Bab 5 Tamu Yang Tak Disangka

189 7 0
                                    

Malam ini setelah selesai sholat maghrib, Alzena memilih untuk mengurung diri di dalam kamarnya. Rasa gelisah kini tengah menyelimuti dirinya karena obrolannya dengan kepala sekolah siang tadi saat di sekolah.

Alzena duduk dengan bersandar pada kepala tempat tidur dan memeluk bantal.

"Apa benar ya pak kepala sekolah jatuh cinta sama aku saat pertama kali aku melamar sebagai seorang guru di sekolah itu? Tapi kenapa dia baru mengatakannya sekarang?" gumam Alzena.

Tok Tok Tok

Alzena menoleh ke arah pintu kamarnya. Ia lalu turun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya menuju ke pintu.

Ceklek!

"Ada apa bu?" tanya Alzena pada ibunya.

"Di ruang tamu ada seseorang yang katanya ingin bertemu dengan kamu," ucap ibu.

"Siapa bu? Pak kepala sekolah ya?" tanya Alzena.

Ibu menggeleng. Alzena mengerutkan keningnya saat ibu menggeleng pertanda jika tamu yang datang bukanlah kepala sekolah. Lalu siapa tamu yang datang ke rumah Alzena jika bukan kepala sekolah?

..........

Saat ini Afnan sedang makan malam bersama beberapa polisi yang lainnya di suatu ruangan. Mereka terlihat tenang saat menyantap makan malam mereka.

Setelah selesai makan, mereka berkumpul di ruang lainnya.

"Selama bertugas di sini kalian harus bisa menjaga sikap ya. Jangan membuat masyarakat membenci kita. Nama kita di kalangan masyarakat sudah hampir tercemar karena perbuatan beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. Jadi saya harap selama bertugas, kalian tidak melakukan hal-hal yang dapat mencemarkan nama baik Polri. Paham?" ucap Afnan.

Mereka pun mengangguk.

"Izin ndan," ucap Harris.

"Ada apa?" tanya Afnan.

"Besok siang kita diundang makan siang di rumah kepala lingkungan sembilan," ucap Harris.

"Dalam rangka?" tanya Afnan.

"Katanya syukuran karena anaknya berhasil lulus menjadi anggota Polri," ucap Harris.

Afnan pun mengangguk.
"Baik. Undangan saya terima. Dan kalian semua harus menjaga sikap. Jangan mempermalukan saya. Waktu kita di sini masih lama jadi tunjukkan sikap yang baik pada masyarakat agar saat kita pergi nanti kebaikan kita yang diingat," ucap Afnan.

Mereka pun mengangguk.
"Siap delapan enam!" ucap mereka serempak.

"Oke saya duluan," ucap Afnan.

Afnan lalu melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke rumah dinasnya.

..........

Alzena melangkahkan kakinya ke ruang tamu untuk menemui tamunya. Seseorang sedang berdiri membelakangi dirinya saat ini.

"Maaf, ada keperluan apa ya?" tanya Alzena.

Orang tersebut lalu membalik badannya dan tatapan mereka pun bertemu.

"Miss, maaf ya saya datang ke rumah miss malam-malam seperti ini. Saya sudah chat miss tapi miss gak aktif jadinya saya langsung datang ke sini," ucapnya.

Alzena menghela nafasnya kasar. Kini rasa gelisahnya pun hilang setelah mengetahui siapa yang datang.

"Ya Allah Elvano ternyata kamu. Miss kira siapa tadi. Ya udah silakan duduk," ucap Alzena.

Mereka lalu mengambil posisi duduk di sofa dan saling berhadapan. Ternyata yang datang adalah murid Alzena.

"Ada apa kamu datang ke rumah miss malam-malam begini? Sebelumnya maaf ya dari tadi miss memang gak ada pegang handphone karena memang kalau di rumah miss jarang pegang handphone," ucap Alzena.

"Oh gitu Pantesan sih susah hubungi miss," ucap Elvano.

"Jadi kenapa kamu ke sini?" tanya Alzena.

"Miss, mulai sekarang saya benar-benar mau serius belajar."

"Bagus dong. Miss senang dengarnya," ucap Alzena.

"Tapi miss, saya maunya belajar sama miss aja. Saya gak mau belajar sama guru yang lainnya. Mereka gak asyik!" ucap Elvano.

Alzena mengerutkan keningnya.
"Gak bisa seperti itu dong van. Miss di sana itu cuma mengajar sebagai guru bahasa Inggris. Mana bisa miss mengajar semua mata pelajaran karena kan setiap guru itu sudah ada porsi mengajarnya masing-masing," ucap Alzena.

"Miss pasti bisalah. Saya tahu kok kalau miss ini lulusan matematika. Pasti miss bisa matematika tapi saya heran deh kenapa miss gak mengajar matematika aja? Kenapa justru bahasa Inggris?" tanya Elvano.

"Karena jumlah guru matematika di sekolah itu udah cukup sedangkan guru bahasa Inggris kalian masih kekurangan dan kebetulan miss juga bisa di bidang itu," ucap Alzena.

"Kenapa miss gak pernah coba untuk mengajar matematika? Kami tuh sebenarnya bosen sih miss belajar sama bu Santi," ucap Elvano.

"Gak boleh gitu. Bu Santi itu sudah sangat berpengalaman sebagai seorang guru. Miss kan masih baru. Pengetahuan bu Santi tentu lebih banyak dari miss," ucap Alzena.

"Gak juga. Kalau miss gak mau ngajarin saya semua mata pelajaran, saya lebih baik bolos sekolah terus. Buat apa saya masuk kelas kalau saya sama sekali gak paham dan gak tertarik untuk belajar sama mereka?" tanya Elvano.

"Jangan dong. Kamu udah kelas sebelas loh. Masa mau bolos terus. Kasihan lah orang tua kamu," ucap Alzena.

"Pokoknya saya gak peduli, miss. Saya maunya belajar sama miss titik!" ucap Elvano keras kepala.

Alzena menghela nafasnya kasar.
"Elvano dengarin miss ya. Di sana itu miss cuma seorang guru. Tugas miss hanya mengajarkan materi sesuai dengan bidang miss. Jadi miss gak bisa mengatur pihak sekolah supaya miss bisa mengajarkan kamu semua mata pelajaran terutama matematika dan bahasa Inggris," ucap Alzena.

"Tapi saya bisa kok miss membuat miss menjadi guru private saya," ucap Elvano.

Alzena mengerutkan keningnya.
"Maksud kamu? Gimana caranya?" tanya Alzena.

Elvano tersenyum penuh arti.
"Miss tinggal menunggu kabar aja dari saya. See you miss," ucap Elvano.

Elvano lalu bangkit dari posisi duduknya dan meninggalkan rumah Alzena.

"Apa yang akan dia lakukan ya? Tapi murid seperti Elvano memang tidak bisa dikasari. Aku harus bersabar menghadapi sikapnya. Semoga aja gak aneh-aneh deh dia," gumam Alzena.

...........

Kafi, seorang kepala sekolah SMA Merdeka baru saja ke luar dari kamarnya dan bersiap untuk pergi ke rumah Alzena. Namun saat ia melewati ruang tamu, ada ibunya di sana yang melihat dirinya.

"Kafi, kamu mau ke mana?" tanya ibu.

Kafi lalu menghampiri ibunya.
"Kafi ingin bertemu dengan calon istri Kafi, bu. Doakan Kafi ya bu," ucap Kafi.

"Calon istri? Sejak kapan kamu memiliki calon istri?" tanya ibu.

"Sebenarnya Kafi sudah lama suka sama dia tapi baru hari ini Kafi menyatakannya pada dia," ucap Kafi.

"Apa dia juga mencintai kamu?" tanya ibu.

Kafi terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya.
"Kafi gak tahu bu," ucap Kafi.

"Lalu untuk apa kamu ke sana?" tanya Ibu.

"Kafi ingin melamar dia sebagai istri Kafi," ucap Kafi.

"Jangan terlalu cepat mengambil keputusan, nak. Biarkan semuanya berjalan begitu saja sampai pada waktu yang tepat nanti, setelah kamu benar-benar yakin jika dia juga mencintai kamu. Nah disitulah baru kamu melamar dia. Jangan gegabah. Ibu gak mau nantinya kamu sakit hati saat dia menolak niat baik kamu," ucap ibu.

"Tetapi dia adalah wanita yang baik, bu. Selama ini Kafi juga melihat kalau dia tidak memiliki kekasih," ucap Kafi.

"Meski begitu, lalu apakah kamu yakin jika dia akan menerima lamaran kamu?" tanya ibu.

.........

Dear Pak Kapolsek [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang