[6] Berjauhan

73 12 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan pertama, Arunika masih berusaha beradaptasi lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan pertama, Arunika masih berusaha beradaptasi lagi. Tidak ada Kalangga dan Aksarino, dua teman pertamanya di desa ini. Biasanya kalau Kalangga sedang sibuk di sawah atau di kebun, Aksarino akan mengajaknya bermain di sawah. Meski ia juga berkenalan dengan pemuda-pemudi yang sebaya dengannya, tetap saja Arunika merindukan Kalangga dan Aksarino di sini. Terlebih ia sangat merindukan Kalangga yang selalu menemaninya melukis, mengajaknya keliling desa, dan mengusap kepalanya.

Di bulan kedua, lukisan-lukisan yang Arunika buat kemudian dijual untuk membantu beberapa warga desa yang kurang mampu. Untuk membantu anak-anak yang kelaparan. Ia bersama remaja serta pemuda-pemudi lain juga sering bermain dengan anak-anak. Arunika menjadi lebih dekat dengan warga desa.

Di bulan ketiga sampai keenam, semuanya masih sama. Tidak ada yang berubah.

Namun di bulan ketujuh, Arunika jatuh sakit. Mungkin karena kelelahan. Terlalu lama di bawah panas matahari. Terlalu lama di luar rumah. Arunika terbaring di kasur dengan selimut tebal dan kain basah yang hangat di dahinya. Arunika menoleh ke luar jendela, bertanya-tanya sedang apa Kalangga di sana.

Kalangga dan Aksarino tidak punya ponsel. Itulah kenapa mereka tidak bisa berkomunikasi. Biasanya mereka saling berkomunikasi lewat ponsel Chakra. Atau ponsel teman-teman yang lain. Namun kali ini, sudah seminggu mereka berdua tidak mengabari. Mungkin sibuk.

Karena yang terakhir kali Arunika dengar, mereka sedang sibuk membuka bazar amal. Syukurlah kalau project amal mereka berjalan lancar. Ia senang mendengarnya.

Ketika mendengar suara Bunda yang sedang menelpon seseorang, saat itu juga Arunika menutup matanya dan tertidur. Ia masih lelah dan tubuhnya butuh banyak istirahat.

"Iya, Langga, Arunika saat ini sedang sakit. Pasti saya sampaikan kok. Tenang saja, jangan khawatir. Arunika bilang dia selalu merindukanmu juga. Katanya, dia tidak sabar ingin bertemu kamu lagi, Langga."

...

Kalangga dan Aksarino diberi tempat tinggal menginap di rumah Chakra yang besar dan memiliki banyak kamar. Awalnya mereka terkejut—terlebih mereka terkejut karena Arunika punya teman se-kaya ini. Relasi Arunika tidak main-main ternyata.

Awalnya Chakra mengatakan Kalangga dan Aksarino tidak usah membayar biaya sewanya. Cukup dengan kehadiran mereka yang membantu pekerjaan amal saja sudah cukup. Namun karena mereka tidak mau dianggap hanya menumpang hidup di sini, alhasil keduanya membayar biaya sewa dengan membersihkan rumah Chakra. Entah apa pun itu, yang penting mereka bisa mengeluarkan tenaga mereka untuk membantu Chakra.

Untuk menjadi model memang sulit. Kalangga dan Aksarino yang belum gapah dengan kamera, harus bergaya seperti model profesional di depan kamera. Awalnya sedikit sulit, pemotretan berlangsung lama karena mereka kesulitan mencari gaya, namun setelah berhari-hari kemampuan mereka diasah, akhirnya mereka menjadi sedikit lebih gapah di depan kamera.

Beberapa bulan berikutnya, Chakra kemudian mulai menjual pakaian dan celana yang mereka buat sendiri di toko online, mengiklankannya di sosial media, dan juga membuka toko offline hasil dari patungan mereka.

