke email kamu. Nanti kamu sampaikan sesuai dengan yang saya kirim."

"So, sekretaris Shim. Saya percaya kamu bisa mengerjakan hal itu. Fighting!" Sunghoon tersenyum dengan manis sembari mengepalkan kedua tangannya untuk memberi semangat pada Jake. Dan detik berikutnya, raut wajahnya kembali menjadi datar dan berfokus sepenuhnya pada laptop.

My Business Proposal • Sunsun - On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang