9 ETERNITY • 27

135 51 0
                                        

Pintu kulkas itu sudah hampir 10 menit Dewa buka dan ia duduk di depan kulkas itu, sepertinya lelah karena Dewa tak kunjung menutup pintunya, jika di lihat oleh Ibunya Dewa pasti akan di ceramahi karena membiarkan kulkas itu terbuka lama, ia terus saja bergelayut sambil memperhatikan makanan-makanan di dalamnya.

Ntahlah belakangan ini hidup Dewa seperti tidak ada semangatnya. Badannya pun seakan tidak bertulang.

"Pusing gue."

"Pengen mising tapi ni taik ngga keluar-keluar."

"Akhh, sialan." omelnya mengacak-acak rambutnya sendiri. Seharian ini yang Dewa lakukan hanya marah-marah saja.

Dan secara tiba-tiba Tama sudah berdiri di samping Dewa. "Makan Kates  banyak-banyak,"

"Supaya taiknya lancar."

"Jangan tololnya dilancarin," ujar Tama yang ntah datang lewat mana, Dewa hampir saja melompat dari tempatmya karena terkejut.

"Nggak mood," balas Dewa tak acuh. Ia lalu menutup pintu kulkas dan hendak betanjak dari tempat sebelumnya.

"Emang gitu kalo baru putus cinta. Rasanya gambar semua, pengennya loncat dari atas tebing kan?" Tama nyeletuk lagi.

Dewa berhenti berjalan dan berbalik arah melihat sang ayah. "Tolol banget terjun dari atas tebing karena hal begituan,"

"Iya, kamu persis kayak pipa rucika."

"Tololnya mengalir sampai jauhh~" bernada. Tama membuat Dewa naik pitam.

Langsung saja, Dewa melepas sendal rumahnya dan melempar ke arah Tama yang sudah berlari dan menyumput di balik tembok.

"Emang kampret ya punya bapak gini."

Sedangkan Tama malah tertawa ngakak dibalik tembok sembari melahap laukan timun.

Dewa kesal karena memang Tama yang sengaja menyindir anaknya karena ia tidak sengaja mendengar Dewa berbicara sendiri di atap kamar.

Cowok itu berdiri sambil meminum susu kotak disana, meratapi nasib. "Terus gue harus ngapain?"

"Emang bener, jatuh cinta itu sangat sulit."

"Gue harus cari tau gimana lagi tentang Hazel?"

"Nggak dapet apa-apa." Omelnya sendiri.

"Ck." Cowok itu mendecak dan melempar sembarang kotak susu itu ke bawah. Ia memperhatikan kotak itu terjun kebawah dengan bebas. "Apa gue terjun dari gedung aja ya, males banget gue hidup."

Nahh, seperti itulah kilas balik dari terjadi pada Dewa. Itulah kenapa cowok itu marah, saat Tama membiarkan hal itu.

***

Lauren menggenggam ponselnya, sudah berkali-kali ia menelpon Dewa tapi tetap tidak diangkat oleh cowok itu. Lauren mendecak kesal. "Beneran nih gue dicuekin lagi?"

"Emang kemaren sefatal itu kah kesalahan gue?"

"Lo nggak tau apa kalo gue cintanya cuman sama lo Dewa."

"Harunya lo ngerti, lo harunya balas perasaan gue," ucapnya mengomel sendiri di dalam mobil. Saat ini sedang menuju ke rumah Dewa, tidak peduli jika Dewa memarahinya nanti.

Gadis itu menolehkan kepalanya ketika gang rumah Dewa terlihat di depan mata. Dan saat mobil Lauren sudah berada depan rumah Dewa, cewek itu melihat Dewa sedang berdiri di atas balkon sambil memainkan headphone nya.

"Tuh kan, Dewa pasti udah baca pesan gue, cuman nggak dibales. And see? Dia nungguin gue. Haha." Gumamnya kegirangan sendiri. Sudah tidak sabar memeluk tangan kekar Dewa.

9 Eternity || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang