Prolog

431 43 1
                                    

Adnan dan Afan mereka adalah sahabatku sejak kecil, mereka Saudara kembar yang sangat kompak tapi terkadang mereka sering bertengkar dan diantara mereka yang selalu mengalah adalah Adnan,

     Yang mungkin karena Adnan adalah kakak dari Afan ya walaupun cuma beda 5 menit dan mungkin itulah yang membuat mereka kompak dan akrab. Aku sangat menyayangi mereka berdua terlebih Afan yang selalu membuatku tertawa dengan leluconnya apalagi Adnan dengan tawa khasnya yang membuat persahabatan kami tak pernah pudar.
        
     Saat itu, tepat di sore hari aku duduk di depan rumahku menanti kedatangan mereka, Kami berencana akan pergi ke danau hari ini.

Tak lama aku menunggu mereka datang juga akhirnya.
     
       “Adnan, Afan kalian lama sekali, jadi nggak?”.
      
       “Jadi, hehe sorry lama kami tadi sibuk siap-siap ayo..”

ucap Adnan dan Afan secara bersamaan.
     
       “Sri, kau sedang buat apa. Bukannya kita mau ke danau” ujar Afan yang melihatku sedang melipat kertas.
    
       “Aku sedang membuat perahu kertas nanti kalau sudah sampai danau aku taruh di danau itu pasti asik”.
     
       Afan yang saat itu memperhatikanku hanya tersenyum hangat padaku. Kuakui diantara Adnan dan Afan yang paling dekat denganku adalah Afan, dia begitu asik dan lucu ketika mengajaku mengobrol apalagi bercanda.

Dan jika Adnan ia adalah tipe-tipe cowok dingin yang bicara hanya seperlunya saja, karena kulihat dia tak begitu sering bercanda, hanya saja dia sedikit kaku dan agak terlihat dingin dengan orang lain.
      
        Setelah selesai aku buat perahu dari kertas, aku bersama Afan menaruhnya ke permukaan air danau dan seperti biasa kami bercanda bersama.

Iya itu adalah beberapa ingatanku tentang mereka, saat mereka masih tinggal disini bersama dengan kedua orang tua mereka. Sejak mereka pindah ke Jakarta, karena ayah mereka harus mengurus pekerjaan yang ada di Jakarta. Dan akhirnya kami tidak pernah bertemu lagi.

Kini aku berdiri di hamparan rumput nan luas yang di depannya terdapat danau yang pernah kudatangi semasa kecil dulu bersama kedua sahabatku Adnan dan Afan. Mungkin mereka sudah sama sepertiku sekarang, Sambil melihat kalung berliontin Matahari pemberian dari Adnan dan Afan.
      
        Kuingat dulu disaat Afan sering menghiburku dengan tawa khasnya disaat aku bersedih. Dan ia juga yang membuatku tertawa hingga saat ini ketika dia bercanda dengan mengatakan aku adalah pacarnya di depan teman-temannya dulu. Itu membuatku tertawa geli saat mengingatnya kembali. Bisa-bisanya dia mengatakan aku pacarnya di depan teman-temannya.

Your SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang