"lo bisa ga dengerin gue sehari aja, Hyuk? kerja sampingan lo udah banyak banget, sekarang lo nambah satu lagi, kapan bisa istirahatnya?"
itu Aluna --- Aluna Jung, sahabat sejak kecil In Hyuk yang sekarang setelah panggilan dari dirinya tidak dijawab oleh In Hyuk segera berlari ke tempat kerja sampingan baru sahabatnya itu. bukan tanpa alasan dia rela berlarian selarut ini demi sahabatnya, dia khawatir dan cemas karena dia sayang.
"na, lo tau sendiri kerjaan gue yang kemarin gaji nya pas-pasan. kebutuhan mendadak disini yang kadang ga ngotak mahalnya, belum lagi biaya makan bunda gue di kampung. mau gak mau gue harus nambah kerjaan, na." Aluna menghela nafas dengar penjeasan In Hyuk, hatinya terasa perih karena ekspresi sok kuat dengan senyum kecil In Hyuk.
"seenggaknya minum vitamin, Hyuk. gue beliin ya?" Aluna segera mengambil sebotol vitamin dari rak sebelum In Hyuk menahan tangannya, "jangan larang gue, atau gue gak mau temenan sama lo lagi." dan tentu, sebelum In Hyuk bisa layangkan kalimat penolakan dan protes, Aluna sudah lebih dahulu mengancam.
Aluna tahu betul sifat In Hyuk yang enggan menerima bantuan dari orang lain, padahal terkadang --- didalam hidup, kita butuh uluran tangan seseorang agar semuanya tidak terasa terlalu berat. Aluna yang dengan sukarela sudah melakukan itu sejak bertahun-tahun, walau sebagian besar pertolongannya ditolak atau dijadikan hutang oleh In Hyuk setidaknya ada beberapa yang diterima In Hyuk juga.
"minum, Hyuk. lo udah makan malem belum?" tanya Aluna saat mereka berdua duduk didepan minimarket tempat baru In Hyuk bekerja, "udah." --- bohong, Aluna tahu itu. entah sudah berapa kali In Hyuk berbohong begini dan sudah berapa kali juga dia tertangkap sedang berbohong. "bisa stop boongin gue ga?" In Hyuk nampak terkejut dengan reaksi Aluna, tidak tahu harus merespon seperti apa.
airmata Aluna perlahan mengalir, dirinya sudah tidak tahan melihat sahabatnya sebegitu keras dan gigih nya untuk mendapatkan sepeser uang tanpa memperhatikan dan menjaga kondisi tubuhnya. "na.. luna, gue gapapa." ucap In Hyuk sambil perlahan tarik telapak tangan Aluna untuk dia genggam.
"gue beneran udah makan, tadi onigiri satu --- gaboleh banyak ntar gendut lagi hahaha..." In Hyuk tertawa renyah mencoba mencairkan suasana sedangkan Aluna malah menangis lebih keras dengar penjelasan In Hyuk, "Aluna... udahan nangisnya, ga enak oranglain liatin nanti. dikira gue apa-apain lo lagi." ucap In Hyuk lagi dengan posisi duduk yang berpindah lebih mendekat kepada Aluna.
"biarin, supaya lo dilaporin polisi, supaya lo dipenjara --- di penjara lo bisa istirahat." teriak Aluna yang buat In Hyuk kembali tersenyum kecil, "na, ngertiin gue ya? gue juga capek, tapi gue bisa apa? gue sengaja ga ngangkat telepon lo supaya lo ga kepikiran dan nangis gini. udah ya?" ucap In Hyuk seraya tangan yang dia bawa untuk usap airmata dari wajah Aluna.
"gue lanjut kerja, ya? lo pulang gih, sebelum kemaleman." In Hyuk perlahan pergi meninggalkan Aluna dengan tas bekal yang entah sejak kapan ternyata dia tenteng sejak tadi. "i even cook for you, Hyuk." lirih Aluna sebelum akhirnya memilih untuk masuk kembali kedalam minimarket dan menaruh tas bekal nya di loket kasir, "dimakan, gue bikin nya susah." ujar Aluna dan sesegera mungkin berlari keluar minimarket sebelum In Hyuk bisa katakan apa-apa.
Aluna sadar rasa khawatir dan cemas nya ini tidak hanya sebatas itu, dia punya perasaan pada In Hyuk --- dia mencintai In Hyuk.
Entah sejak kapan, mungkin sejak In Hyuk yang menepuk-nepuk punggung Aluna saat ayahnya meninggal, atau sejak In Hyuk yang tersenyum dan mengatakan bahwa Aluna adalah satu-satunya teman miliknya, atau mungkin sejak In Hyuk yang menemaninya saat dia baru saja ditolak dari sekolah yang dia inginkan.
mungkin juga karena kehangatan hati In Hyuk yang tak sembarang orang bisa merasakannya, mungkin juga karena lesung pipi In Hyuk yang selalu buat Aluna --- yang entah kenapa, berdebar. dan tentu saja, karena In Hyuk adalah In Hyuk.Aluna tidak tahu sampai kapan dia akan terus menyembunyikan perasaan nya kepada In Hyuk dan hanya dengan rasa pengecutnya ini bersembunyi dan memperhatikan dari jauh walau terkadang membantu, tapi rasanya itu tidak cukup. Aluna ingin menjadi yang bisa diandalkan untuk In Hyuk.
Entah sudah berapa kali rembulan lihat dan dengar gundahan hati Aluna seperti ini, mungkin saja nanti akan ada saatnya rembulan saksikan Aluna yang bahagia dan hangat hatinya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seasons [Bae In Hyuk]✔︎
RandomAluna mencintai sahabatnya --- di setiap musim. [Very Short Story]