Napasnya berat, jikalau tidak ada yang berbicara, sepertinya suara napasnya akan terdengar oleh orang-orang sekitarnya. Dia begitu kelelahan, berbagai macam beban kerja telah menimpanya. Bahkan saat bernapas terlihat pundaknya naik-turun perlahan seolah-olah membantu memompa udara segar ke dalam tubuhnya. Dia tertunduk diam, hanya bernapas perlahan namun berat. Berbagai macam hal melintas di kepalanya, umur, tanggung jawab, kesehatan, makanan, tempat tinggal, seolah-olah ia tidak memiliki waktu lain untuk memikirkan semua itu.
Dia mendesah pelan, entah mengapa matanya terasa sedikit panas. Entah mengapa pula penglihatannya yang sebelumnya jelas terasa samar, seperti kemasukan air saat hujan. Oh, ternyata air mata. Dia mengangkat kepalanya, menatap langit yang biru cerah diliputi sekumpulan awan putih. Mencoba menahan air matanya, tersenyum kecil, seolah-olah menertawakan dirinya sendiri.
"Kamu bisa Rin. Setelah bekerja, kita akan beristirahat dan makan es krim kesukaanmu untuk hari ini. Tenang saja. Bekerja itu hanya sementara." katanya pada dirinya sendiri
Namun disaat yang sama, dia juga tahu, dia mungkin harus hidup selamanya seperti itu.
"Tidak mengapa, setidaknya aku masih bisa mendapatkan uang untuk bertahan hidup, untuk sedikit menabung, untuk tidak membebani kedua orang tua ku, tidak apa, aku pasti bisa."
Waktu istirahat ternyata sudah usai. Dia harus segera kembali ke pekerjaannya dan menghadapi kenyataan.
"Sampai jumpa lagi, Rin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku yang Kutulis untuk Kubaca, Saat...
RandomBuku ini hanyalah delusi yang kubuat untuk diriku sendiri. Delusi yang kubuat agar bertahan hidup di dunia yang bagiku terasa cukup berat meski di mata orang lain mungkin begitu ringan dan mudah. Delusi yang tercipta di kepalaku setiap aku mengalami...