eyes on you.

4 0 0
                                    

de·ra·na; tahan dan tabah menderita sesuatu (tidak lekas patah hati, putus asa, dan sebagainya)

Sudah setahun sejak Genta mengenal Naya yang menjadi teman sekelompoknya di acara makrab ukm. Selama setahun lamanya juga Genta memendam perasaannya, namun statusnya dengan Naya masih tetep sebatas teman dekat. Mereka berdua memang dekat ketika sedang ada kumpul ukm, tapi tidak sampai mengantar jemput, atau makan siang bersama, memangnya siapa Genta?

Tapi Genta ingin mengakhiri hubungan yang abu-abu ini menurutnya. Ia ingin menegaskan pada Naya jika ia menyukainya. Lantas di suatu malam Genta ajak Naya mencari makan malam bersama selepas kumpul ukm. Beruntung malam itu Naya menyetujui ajakan Genta.

"Kenapa kok tiba-tiba banget ajak gue makan bareng?" tanya Naya ketika mereka sedang menunggu makanan datang.

"Gue kira kita udah jadi temen deket, jadi ya gue pengen aja ajak temen gue makan bareng. Lo keberatan?" tanya Genta hati-hati.

"Gak lah santai, gue juga kebetulan udah lama gak makan di luar."

Genta mengangguk paham. Setelahnya mereka berdua fokus makan makanan yang telah tiba, sambil sesekali Genta membuka obrolan ringan.

Genta paham seperti apa karakter Naya. Gadis itu memang sulit membuka topik obrolan, perlu dipancing yang menarik agar obrolan keduanya mengalir lancar. Naya juga cukup pendiam, namun menurut Genta Naya yang sekarang jauh lebih baik dari Naya yang ia kenal pertama kali. Dulu Naya benar-benar sosok yang dingin, tatapan matanya tajam sekali ketika menatap orang baru. Tapi semakin Genta mengenal Naya, semakin ia tahu ada banyak sisi lain yang orang lain tidak tahu.

"Nay, gue boleh ngomong sesuatu gak?" tanya Genta setelah beberapa saat mereka menghabiskan makan malam.

"Boleh," jawab Naya sedikit heran dengan pertanyaan Genta.

"Gue masih inget banget kapan pertama kali gue ngobrol sama lo, pas kita sekelompok buat makrab. Disitu gue cuma kenal sama lo karena dulu gue punya first impression spesial ke lo," ucap Genta diakhiri tawa kecil, meski sejujurnya detak jantungnya berdegup sangat kencang. Tangannya pun terasa dingin.

"Mungkin karena itu gue jadi perhatiin lo terus, dan gue ngerasa jatuh hati sama pesona lo. Nay, i have a crush on you."

"Gue cuma mau confess, lo gak perlu jawab kalau emang gak mau," ucap Genta cepat sebelum Naya berbicara.

Naya terdiam sebentar. Ia sedang berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk membalas pernyataan Genta yang tiba-tiba.

"Well, this kinda surprising. Tapi gue akui lo lancar banget confessnya," ujar Naya memuji.

"Ta, gue sangat appreciate keberanian lo buat confess. Tapi gue gak bisa nerima, maaf. Gue belum selesai sama masa lalu gue, dan gue gak mau lo harus tersakiti karena gue," jelas Naya sehalus mungkin. Ia tatap Genta yang sejak tadi menunduk, mengaduk minumannya asal.

"Gue bisa bantu selesaiin masa lalu lo,"  ucap Genta mantap. Ia cukup percaya diri bisa membuat Naya melupakan masa lalunya.

Naya menggeleng pelan, "Gak bisa, Ta. Ini bukan sekedar menyelesaikan atau berdamai, tapi gue juga harus berusaha merelakan. Perlu lo tau, gue udah berusaha buat berdamai dari 2 tahun yang lalu, tapi hasilnya nihil."

Mendengar jawaban Naya, Genta yang mungkin sudah kepalang sakit hati karena ditolak, terus berusaha agar Naya tetap menerimanya.

"Kita gak bakal tau kalau belum dicoba, mungkin emang lo butuh pendamping biar bisa damai sama masa lalu," ucap Genta kekeuh.

Naya justru tertawa getir, gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

"Gue gapapa kalau lo benci gue karena gue tolak, cause you deserve someone better. Serius Ta, lo percuma banget kalau ngejar gue yang bahkan udah hampir mati rasa."

"Kenapa mati rasa, Nay?"

"Perasaan gue udah mati sejak 2 tahun lalu, sama ketika masa lalu gue juga pergi."

Ucapan Naya barusan cukup untuk membungkam Genta.

"Ta, sekali lagi gue minta maaf belum bisa nerima lo. Lo beneran deserve better than me, percuma banget kalau kita jadian. Gue cuma bakal kasih luka buat lo, Ta."

"Kenapa sih lo selalu ngerasa nantinya lo bakal kasih luka buat gue? kita bahkan belum coba, tapi kenapa lo udah pesimis?"

"Gue baru aja bilang kan Ta, perasaan gue udah mati. Gue gak suka sama lo ataupun orang lain. Gue masih stuck di masa lalu yang bahkan gue gak tau kapan gue bisa berdamai. Lo mau pacaran tapi perasaan lo cuma sebelah pihak?" tanya Naya mulai lelah dengan tuntutan Genta.

Genta diam tidak menanggapi. Ini untuk pertama kalinya ia ditolak, terlebih dengan alasan yang menurut Genta cukup tidak masuk akal. Apakah berdamai dengan masa lalu sesulit itu?

"Gue minta maaf."

***

"Halo Kayi, apa kabar?"

-tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERANA || Park Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang