Aku masih berkutat dengan layar notebook di atas meja. Bel istirahat sudah terdengar, jadwal di kelas ini telah usai, 15 menit lagi aku berpindah ke kelas sebelah. Kalo kembali ke ruang guru dan balik lagi kesini, rasanya malas deh. Apalagi cuaca panas menyengat, gerah menyiksa, mau ke kantin atau koperasi pasti penuh sesak anak2.
"Anak2, silakan istirahat. Saya masih disini ya, karena setelah ini ke kelas sebelah," pintaku ke kelas di ujung lorong ini.
"Nggih, Bu."Kulihat beberapa siswa berhambur keluar, maklum perut sudah memanggil untuk diisi. Jam istirahat begini koperasi dan kantin penuh sesak. Samar kudengar.
"Ke koperasi yuk, Di!" ajak Riko
"Malas, Ko, rame banget.""Gitu terus, kalo sakunya tertinggal, aku traktir deh."
Adi terlihat mengeluarkan uang sepuluh ribuan
Riko merebut uang itu, memerhatikan sejenak kemudian mengembalikan dan berlalu menuju koperasi.Aku yang kebetulan berada di depannya, mengamati tingkah siswa yang cukup tajir, hansem pula. Riko kembali ke kelas setelah membeli dua bungkus nasi
"Di, kamu suka geprek, nggak?" Riko kembali mendekati Adi
"Suka, kenapa?""Nih, buat kamu. Aku salah ambil rasa, males nukar lagi." ujarnya singkat. Aku memperhatikan dari jauh dengan gawai sebagai pengalihan pandangan. Persahabatan manis dua insan manusia yang saling menguatkan.
Tanpa disadari hal-hal remeh mengingatkan kita, hal sederhana yang menguatkan. Bukankah membantu tanpa membuatnya merasa tak enak hati, merasa dikasihani atau merasa direndahkan justru lebih membahagiakan.