⚜05. Jantung Desa⚜

766 125 37
                                    

Nenek Wonyoung kemudian berbisik, "Karena kau tak akan bisa menjadi ahli waris keluarga Kim, jika Kim Mingyu tahu, kau bukanlah darah dagingnya."

Setetes air mata mengenai pipi, kemudian jatuh ke dagu. Sunoo tak tahu, apa yang terjadi dengan tubuhnya. Matanya tiba-tiba dilapisi cairan bening. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, sementara jantungnya terenyut. Ini kali pertamanya, Sunoo merasakan sakit hati sampai matanya tak mau berhenti mengeluarkan air.

"Ibu, jangan mengungkit soal itu lag---" Saerom berusaha untuk menghentikan sang Ibu, tapi wanita tua itu langsung menunjuk ke arahnya. Dengan tatapan tajam, dia memberitahu, "Diam, dan turuti semua yang Ibu katakan!"

"Jika saja, kau mengandung anak Kim Mingyu, semuanya mungkin tak akan rumit."

"Tapi kau?! Kau malah mengandung anak pria lain!"

"Lalu setelah melahirkan anak haram ini, kau bahkan tak bisa mengandung lagi!"

"Beruntung, Mingyu pikir anak haram ini adalah darah dagingnya sendiri. Dia bahkan meninggalkan wanita rubah itu, hanya demi putri yang kau kandung!" peringat Ibunya Saerom.

Jambakan pada rambut Sunoo terlepas, bersamaan dengan Sunoo yang langsung memegangi kepalanya. Meskipun Sunoo berusaha untuk bersikap biasa saja, tapi semua perkataan wanita tua di depannya ini membuat hatinya sakit. Sunoo kesulitan mencerna perkataan wanita tua itu.

"Cepat atau lambat, Mingyu pasti sadar jika Wonyoung bukan anaknya. Oleh karena itu, kita harus segera menjadikan Wonyoung menantu keluarga Park."

"Setelah Wonyoung menjadi menantu, aku pastikan keluarga Kim tak akan berani mengusik Wonyoung sedikit pun."

"Jika mereka berani mengadukan Wonyoung anak haram, pada Tuan Park. Sudah pasti, Tuan Park akan murka dan memutus hubungan antara kedua keluarga. Pasti akan terjadi pertikaian, dan keluarga Kim paling malas mengurus masalah."

"Mereka akan menutup mulutnya rapat-rapat, demi keamanan mereka sendiri," jelas Ibunya Saerom.

Saerom hanya bisa mengangguk, menyetujui perkataan sang Ibu. Selama ini dia menjadi boneka hidup, yang dikendalikan oleh ibunya sendiri. Hanya dengan cara ini saja, Saerom bisa hidup bergelimang harta.

Setelah penghinaan dan suara bentakan yang tinggi. Ibu Saerom pergi, meninggalkan sebuah buku peraturan besar. Dia meminta Wonyoung untuk mempelajari semuanya dalam satu malam. Namun, Sunoo yang ada di dalam tubuh Wonyoung hanya bisa menutup kedua telinga dengan tangannya.

Walaupun Sunoo nakal, Wonwoo tak pernah melukai, apalagi menyakiti perasaannya. Dia tak pernah mendapatkan bentakan, atau bahkan jambakan seperti tadi. "Mama. Orang-orang itu menyebut dirinya sebagai keluarga gadis ini. Tapi mereka sebenarnya hanya memanfaatkan gadis ini untuk kepentingan mereka sendiri."

"Mereka tak mau menanggung malu, dan ingin meraih keuntungan sebanyak-banyaknya."

"Sekarang, mereka memaksaku untuk mempelajari buku setebal ini. Mana sudi aku mempelajarinya," batin Sunoo. Sunoo menjatuhkan pipinya ke meja. Air mata tak berhenti jatuh, begitu juga dengan rasa sakit di hatinya.

"Mama, cepatlah datang dan jemput aku. Aku tak tahan, tinggal di tempat ini lebih lama lagi."

Perlahan kelopak mata Sunoo tertutup. Rubah itu menutup matanya beberapa menit, dengan otak yang sibuk berpikir. Setelahnya, dia langsung membuka mata dengan sudut bibir terangkat ke atas. "Sepertinya aku harus memberi pelajaran, pada wanita tua bawel itu."

⚜⚜⚜

Membunuh tanpa menyentuh.

Puluhan pengawal dan pelayan keluarga Kim, keracunan makanan. Awalnya orang-orang itu merasa senang, setelah memanen hasil padi keluarga Kim, sekaligus membersihkan gudang penyimpanan makanan di sana. Mereka diberi gaji yang setimpal, sekaligus bahan makanan gratis. Namun karena ketamakan, mereka mengambil lebih bahan makanan.

"Semua pelayan yang mengambil makanan lebih, tiba-tiba jatuh sakit kemudian meninggal Tuan."

"Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata makanan yang mereka makan beracun."

"Tapi kami semua tak tahu, racun itu berasal dari mana."

Seketika tubuh Mingyu bergetar hebat. Dia melihat bahan makanan yang ada di gudang satu persatu. Mungkin sebagian dari makanan itu adalah makanan asli. Namun, sebagian lagi mengandung racun. Terlihat dari warnanya yang berubah menjadi hitam jika disorot cahaya rembulan.

"Siapa dalang dari semua ini?" tanya bawahan Mingyu.

Mingyu terdiam cukup lama. Di dalam otaknya, hanya ada satu pelaku yang dia kenal. Mingyu masih ingat, saat orang itu pandai membuat obat, apalagi membuat racun mematikan. Hanya Wonwoo saja, wanita rubah berbakat yang sering melakukan hal seperti ini.

"Wonwoo. Wonwoo. Dia pelakunya," tebak Mingyu.

Angin berembus, menerbangkan helaian rambut Mingyu. Mingyu menatap kosong ke depan, dengan jantung berdetak sangat kencang. Sudah dia duga, jika Wonwoo tak akan diam setelah perbuatan yang Mingyu lakukan. Namun, Mingyu tetap mengusik kehidupan rubah itu. Sekarang, Mingyu sendiri harus menelan buah dari masalah yang dia sebabkan.

"Tuan! Ada paket untuk Anda," kata seorang pelayan, kemudian memberikan sebuah kotak pada Mingyu.

Mingyu mengenali bentuk kotak kayu, dengan ukiran kuno di depannya. Begitu kotak itu dibuka, terdapat sebuah surat dengan tinta berwarna merah. Mingyu langsung mengambil surat itu, kemudian membacanya dalam hati.

"Obat yang digunakan sesuai dosisnya bisa menyembuhkan. Akan tetapi, obat yang digunakan secara berlebihan bisa menghilangkan nyawa seseorang."

"Ketamakan akan melenyapkan semua pengikutmu, sebelum aku melenyapkanmu dan menghabisi putrimu."

Hanya dalam hitungan detik saja, Mingyu langsung membuang kotak yang dia pegang. Di dalam kotak itu, terdapat gumpalan darah dengan sebuah kulit domba. Entah apa yang saat ini Wonwoo rencanakan, tapi semuanya membuat Mingyu gelisah. Diam-diam Mingyu memegangi gelang miliknya. "Cepat atau lambat, dia pasti akan berusaha mengambil miliknya lagi."

⚜⚜⚜

"Gidis tik tihi diri. Kiu hiris ingit semua yang ninik ijirkin pidimu, jiki misih ingin hidup enak," ledek Sunoo meniru ucapan nenek Wonyoung.

Sudah sejam lamanya, Sunoo melukis di buku peraturan cara bersikap. Seharusnya dia menggunakan buku itu untuk membaca, tapi karena kesal Sunoo melampiaskan semua amarahnya pada buku itu. Setiap halaman dipenuhi oleh coretan bola kusut, disertai dengan tulisan-tulisan tak jelas.

Kegiatan Sunoo baru berhenti, ketika salah satu pelayan rumah memberitahu, "Nona, beristirahatlah. Besok, calon suami Anda akan datang untuk menjenguk Anda. Sekaligus membicarakan tentang pernikahan kalian berdua."

Sunoo menyipitkan mata. Dia kemudian menundukkan kepala, melihat buku yang ada di depan matanya. Sebenarnya Sunoo tak buta huruf. Karena ajaran Wonwoo, dia masih bisa mengerti tulisan para manusia. Hanya saja, tulisan ini terlalu panjang dan membosankan.

"Wanita tua itu menyuruh gadis ini bersikap anggun, supaya calon suaminya mau menerimanya. Tapi aku tak mau mempelajari etika manusia," jelas Sunoo.

"Aku hanya ingin kabur dari tempat ini," lanjutnya.

Otak Sunoo mulai memikirkan cara untuk lepas dari jeratan keluarga ini. Sudut bibir Sunoo mendadak terangkat ke atas. Dia langsung berdiri, kemudian merobek beberapa lembar kertas dari buku etika. "Lihat, apa yang akan aku lakukan besok, pada wanita tua itu."

Hanya saja, niat Sunoo untuk berulah langsung pupus, ketika salah satu pelayan mengantarkan sebuah surat untuknya. "Dari siapa?" tanya Sunoo.

⚜⚜⚜

⚜⚜⚜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEARTLESS FOX [Republish] [Sunsun Ft Meanie][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang