Happy reading
***
Besok adalah hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang telah menyelesaikan masa kuliahnya selama bertahun-tahun, termasuk Sherin.Gadis yang sebentar lagi akan lulus itu, kini sedang mempersiapkan dirinya di bantu dengan sahabatnya, Naya. Kebetulan Naya hari ini tidak ada kesibukan di kampusnya.
"Baju, rok, tas, toga, semuanya udah. Apalagi yang kurang ya?" Monolog Naya sembari mengabsen satu persatu hal-hal yang di perlukan Sherin besok di acara kelulusannya.
"Sepatu, iya sepatu yang belum ada." Naya langsung saya berjalan ke arah rak sepatu Sherin.
Namun, belum juga Naya membukanya, tangan Sherin sudah lebih dulu menghalangi Naya yang ingin membuka rak sepatunya, "Jangan! Urusan sepatu biar aku saja yang urus. Kamu bisa urus yang lain."
Naya mengikuti saja apa yang dikatakan Sherin, karena dia sedang tidak ingin bertengkar dengan Sherin hanya karena sepatu. Sudah sering mereka bertengkar karena sepatu usang yang masih saja di simpan oleh Sherin, "Baiklah, terserah padamu saja."
Setelah dirasa Naya sudah tidak ada di sekitar rak sepatunya, barulah Sherin membuka pintu raknya dengan sangat hati-hati, seperti maling yang mengendap-endap takut ketahuan.
Padahal tanpa sepengetahuannya, Naya masih berdiri tidak jauh dari sana, karena Naya tahu apa yang membuat Sherin mengusir dirinya.
Naya masih berdiri dalam diamnya memerhatikan Sherin yang malah mengeluarkan sepatu usang yang sering menyebabkan mereka bertengkar, "Sepatu itu lagi?"
Sherin terkejut sampai menjatuhkan sepatu usang yang tadi di pegangnya, "Naya! Aku-."
Naya tertawa melihat raut wajah Sherin yang tampak ketakutan bercampur kaget, "Kenapa kamu jadi takut begini? Santai saja. Aku tidak akan mempermasalahkannya lagi, itu pilihanmu untuk tetap menyimpan barang ini atau tidak."
"Dan sekarang bukan waktunya untuk mengenang sejarah sepatu usang ini, sekarang waktunya kamu memilih sepatu lain yang akan menemani kamu dalam acara wisuda besok." Naya mengambil sepatu usang itu dan meletaknya di dalam rak sepatu.
"Semoga besok dia bisa hadir, bisa memberimu bermacam sepatu lagi di setiap pertemuannya," ledek Naya yang berakhir kejar-kejaran di dalam kamar Sherin.
***
"Ini sepatuku Geovano! Aku ingat aku meletaknya di rak ini tadi."
Beberapa tahun yang lalu, suara melengking dari gadis bertubuh berisi itu menggema di telinga lelaki bertubuh jangkung yang ada di hadapannya. Sudah lebih dua menit mereka bertengkar karena sepatu, lagian kenapa harus punya sepatu yang sama dengan ukuran yang sama juga, kan kalau sudah begini jadi susah.
"Justru yang di rak ini sepatuku, sepatumu ada di rak sebalah sana," ucap Geovano sambil menunjuk rak yang ada di sebelah kiri mereka.
"Udah di cek rak sebelah sana belum? Di sana pasti ada sepatumu dan ini sepatuku, aku tahu sepatuku seperti apa." Geovano tetap kekeuh pada pendiriannya begitu pun dengan Sherin.
"Sepatuku yang tengahnya bolong!"
"Sepatuku yang bagian belakang ada lemnya dan sepatu ini pasti ada lemnya di bagian belakang."
Kali ini mereka berdua benar-benar gila. Bisa-bisanya dengan bangga memamerkan kecacatan sepatu masing-masing, dengan suara yang lantang pula.
Akhirnya Sherin mengecek sepatu itu untuk memastikan ucapan Geovano tadi tentang sepatunya yang bagian belakangnya ada sebuah lem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu
Short StoryApa saja yang penting ada kamu dan akunya, walau semuanya ngga berakhir dengan kita.