"Ga puas kamu bikin malu?"
"Centar," sudah tidak terhitung berapa campukan yang ayahnya lakukan pada gadis itu sehingga membuat dia tidak kuat berdiri.
Setelah puas memukuli anaknya itu, ralat sudah tidak di anggap anak lagi. Ayahnya langsung pergi meninggalkan gadis itu dikamarnya. Dia sedang menangis karena luka yang sangat sakit, bukan hanya luka fisik namun batinnya juga.
Dikamar itu hanya ada pencahayaan bulan melewati jendelanya, bukan karena tidak ada listrik tetapi karena memang keluarnya yang memutus pencahayaan itu. Lampunya di hancurkan, lampu belajarnya dilepar ke badannya, mampu tidur dilempar kearahnya. Namun masih beruntung lampu tidur itu tidak mengenai badannya.
Semua hancur di kamarnya, hanya ada lemari dan ranjang yang utuh disana. Dia menangis sambil memeluk lututnya. Benda pipih itu layarnya hancur. Dia berusaha menghidupkan benda itu. Tetes air mata jatuh di benda pipih itu. Dia sangat berharap agar bisa hidup lagi.
Tak lama kemudian benda itu hidup lagi, dia langsung membuka gelari. Senyum terpancar diwajahnya seakan luka dipelipisnya sudah tak terasa lagi.
"Koa," satu kata berhasil lolos dari bibirnya. Sejak berpacaran dengannya banyak sekali foto Koa di henponnya, bukan dia yang meminta Koa untuk foto. Tetapi Koa yang selalu minta difotokan, jika dia tidak mau maka dia akan selfi. walaupun pacaran hanya 7 hari tetapi di henponnya terdapat 1000 lebih foto Koa.
"Betapa bodohnya aku, hiks aku udah jahat sama kamu." Air mata itu jatuh lagi. Dia tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Satu bulan hiks satu bulan Koa, kamu ninggalin aku, semua hancur Koa hiks hancur. Sejak kamu pergi semua orang benci aku hisk, hisk, aku ga kuat Koa, aku ga sanggup hiks, memang semua salah aku. Tapi ga sepenuhnya salah aku Koa, kenapa hiks hukumannya seberat ini?"
Ya Dia Qayra, orang yang dulunya sangat dimanja oleh keluarganya, mempunyai sahabat yang selalu menemaninya, dan satu lagi paling penting yaitu Koa, orang yang selalu memujanya, yang selalu memperhatikannya, yang selalu menjaganya dan yang selalu ada untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qayra
Teen Fiction~sakiti aku jika itu menyembuhkan lukamu~ Qayra Tidak ada tempat berlindung untuknya, dia menerima semua perlakuan orang yang menyakitinya. Tidak ada lagi senyum dibibirnya, tidak ada lagi ceria diwajahnya. Sekarang dia akan menjalani kehidupannya d...