Selepas ashar, aku masih menikmati senja di dalam kereta dari Surabaya menuju Jombang. Sudah beberapa tahun tak pernah menikmati keindahan seperti ini, berada di kereta kemudian menyusun semua ide yang tetiba melintas di kepala.
Seorang wanita sedang asyik dengan benda pipih di tangannya, terlihat seorang anak tak lebih dari tujuh tahun dan remaja putri sedang berseteru. Aku pikir kedua anak tersebut adalah putri dari ibu cantik itu.
"Ma, kenapa gajahnya gak bisa diwarna, crayonnya patah," ujar gadis cilik seraya mengacak-acak rambut tipisnya. Si Kakak berusaha menarik krayon sambil berbicara
"Dengarkan, begini cara...." Belum selesai si kakak menjelaskan, kroyon sudah berpindah tangan ke si adik.
jawab si kakak. krayon tersebut.
"Aku sudah tahu caranya." Si adik tak mau kalah dia memutar krayon kemudian patahan demi patahan krayon jatuh ke lantai kereta. Tangispun pecah, riuh bersama sahut-sahutan suara si kakak yang masih keukeh menjelaskan cara menggunakan kroyon tersebut. Dia menjelaskan seraya membuka tutup crayon kemudian memutarnya perlahan. Belum selesai diputar, si adik merebutWanita cantik yang diperkirakan sebagai ibu kemudian menengahi,
"Ini krayon baru, kalo dijelaskan kakak, tunggu diperhatikan dulu baru dicoba. Kalo kayak gini kan patah, nunggu turun baru bisa beli yang baru" ujar si ibu tanp mengalihkan perhatian ke gawai yang dipegang.
"Aku mau beli baru!" sengit si adik
"Itu punyaku, jadi kalo mau make harus manut caraku! tukas si kakak.Aku tersenyum, hal sederhana sama seringkali terjadi pada lingkungan kita. berusaha menjelaskan sesuatu tetapi di sisi lain merasa sudah paham, tak perlu penjelasan. Bukankah berbicara juga ada adabnya, hargai orang yang berbicara.