3

164 19 1
                                    


Jangan lupa votmen yaa..

.
Happy reading...







.
.
.
.

" Yo Nona Rosetta! "

Ketiga gadis cantik itu menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan seorang pria yang di kenal sangat dermawan itu sembari menampilkan senyuman manis.

" Eoh, Alexander "

Alexander Fabio Capello (Guanlin) pria tampan nan dermawan idaman setiap wanita di desa ini.

" Ekhem ekhem .. Apakah tuan dermawan ini hanya akan menyapa nona Rosetta saja? "

Ucap Giselle yang mendapat sebuah senggolan siku dari Selina membuat Alexander hanya tersenyum tampan melihatnya.

" Ah benar.. Senang bertemu dengan anda sekalian nona cantik, Nona Giselle dan Nona Selina. Bagaimana kabar kalian? "

" Kami baik tentu saja tapi sepertinya Rosetta tampak sangat baik saat bertemu denganmu Tuan Alexander "

Gurau Selina sembari menggoda Rosetta yang hanya mampu menundukkan kepalanya karena merasa malu.

Alexander hanya terkekeh menanggapi gurauan itu. Tanpa permisi, Alexander menyentuh kepala Rosetta lebih tepatnya untuk mengambil sebuah daun kering yang bertengger disana. Hal tersebut tentu saja membuat tubuh Rosetta menegang seketika sementara Giselle histeris akan moment dadakan .

" OH ASTAGA! MANIS SEKALI! "

Selina hanya tersenyum kikuk karena reaksi Giselle yang menurutnya berlebihan itu.

" A-ahahaha... Maafkan reaksi Giselle ya tuan, dia memang suka berlebihan seperti itu. Cha Giselle ayo kita pergi"

Tanpa ba-bi-bu lagi Selina berpamitan dan menarik Giselle pergi meninggalkan Rosetta dengan Alexander.

Sepeninggalan kedua nona cantik itu, Alexander menjentikkan jarinya di depan wajah ayu Rosetta membuat sang empu terkesima dan mendongak menatapnya.

" Kau sangat lucu dengan wajah merahmu nona "

Rosetta yang kembali di goda hanya mampu mencebikkan bibirnya lucu .

" Hentikan . Jangan menggodaku terus seperti itu! Aku malu "

Cicit Rosetta yang sangat yakin bahwa wajahnya saat ini telah Semerah tomat busuk.

" Hahahaha! Oh astaga sangat menggemaskan. "

Tawa Alexander meledak melihat pujaan hatinya yang tersipu malu seperti itu.

" Baiklah baiklah, maafkan aku nona... Bagaimana jika makan malam sebagai bentuk maafku? Kau bersedia? "

Lanjut Alexander saat berhasil mengatasi tawanya itu dan beralih menggenggam jemari Rosetta yang tersipu malu.

" Uhm, tentu saja "
Ujar Rosetta dengan senyuman manis dan membalas genggaman tangan pemuda tampan itu.

.

" Lima hari lagi ulang tahunku, apakah aku boleh merayakannya, Ayah? "

Ujar Jester menatap sang ayah yang tengah menyantap makan malamnya.

" Habiskan makanmu. Setelah itu bicarakan hal ini di ruangan ayah "

Jester tak lagi menjawab dan memilih mengikuti perintah Ayahnya.

Meja makan yang panjang itupun kembali di selimuti keheningan dan hanya dentingan alat makan yang terdengar.

" Aku selesai. Terimakasih untuk makan malamnya "

The King Elvishern Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang