Hidup memang terkadang berjalan dengan plot yang sangat sulit untuk ditebak. Kepergian Jenar sungguh membuat luka yang menganga lebar dan dalam di hidup Oriana. Rasanya, ia terjatuh begitu dalam ke jurang yang tak ada akhirnya.
Sekuat tenaga ia bertahan untuk hidup, tapi sekarang ia sudah menyerah untuk mencari pegangan yang akan menyelamatkannya. Tak ada satu hal pun yang dapat membuatnya sembuh dari rasa sakit karena ditinggal meninggal oleh Jenar. Mungkin dia akan menyerahkan diri kepada luka yang menyakitkan batinnya ini agar dia dapat menghentikan rasa sakit dan hampa.
Tangisan dan air mata menjadi kawan sejatinya sejak Jenar pergi. Tak ada sedikit pun niat Oriana untuk menyingkirkan barang-barang milik Jenar, karena akan terasa lebih menyakitkan lagi. Warna favoritnya sekarang adalah warna hitam, yang menjadi simbol duka. Setiap hari dia memakai pakaian warna hitam. Tak mau lagi dia membawa tas tangan atau berjalan di trotoar yang ramai dengan pejalan kaki. Juga ia tak sudi untuk datang ke Zurich menghadiri sidang dari pembunuh Jenar. Dia menyaksikan persidangan melalui telekonfrensi, kehadirannya diwakili oleh pengacara top di Swiss.
Nasib pembunuh Jenar adalah dihukum dengan hukuman dua puluh tahun penjara, dan diberatkan bahwa dia melakukan tindak perampokan dan membawa senjata berbahaya, serta ada di bawah pengaruh narkotika ketika dia melakukan penusukan. Maka jumlah hukumannya adalah tiga puluh delapan tahun penjara. Sungguh Oriana tak bisa menerima keputusan hakim, tapi dia tak bisa berbicara atau bertindak banyak karena akan memakan waktu yang lebih lama lagi jika dia mengajukan banding. Harapan Oriana hanyalah sang pembunuh bisa mendapatkan ganjaran di penjara maksimum itu.
Di antara kerumunan orang-orang yang berseliweran dan sibuk dengan kepentingan masing-masing, di Jakarta, di tempat ia pertama bertemu dengan Jenar, kembali dia melihat sosok yang sangat mirip dengan Jenar sedang berjalan keluar dari gedung kantornya. Dia hanya ingin berteriak histeris dan mengejar sosok itu, lalu memeluknya dengan erat. Namun, ketika akhirnya dia bisa menguasai dirinya dan mengejar orang yang sangat identik dengan Jenar, ternyata orang itu bukanlah Jenar. Walau pun memiliki kesamaan fisik yang luar biasa dengan kekasihnya yang sudah menyatu dengan tanah itu, wanita itu bernama Nala, dengan gaya berbicara yang jauh berbeda dengan Jenar. Sedikit rasa kecewa, tapi kerinduannya untuk melihat kembali wajah Jenar sedikiti terobati pula.
Oriana merasa dia bisa menjadi gila jika hidup terus mempermainkannya seperti ini.
****************
Dear Readers! Penasaran dengan kelanjutan cerita Oriana dan Nala gak? Kalau penasaran, yuk langsung aja dipesan e-book Once More. Oh iya, ini pre-order ya, jadi e-book akan dikirimkan serentak kepada pemesan di tanggal 28 Januari 2023.
Lantas, gimana cara pesannya?
Gampang banget, kok. Bisa langsung DM aja ke Wattpadk-ku ini atau ke Instagramku di (at)natsukibenibara, atau bisa juga ke Instagram (at)relex_imagi, ya.
Pagi pembaca di Negeri Jiran, gak usah khawatir untuk ketinggalan sekuel Oriana. Sekarang aku juga bisa menerima pembayaran melalui PayPal, loh!
Yuk, langsung aja dipesan sekuel dari A Soul Called Home, yaitu Once More. Happy reading!
With love,
.natsukibenibara.
![](https://img.wattpad.com/cover/329777307-288-k423540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Once More
RomanceLGBTQ+ CONTENT! GXG! Terlalu sakit bagi Oriana untuk menjalani hidup sepeninggal Jenar. Ia sungguh merasa seperti debu yang terbang tak tahu kemana rimbanya. Hidup terlalu menyakitkan baginya. Tapi, seseorang yang sangat mirip dengan Jenar datang ke...