⚜12. Jantung Berpindah⚜

729 116 18
                                    

"Sunoo ingin Mama apakan manusia ini? Apa dia membuat putri mama kesulitan lagi? Katakan apa saja dosanya, supaya Mama bisa memberikan hukuman yang tepat untuknya."

Jemari Wonwoo mengusap lembut rambut sang anak, tapi tatapan matanya tertuju pada Sunghoon. Dia menyipitkan mata, sementara sebelah sudut bibirnya terangkat ke atas. Jelas saja, Sunghoon merasakan tubuhnya bergetar hebat. Dia menelan ludahnya sendiri, kemudian memundurkan langkahnya ke belakang.

"Maju mati, mundur juga mati," gumam Sunghoon.

Jika Sunghoon menolak tawaran Sunoo untuk membantunya, sudah pasti Sunoo akan melukainya. Lalu sekarang? Setelah Sunghoon membantu Sunoo, dia bertemu dengan siluman pendendam. Dari sorot mata, dan cara Wonwoo mengusap Sunoo, Sunghoon tahu jika Wonwoo mengincar dirinya.

Sunoo ikut tersenyum, kemudian mengeratkan pelukannya pada sang ibu. Dia menatap nakal ke arah Sunghoon, kemudian mengadu, "Dia mengatakan aku gadis aneh, lalu memarahiku berulang kali. Tak jarang, dia juga membentakku, Ma. Dia bilang aku gadis tak beretika, padahal aku adalah seorang siluman."

"Aku tak tahan hidup bersamanya," ucap Sunoo.

Wonwoo melepas pelukannya, kemudian mengepalkan kedua tangannya. Dia bergerak satu langkah ke depan, sampai Sunghoon memundurkan langkahnya ke belakang. Selama ini, Sunghoon aman dari bahaya, karena selalu dilindungi pengawal. Lalu sekarang? Sunghoon dengan bodohnya pergi tanpa pengawal.

"Mari kita lempar dia ke rumah manusia harimau," gumam Wonwoo.

Bola mata Sunghoon berkaca-kaca. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, dengan jantung berdebar kencang. Dia menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menjatuhkan lututnya di atas tanah. Sunghoon menyatukan kedua tangannya di depan Wonwoo, kemudian berkata, "Maaf. Maafkan aku. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi."

Sunoo berdecak, sekaligus merotasikan bola matanya. Dia bertepuk tangan dan mengompori, "Cincang saja bagian tubuhnya. Yoshi menyukai daging yang mudah dimakan."

Sunghoon menatap tajam ke arah Sunoo. Dia mengingatkan, "Kau siluman tak tahu diri! Aku sudah menyelamatkanmu, tapi kau bahkan tidak membalas budi dan menyerangku?"

Sunoo menurunkan sudut bibirnya. Dia menjawab, dengan kedua tangan berada di belakang punggung, "Namanya juga siluman. Kau pernah mengatakan jika siluman adalah makhluk menyeramkan, bukan? Terimalah takdirmu, Tuan Beretika."

Ketika harapan hidup Sunghoon mulai menghilang, Wonwoo menggerakkan kuku panjangnya ke arah Sunghoon. Namun, bukannya rasa sakit yang Sunghoon terima. Sunghoon malah mendapatkan sebuah kalung, yang Wonwoo pasangkan pada lehernya. Sunoo tertawa kencang, begitu juga dengan Wonwoo yang puas mengerjai Sunghoon.

"Mana mungkin, aku membunuh pemuda yang berhasil membawa putriku padaku. Walaupun kau angkuh, aku ingin berterima kasih karena sudah mengantar Sunoo ke sini," ucap Wonwoo.

Sunghoon membuka kelopak matanya. Dia memegangi kalung hitam pemberian Wonwoo, kemudian mengernyitkan kening. "Kenapa kau memberiku ini?"

Sunoo tertawa kecil, kemudian melangkah ke arah Sunghoon. Dia memegangi erat pergelangan tangan Sunghoon, kemudian berkata, "Untuk masuk ke hutan terlarang, kau membutuhkan kalung ini. Dengan ini, tak ada siluman yang akan mengganggumu."

Sudut bibir Sunoo terangkat ke atas, dia kemudian menunjukkan kalung miliknya pada Sunghoon. "Lihat ini, Mama juga memberikannya padaku, karena aku saat ini berada dalam wujud manusia."

Untuk beberapa saat, Sunghoon melihat kalung yang dipakai Sunoo. Kalungnya mungkin hanya terdiri dari benang hitam, yang berkilauan diterpa sinar siang hari. Tak terlihat cantik, tapi fungsi kalungnya lebih berharga.

Tanpa basa-basi Sunoo menyeret Sunghoon masuk ke dalam hutan. Awalnya Sunghoon merasakan bulu kuduknya merinding. Dia tak suka melanggar aturan, untuk masuk ke dalam hutan terlarang. Namun, Sunoo mengingatkan, "Kau harus membawa tubuh gadis ini, jika aku sudah kembali ke tubuh asliku."

Mau tak mau, Sunghoon akhirnya melanggar aturan. Kemudian melangkahkan kakinya masuk ke hutan. Sepanjang perjalanan, Sunghoon mendengarkan Sunoo bercerita pada ibunya. Dari cerita Sunoo, Sunghoon tahu betapa menderitanya Sunoo akibat perpindahan tubuhnya. Lalu Sunghoon sendiri, malah berulang kali memarahi Sunoo. Padahal Sunoo memang tak tahu aturan manusia.

"Maaf," gumam Sunghoon.

Sunoo mendengar gumaman Sunghoon, dia melirik ke samping kemudian bertanya, "Kau bilang apa?"

"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa," jawab Sunghoon.

Wonwoo tersenyum, melihat keadaan Sunoo yang mulai membaik. Apalagi melihat Sunghoon yang mau bersusah payah menolong putrinya. Padahal, dari cara berbicara dan pakaian Sunghoon, Wonwoo tahu jika Sunghoon adalah anak seorang bangsawan angkuh.

Ketika Sunoo ingin mewawancarai Sunghoon lebih lanjut, tiba-tiba seekor manusia harimau muncul di balik semak-semak. Manusia itu melompat ke arah Sunoo dan Sunghoon. Sunghoon berteriak kaget, berbeda lagi dengan Sunoo yang tersenyum kemudian mencabut satu rumput. Dia menjulurkan rumput itu di depan manusia harimau, baru kemudian memutar-mutarkan rumputnya.

"Kemampuan menakut-nakutimu masih kurang, kucing besar," komentar Sunoo sembari tertawa.

Setelah melihat rumput yang bergoyang-goyang, mata Yoshi mengikuti gerakan rumput. Dari seorang manusia harimau yang ganas, berubah menjadi seekor kucing kecil. Namun, lama kelamaan Yoshi mengernyitkan kening. Dia tak mengenali Sunoo, karena wujud Sunoo saat ini adalah manusia. Lalu ketika Yoshi ingin mendekat, kalung Sunoo sudah lebih dulu menjauhkannya.

"Dia siapa?" tanya Yoshi pada Wonwoo.

Wonwoo tersenyum, kemudian berkata, "Tebaklah."

Yoshi menatap ke arah Sunghoon yang bersembunyi di balik tubuh Sunoo. Baru kemudian melihat manusia asing di depan matanya. Sunoo membuang rumput, kemudian memainkan pipi Yoshi. "Aku musuh dua puluh empat jammu!"

Hanya dalam hitungan detik saja, Yoshi langsung memundurkan langkahnya ke belakang. "Sunoo? Bukannya dia sudah tiada?"

Sunoo menepuk-nepuk dadanya sendiri. Dia berkata dengan percaya diri, "Siluman rubah tak mudah mati."

Yoshi dulu tak suka Sunoo. Namun, setelah teman dan musuhnya itu pergi, Yoshi merasa kesepian. Dia merasakan bola matanya berkaca-kaca, kemudian berkata, "Kau pergi dan membuat semua siluman di hutan merasa kesepian. Kami semua merindukanmu."

Sunoo menepuk-nepuk bahu Yoshi. Baru kemudian berkata, "Tenanglah. Setelah aku kembali ke tubuhku, aku akan bermain bersama kalian lagi. Kita harus melanjutkan permainan mencabik-cabik daging."

Mendengar kata daging, membuat Sunghoon meneguk ludahnya sendiri. Apalagi ketika Yoshi melirik ke arahnya dengan tatapan tak bersahabat. "Jangan lihat aku, jangan lihat aku, jangan lihat aku," gumam Sunghoon.

"Daging ikan," lanjut Sunoo kemudian tertawa kecil. Ingin rasanya Sunoo menceritakan semua pengalamannya pada Yoshi. Dia ingin memamerkan kehebatan ayahnya dalam memancing ikan. Namun, tiba-tiba sudut bibir Sunoo menurun ke bawah. "Papaku orang terburuk di dunia ini."

"Aku lebih baik tak mempunyai Papa," sambung Sunoo.

Setelah bertemu dengan Yoshi, Yoshi mengantarkan Wonwoo pada gua siluman kura-kura. Namun, gua itu sudah kosong. Tak ada tanda-tanda siluman kura-kura di dalamnya. Bahkan, Wonwoo tak merasakan aura putrinya di dalam gua itu.

"Kemana siluman kura-kura pergi, membawa tubuh putriku?!" tanya Wonwoo.

Seorang burung hinggap di dahan pohon. Burung itu tiba-tiba bersuara, "Siluman kura-kura membawa tubuh anakmu pergi, bersama seorang manusia."

Wonwoo mengepalkan kedua tangannya. "Aku sudah memercayakan tubuh putriku, pada siluman paling terkuat di hutan ini! Lalu siluman itu membawa tubuh anakku pergi tanpa izinku?! Mau apa dia sebenarnya?!"

"Aku tak tahu, tapi dia sepertinya bekerja sama sama dengan seorang manusia," lanjut burung itu.

Bola mata Wonwoo memerah, berbeda lagi dengan Sunoo yang merasakan jantungnya menyesak. Wonwoo bertanya, "Ke mana perginya mereka? Apa yang ingin mereka lakukan dengan tubuh putriku?!"

•••

HEARTLESS FOX [Republish] [Sunsun Ft Meanie][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang