Bagi Sebagian besar manusia di muka bumi ini setuju, jika makhluk yang tak kasat mata atau biasa yang di bilang hantu adalah suatu hal yang menakutkan.
Dengan kemunculannya yang terkadang tidak mengenal tempat dan waktu, serta tidak mengenal yang namanya rupa dan wujud dari mereka.
Tetapi bagi sekelompok orang yang dianugerahkan kemampuan khusus oleh Tuhan. Hal seperti itu sudah sangat lumrah, sudah seperti pemandangan sehari – hari.
Termasuk pada [name]. Bisa di bilang, [name] bisa melihat mereka sedari kecil. Awalnya itu disadari oleh neneknya yang mendapati [name] bermain dengan sesuatu di garasi sebelah rumah.
Nenek mengira [name] membawa teman sepermainannya ke garasi sebelah rumah. Namun seiring berjalan waktu, nenek baru menyadari bahwa jumlah anak kecil perempuan bisa dikatakan sangat sedikit disini. Dan juga, dengan kepribadian [name] yang sangat pemalu tidak ada yang menduga jika [name] membawa seorang teman ke rumah. Jika ada pun, biasanya [name] sudah memperkenalkan ke neneknya.
"[name], ayo masuk. Sudah sore"
[name] kecil memandang dengan mata polosnya ke arah sang nenek.
"Apakah [name] boleh membawa serta adik kazuo ke dalam rumah? Kasihan, dia menggigil nek"
Sang nenek mengerut samar pada keningnya mendengar perkataan sang cucu.
"Kazuo? Siapa itu?"
[name] berdecak kecil dan segera menunjuk sesuatu di hadapannya, sembari mengatakan pada neneknya. "Ini, adik kazuo. Nenek tidak melihat nya?"
Tanpa berpikir Panjang, nenek segera membawa [name] kecil masuk ke dalam rumah.
"Nenek kenapa meninggalkan adik kazuo di luar?! Kan sebentar lagi hujan. Kasihan dia"
Nenek segera merendahkan tubuhnya untuk menyamakan posisi dengan sang cucu.
"[name]... tidak ada yang namanya adik kazuo di sekitar rumah kita, ingat? Bahkan bibi yura tetangga sebelah kita hanya mempunyai kira, bukan kazuo 'kan?"
Seketika [name] kecil diam membisu, benar juga kira juga tidak mempunyai adik. Kalau pun ada, anak kecil itu pasti sepupunya kira dan Namanya bukan kazuo.
"Nek. Jadi adik kazuo itu siapa?"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut kecilnya disertai dengan sebuah siluet sosok anak kecil yang berdiri di depan jendela rumah mereka.
*****
Semenjak kejadian itu [name] tidak pernah lepas dari mereka. Bahkan karena hal ini juga [name] dijauhi oleh siswa lainnya di sekolah. Bisa dikatakan masa sekolah pada tingkat SD dan SMP adalah masa kelam bagi dirinya, siswa lain takut pada [name] bahkan menganggap [name] adalah anak yang dikutuk. Mereka menjauhi [name] dan menganggapnya tidak ada.
Sampai pada saat [name] sudah berada di sekolah menengah atas.[name] tumbuh menjadi anak yang pendiam dan sukar senyum. Ia memilih mengasingkan diri dari kerumunan ataupun memilih melihat pemandangan diluar jendela daripada mengobrol dengan yang lainnya.
Saat ini, pembulian itu tidak ada lagi, teman sekelas [name] tidak menganggap dirinya aneh, mereka lebih menganggap [name] sebagai sosok yang pendiam ketimbang aneh. Tapi entah kenapa karena masa lalu yang sudah ia alami sebelumnya, membuat ia enggan menjalin hubungan terlalu dekat dengan orang lain.
Ayah dan ibunya pernah khawatir dengan keadaan dirinya yang tampak tidak memiliki kehidupan yang menyenangkan di sekolah. Terkedang mereka secara diam – diam datang ke sekolah dan menemui wali kelas [name] hanya untuk sekedar menanyakan perihal kebiasaan anak mereka.
"Mungkin [name] masih sulit menerima dirinya sendiri, sehingga memilih menjauh dari teman sekelasnya"
Perkataan dari wali kelas [name] sontak membuat orang tua [name] termenung, padahal anak perempuan mereka itu saat berada di rumah sang nenek adalah anak yang ceria. Tetapi Ketika sudah masuk ke dalam dunia sekolah, perubahan muncul satu persatu.
Orang tua dari gadis itu bukannya tidak membantu sang anak. Mereka bahkan menyediakan waktu luang lebih untuk menemani dirinya. Walau hanya sekedar minum teh di sore hari atau membaca buku di perpustakaan mini di rumah mereka pada malam hari.
Ayah dan ibu memanggil [name] dengan sebutan kakak. Karena sejatinya, [name] memiliki seorang adik laki – laki yang berumur 5 tahun.
"Kakak, bagaimana disekolah?"
[name] mengadahkan pandangannya untuk melihat sekilas ibunya.
"Tidak ada yang spesial ibu, pagi datang dan sore pulang"
"Uum... Kalau teman, kakak punya?" ibu [name] Nampak menanyakan dengan hati – hati, takut menyinggung perasaan perempuannya.
"Aku tidak memiliki teman dekat, tapi itu tidak masalah. Selagi mereka tidak takut untuk berbicara padaku bu"
Ibu menghela napas dengan lega, meskipun anaknya masih belum memiliki teman dekat. Tetapi sudah tidak ada lagi yang takut padanya adalah suatu kemajuan.
"Oh iya" ibu menepuk tangannya pelan dengan raut muka seperti teringat sesuatu.
"Ayah ingin mengajak kita semua ke kampung halaman. Ya bisa dibilang liburan sejenak"
[name] diam mendengar penuturan sang ibu, hingga suara Langkah cepat datang dari pintu.
"Benarkah?! Kita akan liburan ke tempat nenek?"
Adik [name], ayato datang secara tiba – tiba dengan antusias.
"Kau menguping?"
"Hump! Kakak jahat, aku tidak sengaja mendengar perkataan ibu saat aku ingin ke dapur. Lagipula pintu perpustaan tidak ditutup" Ujarnya sambil menunjuk ke arah pintu.
[name] mengacak pelan surai hitam sang adik yang membuat lelaki kecil itu sedikit marah dan berlari menuju sang ibu dan mengadukan hal ini.
"Bagaimana? Kakak setuju?"
[name] mengangguk pelan, dan membuat sang ibu tersenyum kecil.
"Baiklah, ibu akan menyiapkan makan malam dulu. Jangan lupa matikan lampu kalau keluar nanti ya"
Ibu melangkah keluar Bersama ayato yang sudah pasti tidak mau berada di perpustkaan. Lelaki kecil itu tidak ada minat sama sekali mengenai buku atau bacaan apapun.
[name] masih setia duduk sendiri di ruangan itu. Pintu perpustakaan tidak di tutup untuk memastikan ada orang di luar sana.
Saat [name] membaca halaman ketiga dari buku di tangannya. Sudut matanya menangkap sesuatu.
Siluet pria berdiri tegap di sana. Tidak, itu bukan ayahnya. Ayahnya belum pulang dari kantor. Dan juga dia tidak punya saudara laki – laki selain ayato.
[name] mengeratkan genggamannya pada buku yang di pegangnya, bukan berarti karena telah terbiasa melihat makhluk seperti itu membuat [name] berani. Justru dia masih memiliki rasa takut dengan hal itu.
Perlahan ia melihat bayangan itu bergerak ke arahnya. Ingin sekali teriak tapi itu akan membuat ibu serta ayato khawatir.
Dengan hembusan kasar, [name] memilih bangkit dari duduknya dan menuju keluar.
'Hihi...'
Langkah kaki [name] terhenti seketika saat sebuah suara ia dengar dari belakang. Napasnya terdengar memburu dan ia mencoba menggerakkan kakinya untuk keluar ruangan.
Kalau di pikir, ini baru pertama kalinya mendengar suara mereka, biasanya dia hanya melihat tanpa mendengar suara apapun.
Apakah itu pertanda baik? Atau sebaliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST [WHO ARE YOU?]
Teen Fiction[Fullname] adalah gadis yang memiliki kemampuan melihat sosok tak kasat mata, hal itu sudah terjadi sejak kecil dan baru disadari saat bersama neneknya di kampung halaman. Kemampuannya itu menyebabkan ia menjadi target pembulian hingga SMP, saat SMA...