Sang Penjaga

171 0 0
                                    

Pagi yang cerah bagi Prasetyo, dosen muda yang single yang menjadi pujaan mahasiswinya. Semangatnya untuk berbagi ilmu sekaligus mencari pasangan hidup kembali terisi penuh setelah minggu lalu mendapatkan kabar bahwa dirinya di percaya untuk menggantikan Pak Andre sebagai dosen pembimbing lapangan mahasiswa KKN. Dia sudah memikirkan bagaimana sukses anak bimbingannya nanti dalam memajukan kesejahteraan warga desa yang mereka tinggali. Semua rekan-rekan dosennya akan memberikan ucapan serta penghargaan sebagai dosen lapangan termuda yang inovatif dalam membimbing mahasiswa. Tak lupa juga dengan harapan kecil ada tanda-tanda jodoh yang menghampiri.

Ia mengendarai vespa barunya menuju ke pusat belajar mahasiswa dengan kemeja navy serta celana chino berwarna krem dan sepatu keds putih yang mmebuatnya tampak stylish. Tidak ketinggalan dengan smartwatch di tangan kanannya dan kalung yang berliontin segitiga di lehernya. Kontrakannya memang tidak jauh dari kampus tempatnya bekerja, namun apa salahnya untuk memamerkan motor yang dibelinya secara tunai setelah setahun bekerja disana. Semua mata mahasiswa maupun mahasiswi tak berkedip setiap berpapasan dengannya. Prasetyo pun dengan rendah hati menyapa mereka meskipun sekedar mengucap "hai," ataupun "halo," memangnya siapa yang mampu mengahapal seluruh orang yang berada di kampus ini.

Sesampainya di pusat belajar mahasiswa, Prasetyo mencari dimana lokasi duduk mahasiswa bimbingannya. Yang ternyata banyak sekali bahkan sampai ratusan anak berada di dalam sini.

"Pak Tio, mau kemana?" Tanya seorang siswi genit yang berusaha mendempetnya.

"Saya cari anak bimbingan KKN saya. Bisa bantu saya temukan Andri, Ivanna, Sari, Yoga, Bima atau Mila?"

"Saya bisanya bantu bapak cari jodoh.." jawab mahasiswi itu sambil memutar-mutar rambutnya dan berkerling mata.

"Permisi, Pak Tio.." panggil mahasiswa yang lain. "Saya Bima, Pak. Mari, anak-anak berkumpul di sana.." kata Bima sambil mengajak Prasetyo pergi.

"Syukurlah kamu datang, Bim. Saya sudah mau pingsan dengan anak itu tadi," jawab Prasetyo.

"Anak-anak sini emang kegatelan semua pak. Sukanya sama om-om nggak suka sama yang seumuran.." kata Bima. Prasetyo menatap Bima sejenak kemudian Bima jadi salah tingkah. "Maksudnya kan memang yang om-om itu banyak duitnya, pak. Jadi bisa sekalian minta uang jajan." Penjelasan Bima membuat Prasetyo mengerutkan dahinya. "Tapi bukan sugar daddy gitu, pak, maksud saya sifatnya laki-laki yang lebih tua kan lebih mengayomi daripada yang seumuran..begitu"

"Bima, saya tidak masalah dibilang om-om meskipun saya dosenmu."

Bima tersenyum kecil.

Dari kejauhan, kelompok bimbingan KKN Prasetyo sudah terlihat.

"Tuh guys,, Bima sama Pak Tio." Kata Yoga

"Buset, itu yang namanya Pak Tio?!" Tanya Ivanna

"Cakep banget anjayy! Rugi kalo Cuma jadi dosen.." sahut Mila

"Itu namanya paket komplit. Udah ganteng, pinter, ya ampun kok bisa ya belum punya pacar.." kata Sari

"Yang genit sama Pak Tio dan mengganggu jalannya proker KKN mendingan out aja." Ketus Andri.

"Halo teman-teman," sapa Prasetyo hangat.

Semua membalas sapaan itu hanya saja si gadis-gadis yang sudah puber ini malah salah tingkah dan memberikan kursi diantara mereka namun Prasetyo memilih duduk di sebelah Bima dan Yoga.

"Saya belum kenal kalian semua, apa bisa kita perkenalan dulu? Bisa nama dan program studi saja." pinta Prasetyo

"Saya Yoga, Pak. Dari program studi tehnik sipil."

"Saya Andri dari program studi informatika."

"Halo, Pak Tio. Kenalkan saya Sari dari program studi Manajemen. Masih single, baru putus bulan lalu." Semuanya menyoraki Sari.

Janda Kembang KuburanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang