Mingyu menghela napas saat dia selesai mengikat tali sepatunya. Matahari belum terbit sepenuhnya, tapi dia sudah bersiap siap untuk pergi. Di kasur tempat dia duduk, terdapat pria bertubuh lebih kecil darinya yang tertidur pulas di sampingnya. Pria itu tidur tengkurap dan selimut hanya berhasil menutupi sebagian kecil dari tubuhnya yang ramping itu.
Punggungnya terpapar jelas di depan mata Mingyu dan dia mempersilakan matanya terpana dalam pemandangan yang indah itu untuk waktu yang lama sampai dia menghafalnya, seolah-olah dia tau mungkin itu adalah kesempatan terakhir baginya untuk memandangnya.
Wonwoo bergeser dari posisi tidurnya. Tangannya bergerak pelan dan diselipkan ke bawah bantal. Wonwoo melanjutkan tidurnya, menikmati mimpi apapun yang sedang dia alami sekarang.
Mingyu saat ini sudah berpakaian lengkap dan kopernya sudah terletak di samping pintu depan. Dia akan segera berangkat dan dia sedang mempertanyakan dirinya sendiri apakah dia harus membangunkan Wonwoo atau tidak. Lagipula, Wonwoo terlihat begitu lelap dalam tidurnya dan Mingyu tidak tega untuk membangunkannya.
Mingyu mendengar suara klakson dari luar jendela dan dia menghela nafas lagi, karena itu tanda kalau taksi yang dipesannya sudah sampai.
Saatnya pergi...
"Mingyu...?" Di saat yang sama Mingyu beranjak dari kasur, dia mendengar seseorang memanggil namanya dengan lembut.
Mingyu menoleh untuk melihat Wonwoo yang terbangun dari suara klakson barusan. Pria bertubuh ramping itu berusaha membuka matanya yang masih mengantuk dan mencoba untuk bangkit duduk di kasur.
Mata mereka saling bertatapan setelah Wonwoo berhasil membuka penuh matanya dan Mingyu merasakan kesedihan dan kegalauan yang mendalam dari pandangan matanya.
"Tidurlah kembali, Woo..." Mingyu menyarankan sambil kembali duduk di atas tempat tidur, di samping Wonwoo dan mengusap lembut rambutnya.
Wonwoo menggeleng, matanya sedikit berkaca-kaca sekarang. "Aku ingin mengantarmu pergi."
Mingyu hanya tersenyum kecil, tapi dia tidak mengiyakan permintaan Wonwoo.
Momen perpisahan ini cukup menyakitkan bagi kedua orang itu. Wonwoo mencintainya, Mingyu tahu itu. Dan tentu saja Mingyu juga merasakan hal yang sama. Tapi dia tidak berani memberikan kesempatan pada hati mereka untuk saling bertaut.
Lagipula, semua ini benar benar di luar ekspektasinya. Mingyu datang dari Jepang ke Seoul karena ditugaskan atasannya untuk melakukan survey di Seoul selama 3 bulan untuk rencana perluasan bisnis mereka. Siapa sangka, dia kemudian bertemu dengan Wonwoo di sini dan bahkan saling jatuh cinta.
Namun tiga bulan dengan cepat berlalu, dan kini sudah saatnya untuk Mingyu kembali ke Jepang dan dia tidak tahu kapan dia akan mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Seoul lagi ke depannya. Karena itulah dia tidak mencoba untuk menjadikan Wonwoo miliknya dengan resmi sampai sekarang, walau mereka saling mencintai.
"Kamu harus kembali tidur." Mingyu kembali berbisik pelan.
"Gyu..."
Mingyu benci mendengar nada Wonwoo yang begitu sedih. Tapi dia lebih benci pada dirinya sendiri yang menjadi penyebab dari kesedihan itu. Mingyu mencondongkan tubuhnya ke depan, bibirnya menangkap bibir Wonwoo dalam ciuman terakhir mereka.
Wonwoo merespon dengan penuh semangat sambil berharap Mingyu tidak jadi pergi. Wonwoo berharap pemuda berkulit tan itu tetap tinggal disini bersamanya... atau setidaknya mengajaknya untuk pulang bersama ke Jepang.
Taksi membunyikan klakson sekali lagi dan Mingyu segera mengakhiri ciuman mereka. Dia menatap mata Wonwoo, terlihat jelas dari pandangannya kalau Wonwoo ingin Mingyu tetap tinggal di sini atau mengajaknya pergi bersama. Tapi sayangnya, Mingyu tidak mampu untuk mengabulkannya keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Constant Reminder [Mingyu X Wonwoo / Meanie / Minwon Bahasa ver.]
FanfictionMingyu bertemu dengan Wonwoo dalam perjalanan bisnisnya ke Seoul dari Jepang. Mereka jatuh cinta namun kehilangan kontak setelah Mingyu terbang kembali ke Jepang. Seharusnya itu hanya menjadi kenangan indah yang mereka bisa kenang di masa depan, nam...