17. Revealed

43 8 0
                                    

Doyoung sedang asyik menandatangani berkas-berkas kantor di ruangannya. Setelah hampir seminggu pekerjaannya ia kesampingkan karena membersamai Sejeong, kini dia benar-benar kembali fokus pada pekerjaannya.

Setumpuk file bisnis barunya dia hindarkan dari pandangan, bagaimanapun dia harus menolak membangun bisnis itu, atau kalau tidak, dia akan membangunnya nanti setelah masalah pelanggarannya selesai.

Tapi tiba-tiba seorang pria paruh baya datang membanting pintu ruangannya dengan diikuti Jaehyun di belakang.

Doyoung mengangkat kepalanya, sosok Kim Jeong-suk sudah berdiri di hadapannya. Doyoung spontan berdiri, dia sudah paham apa yang akan terjadi berikutnya.

"Appa tidak mengerti, kenapa kau susah sekali menuruti perintah appa?!" ultimatum langsung dikeluarkan Jeongsuk

"Aku juga tidak mengerti, kenapa appa begitu enggan bertanggungjawab atas peristiwa itu?!" balas Doyoung

"Semua sudah selesai!"

"Selesai apanya?!"

"Jadi benar, kau sudah jatuh cinta pada anak dari korban peristiwa itu?" kata Jeongsuk menusuk dada Doyoung begitu dalam

Doyoung membeku, bahkan untuk menelan ludahnya sendiri pun sulit.

"Appa membayar orang untuk memata-mataimu" sambung Jeongsuk

"Jadi, appa benar-benar mempekerjakan anak korban itu di sini?" suara Doyoung melemas, hampir menangis

"Iya, appa sudah pernah bilang, kan? Mereka bisa hidup dengan baik dan tidak mengkhawatirkan apapun lagi sekarang, kau yang tidak paham, Kim Doyoung"

"Iya, aku tidak paham bagaimana bisa orang terhormat seperti appa berpikir melakukan itu"

Doyoung melangkah cepat, berniat meninggalkan ruangan, tapi saat membuka pintu, justru Sejeong yang dia lihat, kedua tangannya sudah mengepal dengan air mata yang mengucur.

"Sejeong-ah!" ujar Doyoung

"Jangan ikuti aku!" Sejeong melangkah cepat meninggalkan Doyoung

*****

Menjelang malam, Doyoung memutuskan pergi ke bar minuman langganannya seorang diri, menghabiskan berbotol-botol soju beserta makanan pendampingnya.

"Hyung" tiba-tiba Jaehyun muncul di hadapannya

"Aku sedang ingin sendiri" balas Doyoung

"Aku tahu, tapi ayahmu tetap tidak mengakui kesalahannya"

Doyoung menghela napas berat, "Sampai kapanpun dia akan seperti itu. Yang tidak aku sangka, dia menggunakan uangnya untuk hal semacam itu. Mempekerjakan keluarga korban tanpa menerima hukuman? Dia bukan manusia!"

"Hyung mau ayahmu dihukum?"

"Itu salahnya"

"Hyung mau membuka lagi kasusnya?" tanya Jaehyun

Doyoung terdiam. Lalu tiba-tiba terbangun dari duduknya dan menaruh beberapa lembar uang di meja dan meninggalkan Jaehyun.

"Hyung! Jangan mengemudi! Kau mabuk!" teriak Jaehyun mengajar Doyoung

*****

Di malam yang semakin larut, Sejeong masih saja berlutut di hadapan abu kedua orang tuanya. Air matanya sudah habis mengering sejak lama, walaupun sesaknya masih ada.

"I'm alone, mama, I'm alone" bisik Sejeong pelan

Sejeong jatuh terduduk, menangis lagi. Sungguh bohong jika dia tidak sakit, mengetahui harga dirinya sudah diinjak oleh seseorang yang rela kehabisan uang hanya demi sebuah nama baik.

Parahnya, Sejeong sudah terlanjur jatuh hati pada penerus generasi mereka. Mirisnya, laki-laki itu berhasil membuat Sejeong tak kesepian lagi.

Sudah cukup, Sejeong sudah berjanji tidak akan berlarut-larut pada kesedihan lagi. Kini dia berjalan meninggalkan taman memorial itu, menuju mobilnya. Bukan untuk meninggalkan tempat, Sejeong membuka laptopnya dan mulai membuat surat pengunduran diri.

TBC
APAKAH ANTUSIASME PEMBACA MASIH SAMA SETELAH DITINGGALKAN BEGITU LAMA? I HOPE😊

ENJOOYYY❤️😘

One Fine Day Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang