Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba-hari prom. Rendy berdiri di depan cermin besar yang menggantung di dinding kamarnya, memandang bayangannya dengan penuh perhatian. Ia merasa seolah seluruh dunia terhenti, hanya ada dirinya dan bayangannya dalam cermin itu. Setiap detil yang selama ini ia abaikan kini menjadi begitu berarti. Malam ini, ia bertekad untuk tampil sempurna-sebagai dirinya yang paling baik, yang paling percaya diri.
Tuxedo yang ia kenakan, hasil belanja bersama David minggu lalu, membalut tubuhnya dengan presisi yang hampir tidak mungkin. Potongannya sangat pas, menyelimuti tubuh rampingnya dengan sempurna. Kainnya jatuh lurus, mempertegas lekuk bahu dan pinggangnya. Setiap jahitan pada jas itu tampak rapi, seolah menonjolkan keanggunan yang tak terucapkan. Kemeja putih yang ia kenakan di dalamnya tampak bersih dan rapi, seperti baru saja disetrika dengan penuh perhatian. Dasi tipis yang melingkari lehernya menambahkan sentuhan elegan dan menyempurnakan penampilannya.
Rendy menarik napas panjang, berusaha menenangkan degup jantungnya yang semakin cepat. Ketegangan itu tidak hanya karena prom malam ini, tetapi juga karena malam ini akan menjadi malam yang spesial-malam yang ia harapkan bisa dijalani bersama seseorang. Sesuatu yang jauh lebih berharga daripada sekadar pesta dansa.
Ia menatap rambutnya di cermin. Biasanya, rambutnya cenderung acak-acakan-lebih bebas dan liar, mencerminkan sisi dirinya yang ceria dan tanpa beban. Namun malam ini, ia memutuskan untuk menata rambutnya dengan hati-hati. Mengoleskan sedikit pomade di telapak tangan, ia menatanya perlahan, memastikan setiap helai rambut tertata rapi di tempatnya.
"Sempurna," bisiknya pelan, senyum kecil menari di bibirnya. Ada perasaan aneh yang mengalir dalam dirinya, seperti kekuatan yang datang dari dalam.
Pandangan Rendy beralih ke botol parfum kecil yang terletak di atas meja riasnya. Ia membuka tutupnya dengan perlahan, menghirup aroma segar yang keluar. Dengan gerakan yang penuh perhatian, ia menyemprotkan cairan parfum itu ke pergelangan tangan, leher, dan dadanya. Wangi segar dengan sentuhan maskulin memenuhi udara kamar, menciptakan aura yang membuatnya merasa lebih hidup, lebih percaya diri.
Parfum ini adalah pilihan David. "Biar malam prom nanti, lo bikin semua orang kagum," kata David saat mereka bersama-sama memilihnya di toko. Rendy tersenyum mengingat kata-kata itu, dan kini ia bisa merasakan kehadiran David seolah lebih dekat, meskipun mereka belum bertemu.
Rendy melangkah mundur, melihat dirinya di cermin dari atas hingga bawah. Setiap detil, setiap garis tubuhnya, setiap sudut penampilannya, seolah telah disiapkan dengan penuh perhitungan. Sepatu kulit hitamnya yang baru berkilau sempurna, hasil usaha ekstra yang ia lakukan dengan menyemirnya hingga tangan terasa pegal dan lelah tadi siang. Ia memastikan kerah tuxedo-nya rapi, tanpa ada bagian yang terlipat atau terlihat kacau. Ia menghela napas panjang, memastikan semuanya sudah sesuai dengan yang ia inginkan. Tidak ada ruang untuk ketidaksempurnaan malam ini.
"Oke, ini dia," gumamnya pelan pada diri sendiri, meskipun rasa gugup masih merayapi hatinya. Ia tahu ini adalah momen yang besar-bukan hanya karena prom, tetapi juga karena malam ini adalah malam yang telah ia nantikan, malam di mana ia bisa menjadi dirinya yang sebenarnya bersama orang yang telah mengambil tempat istimewa di hatinya-David.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja, dan Rendy segera meraihnya. Jantungnya berdegup lebih cepat saat melihat nama yang muncul di layar. Sebuah pesan dari David.
"Gue di depan rumah. Keluar sekarang, partner ganteng."
Senyum kecil langsung muncul di bibir Rendy. Ada kehangatan yang mengalir dalam dirinya, kebahagiaan yang tidak bisa ia sembunyikan. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tawa kecil yang hampir meluncur keluar. "Dasar nggak sabaran," bisiknya pelan, meski hatinya sudah melompat kegirangan. Ia membalas singkat, "Ok."

KAMU SEDANG MEMBACA
Manis; Skyren (✓)
FanfictionAlternate universe, dewasa dan homo konten. . David tahu sejak awal berteman dengan Rendy, dia akan menyukai pria itu. Tapi, ia tidak pernah menyangka perasaan itu akan berkembang begitu dalam. Rendy, dengan sikap manisnya, perlahan mengambil alih...