part 1

9 0 0
                                    

Ting...Lonceng yang berada di bawah gagang pintu café berbunyi karena seseorang mendorong pintu kaca lebar tersebut, membuat beberapa orang refleks menoleh ke arah pintu masuk.

"Frappe Capucino satu ya kak." Ucap wanita yang baru saja masuk itu.
Joanne Sorrel yang akrab dipanggil Oyel mengambil salah satu spot tempat duduk yang strategis untuk mengerjakan tugas sendiri, di pojok kanan café terdapat meja untuk 2 orang, ia duduk lalu menaruh beberapa buku dan laptopnya di meja sambil menunggu pesanannya datang.

"Keren banget gue ngerjain tugas kelompok ginian sendiri, anjing emang." Misuhnya sambil membuka laptop dan mulai sibuk mengerjakan tugasnya.

Tak lama handphone nya menunjukkan notifikasi, ternyata berasal dari platform khusus untuk menunjukkan aktifitas idolanya.
"Ya Allah RAVEN GANTENG BANGET?!" Teriaknya sambil menutup mulut agar pengunjung café tersebut tidak terganggu. "Eh sebentar..tapi dia mau kemana ya."

Melupakan tugasnya yang harus dikerjakan, ia malah bermain handphone dan jari-jarinya terus menari di atas sana, seperti mengetik sesuatu.
"HAH?INI GUE BENERAN DI BALES??" Teriaknya dan lagi-lagi sambil menutup mulut, membuat teriakannya tertahan.
Seperti tiba-tiba teringat tugasnya yang menumpuk, Oyel melanjutkan lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Ting..Seperti biasa, selalu ada bunyi lonceng jika ada pengunjung café yang datang, namun Oyel tidak peduli dan terus menatap laptopnya sambil mengetik banyak kata, tujuannya kesini hanya untuk menyelesaikan semua beban yang ada sebagai mahasiswa semester lima.

"Sorry, ini pesenan lo ya?" Dengan tiba-tiba, sesosok laki-laki bertubuh tinggi dengan hoodie coklat datang menghampiri Oyel sambil membawa pesanannya.

"Eh?iya, makasih mas." Dengan tidak memperdulikan, Oyel hanya menatap sekilas lelaki yang mengantarkan pesanannya dan lanjut mengetik.
"Hahaha, iya sama-sama." Balas lelaki tersebut sambil terkekeh lalu pergi dan duduk di sebrang Oyel.

Merasa janggal , Oyel berfikir sejenak. Café ini tidak memiliki pelayan untuk mengantar pesanan, jadi jika ingin membeli, harus memesan dan menunggu untuk dipanggil dan mengambil pesannnya sendiri.

Oyel menoleh ke arah lelaki yang baru saja mengantarkan pesanannya, berniat berterimakasih karena mungkin saat pesanan Oyel dipanggil, Ia tidak fokus.

"Permisi mas, mau bilang makasih tadi udah nganterin pesenan saya." Ucapnya canggung saat menghampiri lelaki tersebut.

"Oh iya, gapapa, lagi sibuk banget mungkin mba nya, jadi ga denger daritadi dipanggil." Balas lelaki itu sambil menoleh ke arah Oyel.

Oyel tersenyum tidak enak, namun terdiam sejenak, seperti mengenal lelaki itu.
"Maaf mas..kita pernah ketemu sebelumnya ga ya? " Dengan tidak ragu ia bertanya .

"Em..kayanya engga, kenapa?"
Oyel seperti sedang berusaha mengingat sesuatu, ia duduk di kursi kosong yang berada di depan lelaki itu dan saling menatap.

"Shiit!" Setelah menyadari sesuatu, mereka berdua mengumpat secara bersamaan dan pastinya Oyel paling terkejut karena memberikan reaksi berlebih.

"Sorrel?"

"Lo..Gio? Giovanno?"

Mereka saling mengangguk mengkonfirmasi nama masing-masing.

"Orang gila!! Sumpah kita berapa tahun ga ketemu?" Ucap Oyel.

"Pas lulus SMP, gue beneran ga nemu kabar lu sama sekali yel." Balas Gio yang sudah meredam rasa terkejutnya.

Oyel yang masih terkejut hanya tersenyum kikuk. Ia benar - benar ingin kabur saat ini juga, bagaimana tidak? Gio adalah mantan pacarnya saat masih duduk di bangku sekolah menengah. Orang yang memang ia hindari.

"Hahaha iya gue pindah ke Bandung waktu itu, by the way gua balik ke meja gua ya, mau ngejar deadline."

Sial, kenapa feelnya masih sama

Oyel kembali ke mejanya dan melanjutkan tugas yang sempat tertunda. Gio mencoba mengerti karena mungkin masih tidak menyangka akan bertemu seperti ini. Ya walau Gio juga ga paham kenapa Oyel masih menghindar.

Namun sepertinya Oyel sudah tidak bisa fokus dan membuat tugasnya makin amburadul ga karuan.

Melihat gerak gerik frustasi Oyel, Gio hanya terkekeh dan beranjak dari mejanya untuk duduk di depan meja Oyel.

"Minimal tanya kabar ga sih?" Ucap Gio santai.

"Duh gi gue gaada waktu, next time aja kita ngobrolnya." Tangkis Oyel dengan cepat, yang ia inginkan sekarang hanya satu, pergi dari tempat ini sekarang juga,

"Then, let me have your number." Gio menyodorkan handphone nya.

Sepertinya ini memang bukan harinya Oyel, sial.

Dengan ragu, Oyel mengambil handphone Gio dan mengetikan nomornya. Kenapa seperti gampang sekali memberikan nomor pribadi ke orang lain? Oh salah, Gio bukan orang asing, atau Oyel tidak punya pilihan.

"Perlu gue bantu?" Tawar Gio saat melihat buku berserakan di atas meja.

"Your major?"

"Komunikasi"

"you can't help me then, gue sasing"

"Okey if you won't"

Oyel membereskan buku - buku yang berserakan, ia harus pergi dari tempat ini dan melemparkan buku dengan ketebalan ratusan lembar kepada rekan kelompoknya.

"Gue balik ya gi, nyokap nelfon, nice to meet you anyway,"

Gio mengangguk mengerti dan membiarkan Oyel beranjak dari tempat duduknya sambil membawa minuman yang belum sempat ia sentuh sama sekali.

"You to"

Oyel tersenyum dan melambai ke arah Gio sebelum menghilang keluar dari cafe.

Shiit, welcome to the hell Sorrel, batin Oyel dan merasa semuanya akan tidak baik - baik aja mulai hari ini.

unexpected Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang