BDL ✰ chapter 1 [Harapan kedua anak Remaja]

199 26 8
                                    

...

Hadirnya seorang anak bukan untuk di tuntut, bukan juga untuk di kekang supaya menjadi apa yang kedua orang tuanya inginkan. Namun, mereka hadir untuk di berikan kasih sayang, dididik dengan cara yang paling indah.

Siapa anak yang ingin di lahir hanya untuk di kekang? Pasti tidak ada bukan?

Terlahir dari keluarga yang bergelimang harta nyatanya tak pernah menjamin kebahagiaan. Terkadang kebahagian tercipta pada hal yang sederhana.

Alwi Narendra cowok bermata hazel yang berparas tampan. Terlahir dari keluarga yang ter selimuti kekayaan yang berlimpah.

Alwi bukan remaja yang pintar, bukan juga remaja yang bodoh. Kepintarannya standar normal remaja laki laki pada umumnya.

Namun, satu kalimat dari orang tuanya membuat hidup Alwi berubah. Dia hidup dengan tujuan menggapai nilai yang memuaskan bagi kedua orang tuanya. Tak peduli apa yang akan terjadi. Keinginannya hanya satu. 'Mendapat nilai yang tinggi untuk mamah sama papah. Supaya bisa di banggakan.'

...

"Alwi lihat. Anak teman bisnis papah itu juara satu di sekolahnya, apa kamu tidak bisa ngejar, hah? " tanya laki laki paruh baya itu dengan mengangkat tangan yang terdapat raport itu.

Remaja laki laki yang tertunduk itu mendongkak.

Matanya, menyiratkan rasa kecewa yang dalam. Matanya menyiratkan rasa sakit. Matanya menangis.


"Ayah.... Alwi udah coba, tapi gagal terus. Yah, apa juara ke dua gak cukup buat ayah? " tanya remaja laki laki itu dengan lirih.

"Tidak!!! Itu semua tidak cukup. Kalo kamu gagal terus, belajar yang benar. Jangan kerjaannya hanya main handphone saja. Sia sia ayah les in kamu, kalo gak guna kayak gini. "

Sakit. Pasti, hati Alwi seakan di hujan ribuan duri. Saat kalimat menyakitkan itu terlontar begitu saja dari mulut orang yang ia hormati selama ini.

"Ah... Sudahlah, ayah pusing dengan mu. " pria itu pergi setelah melempar raport laporan hasil pembelajaran Alwi.

Raport itu jatuh ke lantai. Alwi menatap nya nyalang. "Kasihan gak di anggap ayah, padahal udah berjuang belajar yang rajin, " gumamnya pada diri sendiri sambil menatap nyalang raport itu.

...

Setelah perdebatan nya dengan sang ayah tadi. Alwi kini tengah berada di balkon kamar miliknya. Kamar yang selalu menjadi pelampiasan kekesalan Alwi. Kamar yang merekam semua kehancuran laki laki itu. Kamar yang selalu jadi rumah ternyaman untuknya.

Alwi menutup matanya, setelah ia menyenderkan bahunya pada dinding balkon.

Dingin, tapi Alwi menyukainya. Alwi menyukai angin malam yang begitu menyegarkan. Sepi, Alwi suka kesepian karna itu yang selalu menemani Alwi selama ini.

Sibuk bergulat dengan pemikirannya. Sampai nada dering handphone itu, mengambil alih netranya.

Suheil menelpon.

Alwi mengangkatnya. Lalu menempel kan handphone itu pada telinganya.

"Wi... Lo b-bisa dateng k-kerumah gw s-sekarang? " tanya orang yang di sebrang itu. Suaranya serak, seperti habis menangis?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang dan Langit [Alwi Suheil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang