"Ja .... Ja .... Jaja .... Woiiii ...."
"Heyyyy .... Gue panggil-panggil dari tadi juga. Gue sumpahin lo budeg baru tau rasa."
Aku mempercepat langkahku. Tak ku hiraukan teriakan dari laki-laki itu. Tiba-tiba aku merasa ada tarikan yang cukup kasar di tali tas punggungku dan membuatku otomatis menghentikan langkahku, aku tidak mau jatuh terjerembab Ke belakang.
Duh ... mana di kampus lagi rame, bisa jatuh dong image aku yang tidak seberapa ini. Yah ... walaupun nggak ada yang peduli juga, tapi tetap aja aku nggak mau malu di muka umum kaya gini.
Dengan kesal aku memutar tubuhku Ke belakang dan menghentakkan kakiku layaknya anak kecil yang merajuk karena tidak di belikan permen oleh ibunya.
"Hehhhh .... Sembarangan narik-narik! Kalau gue jatuh terus terluka, lo mau tanggung jawab?" hardikku garang dengan mata melotot dan tangan di pinggang.
"Iyeee Jaja, lo yang nanggung gue yang jawab" ucapnya sambil tertawa.
Aku mendengus kasar. Kedua tanganku berpindah bersidekap di dada. Ku pandangi pemuda di depan ku ini dengan raut muka galak, well .... Setidaknya segalak yang aku bisa. Tapi yang ku galakin malah tertawa makin keras melihat raut mukaku dan membuatku tambah kesal.
Tangannya terulur, menepuk-nepuk kepalaku masih dengan sisa tawanya.
"Uluh ... uluh ... Jaja, nggak cocok tau mata melotot gitu, bukannya bikin takut malah bikin gue geli."
Ku tepis tangannya yang masih menepuk puncak kepalaku dengan kasar. Sialan nih kampret rutukku dalam hati. Tapi kamu suka tuh bisik hatiku lagi. Hati kamu kenapa jadi labil deh.
"Nama gue Senja, S E N J A dan nggak usah sentuh-sentuh kepala gue. Dasar kampret!" teriakku dongkol.
Dia tersenyum mendengar teriakanku. Ada apa sih dengan dia? Udah aku jutekin, aku teriakin, aku kasarin masiiiiih aja gangguin. Pagi-pagi udah bikin darah mendidih, lama-lama bisa tepar kena darah tinggi Kalau kaya gini melulu.
"Iye tau nama lo Senja, udah berkali-kali lo teriakin ke gue. Tapi gue lebih suka manggil lo Jaja" ucapnya sambil menebar senyum andalannya.
"Jaja ... Jaja .... Emangnya gue Jaja Miharja" ujarku galak.
"Apaan tuh?" pekiknya sembari memicingkan sebelah mata meniru penyanyi dangdut lawas itu.
"Nggak lucu tau" bentakku.
Pria muda itu memandang ku sambil memainkan alisnya membuatku tambah dongkol. Dari ekor mataku terlihat beberapa orang memandangi kami. cibiran dan ejekan tersirat dari wajah mereka, terutama dari para mahasiswi. Yah sudah pasti!
Semua karena si kampret sialan yang berada di depan ku ini. Namanya Cameron, yup tebakan kalian salah! Kalian pasti nebak Kalau dia bule blasteran kan? Nggak ada darah bule dia tuh, menurut gosip yang beredar bokapnya orang Jakarta keturunan Tionghoa dan nyokap urang Sunda.
Katanya juga dia anak dan cucu konglomerat terkaya di Indonesia, entah siapa aku nggak tahu. Aku nggak tertarik ngurusin keluarga orang apalagi orang kaya, kenal juga nggak. Kenapa namanya kebule-bulean karena katanya dulu emaknya waktu hamil ngidam ama aktris Cameron Diaz. Suka banget nonton film yang ada Cameron Diaznya bahkan rela sampai motong rambut ala Cameron Diaz. Semua ngira anaknya pasti cewek eh pas lahir ternyata cowok terus dikasi nama Cameron.
Dia tinggi menjulang mungkin 180cm lebih, karena aku aja yang 160cm cuma setinggi dada dia. Wajahnya ganteng sih menurut standard kegantengan orang Indo. Kulit putih bersih dengan brewok tipis dan rahang yang tajam membuatnya tambah manly, hidung mancung macam perosotan anak TK, rambut hitam gelap dan tebal serta matanya yang coklat dan jernih macam mentari pagi yang cerah. Yah emang secerah itu dan aku bicara fakta ya guys, bukannya lebay. Yah Kalau di lihat-lihat wajahnya itu perpaduan antara Indra Brugman sama Steven William. Tahu kan? Ya udah bayangin aja sendiri.