Pembagian pekerjaan dibagi rata. Kalangga dan Aksarino, selain menjadi model brand, mereka juga jaga toko offline. Sementara itu Genta, Arya, dan Raiden memegang toko online dan segala keperluan iklan agar produk mereka semakin luas dan banyak yang tertarik. Chakra menangani bagian keuangan dan strategi pasar mereka agar mereka dapat keuntungan besar untuk membesarkan brand sekaligus mencari-cari info tentang badan amal lainnya.

Jinan menangani bagian design produk sekaligus pembuatan katalog. Ia juga bertanggung jawab atas design yang dibuat hanya untuk brand mereka. Jinan juga kadang dibantu oleh Arunika. Jadi meski mereka jarak jauh, mereka tidak pernah putus komunikasi untuk urusan design

Di bulan ke lima, Kalangga memandangi foto polaroid yang sedikit lecek karna sering dimasukkan ke dalam saku celana. Foto polaroid itu adalah foto Arunika yang sedang duduk sambil melukis, tersenyum ke kamera.

"Kangen sama Arunika, ya?" Aksarino datang dengan paket-paket yang sudah dipacking. Ia menaruh paket-paket itu ke dalam keranjang kosong khusus paket online.

Kalangga menoleh. "Arunika ... sedang apa, ya, dia..." lalu setelah itu ia bermonolog. Duduk bersila dengan mata yang menerawang ke atas langit.

Aksarino menggeleng pelan. "Coba kamu telepon dia, Langga. Kasihan sekali aku melihat kamu yang seperti ini."

Raiden datang, ia membawa beberapa paket di tangannya yang juga ditaruh ke dalam keranjang. "Bang Langga kenapa gak beli ha-pe aja? Kan bisa komunikasi sama Aru. Terus juga kenapa Bang Aksa juga gak beli ha-pe?"

"Duitku belum kekumpul banyak, Rai," jawab Aksarino. "Nanti kalau sudah kekumpul, beli ha-pe yang bagus—apa tuh namanya? Aipon?"

"Iya, Iphone, Bang," Raiden menjawab dengan tawa gelinya. "Mantep Bang Aksa. Nanti gue bantu cariin ha-pe yang bagus, biar gak ketipu sama orang."

Kalangga menggeleng ketika Raiden menatapnya. "Saya belum tertarik membeli ponsel, Rai. Tapi saya sudah memikirkan untuk mengirim surat."

"Surat?" Genta yang baru saja datang langsung melongo. "Kirim surat ke siapa?" tanya Genta.

"Ke Arunika dan keluarga saya." jawab Kalangga dengan gamblang.

Genta berdecak kagum, tapi juga geli. Ia pernah diceritakan oleh Arunika kalau katanya Kalangga itu unik. Ya, benar, Kalangga unik. Ketika semua orang memakai ponsel untuk mempermudah komunikasi, justru Kalangga lebih menyukai cara tradisional.

"Sekalian panggil burung buat kirim suratnya saja, Lang," seloroh Aksarino yang juga membuat Kalangga tertawa.

Selanjutnya kehidupannya yang mulus itu ternyata penuh dengan lika-liku. Membuat brand tidak semudah kelihatannya. Ada banyak yang gagal. Iklan yang mereka buat mendapatkan kerugian besar—boncos, karena kurangnya pemahaman mereka. Serangan-serangan kompetitor atau pesaing pun bertubi-tubi, mereka biasanya membeli produk lalu meninggalkan jejak komentar menjatuhkan.

Sampai akhirnya Chakra dan semuanya berusaha bangkit lagi bersama-sama. Mengikuti bazar amal dan acara-acara lainnya. Mempelajari iklan dan strategi pasar mereka.

Genap setahun, Kalangga yang sudah terlampau rindu dengan Arunika, memutuskan untuk mengirim surat untuk yang pertama kalinya.

Hari itu juga, ketika ia baru saja mengirim surat ke kantor pos, Kalangga dan Aksarino didekati seseorang yang langsung memberikan kartu namanya.

"Saya menawarkan kalian untuk bekerja dengan perusahaan kami, menjadi talent, tentunya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asmaraloka Arunika dan Kalangga - Chanjin lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang