Akhirnya Wonwoo pun memasuki bulan kesembilannya. Menurut dokter kandungannya, dalam waktu 3 hari lagi, bayinya akan lahir. Ah... Seandainya saja Mingyu tahu, pasti Mingyu sudah akan tergesa-gesa membeli tiket ke Seoul untuk menyaksikan kelahiran bayinya... Tapi sayangnya itu tidak mungkin terjadi, bahkan sampai sekarang dia tidak tahu dia akan menjadi seorang ayah.
Oh ya... Wonwoo akhirnya tahu jenis kelamin bayinya.
Perempuan.
Jadi seperti yang pernah dia katakan pada Joshua, jika bayinya adalah perempuan, dia akan menamainya Kim Minwon.
Wonwoo membayangkan seperti apa wujud Minwon nya nanti saat besar? Apakah dia akan memiliki senyum manis dengan gigi taring yang menawan seperti Mingyu? Apakah dia akan memiliki tahi lalat di wajahnya seperti Mingyu? Apakah dia akan menjadi koki yang hebat seperti Mingyu? Atau mungkin sepayah Wonwoo yang hanya mampu berkontribusi dengan cara mencuci piring? Apakah dia akan tumbuh menjadi wanita muda yang seksi dan menjadi penggoda seperti Mingyu-
Tidak, tidak, tidak! Lupakan itu!
Wonwoo pasti tidak akan membiarkan putrinya yang masih polos dan lugu itu tumbuh menjadi penggoda alami seperti ayahnya =_=
Mungkin Wonwoo akan membesarkannya menjadi seorang wanita yang pandai memasak, suka membaca dan perhatian pada orang yang sekitarnya? Ya, itu akan lebih mendingan-
"O-Ouch-!" Wonwoo mendesis pelan ketika dia merasakan sesuatu yang menyakitkan di perut dan punggung bagian bawahnya.
"Ada apa, sayang?" Tanya ibu Wonwoo melalui panggilan yang tersambung di smartphone-nya.
Karena sudah mendekati hari kelahirannya, setiap hari ibunya selalu menelepon untuk memeriksa kondisinya minimal dua kali sehari. Dan barusan saja Wonwoo mendapat telepon pertama dari ibunya untuk hari ini.
"Tidak ada apa-apa, ibu... Hanya saja..." Wonwoo terdiam sejenak, meletakkan tangannya di perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Aku merasakan sakit yang berbeda...sejak pagi. Kupikir ini hanya karena tendangan Minwon yang bersemangat karena sebentar lagi akan lahir, tapi entah kenapa rasanya berbeda..."
"..."
"Ibu?"
"Sayang, apa kamu yakin itu bukan kontraksi...?"
Hening.......
"K-Kontraksi? T-Tapi kan perkiraan dokter masih ada tiga hari lagi... Mungkin Minwon hanya terlalu aktif hari ini dan memang dari pagi ini dia terus menendang-nendang setiap 15 menit sekali-" Wonwoo terdiam sejenak saat menyadari kalau itu merupakan salah satu tanda kontraksi. "Oh sial- ini kontraksi."
"Sayang, jangan mengumpat!"
Sempat-sempatnya ibu Wonwoo mengingatkan putranya untuk tidak mengumpat padahal saat ini putranya sedang mengalami kontraksi. "Apa air ketubanmu sudah pecah?!"
"Belum-"
Tepat setelah Wonwoo mengatakan itu, dia merasakan sesuatu yang basah mengalir di kakinya. Wonwoo menunduk, melihat genangan cairan di bawahnya. "...sekarang baru iya..."
"..."
"..."
"Apa lagi yang kau tunggu?! Panggil Joshua dan minta dia antar kamu ke rumah sakit!"
"K-Kak Shua!!!"
~~~~~** Adegan melahirkan silakan dibayangkan di imajinasi sendiri (?) **~~~~~
Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit, Joshua mengerang pelan sambil memijat telapak tangannya yang memar. Ibu Wonwoo yang sudah sampai di rumah sakit kebetulan membawa salep di dalam tasnya dan memberikannya kepada Joshua. Pemuda tampan itu berterima kasih dan langsung mengoleskannya di tangannya yang sakit.
"... Apa aku telah mematahkan tanganmu, kak...?" Wonwoo bertanya kepada Joshua yang duduk di samping kasur tempat ia baring saat ini. Suaranya terdengar begitu lemah dan pelan karena seluruh tenaganya habis untuk mendorong Minwon keluar dari tubuhnya.
Wonwoo sangat bersyukur Joshua ada di sisinya dalam proses persalinan, sekaligus juga merasa sangat bersalah. Wonwoo masih mengingatnya dengan sangat jelas bagaimana dia meneriakkan kata-kata kasar dan sumpah serapah pada sahabatnya itu di luar kendalinya, semua karena dia benar-benar tidak tahan dengan rasa sakit yang sangat kuat di bagian bawah tubuhnya.
Wonwoo juga masih mengingat cara dia menggenggam tangan Joshua dengan sangat kuat, benar-benar dengan seluruh kekuatannya saat mengedan. Itulah alasan kenapa tangan Joshua sakit sampai Joshua harus mengoles salep ke tangannya.
Tapi Joshua masih tetap tersenyum lembut di wajahnya dan kata-kata penyemangat tak henti-hentinya keluar dari mulutnya. "Tidak apa... Tidak sakit sama sekali, kok." Jawabnya. "Setidaknya ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantumu tadi, Won... Sakit di tanganku pasti tidak sebanding dengan sakit yang kamu rasakan tadi. Cuman segini sih aku masih bisa tahan. Jadi jangan khawatir tentang hal itu."
Astaga... Beneran deh, apa yang akan Wonwoo lakukan tanpa Hong Joshua di sisinya?
Wonwoo kemudian menatap bungkusan merah muda yang ada di dalam pelukan tangannya. Dia tersenyum sambil mengamati wajah bayinya yang sedang tertidur. Minwon memiliki tahi lalat di pipi kirinya seperti Mingyu. Dia juga memiliki kulit sedikit tan seperti Mingyu. Wonwoo merasa agak tidak adil karena hanya mata monolidnya yang sama seperti ibunya.
Kalau saja Mingyu ada di sini...
Wonwoo ingin melihat sekali melihat ekspresi bahagianya Mingyu melihat putri nya yang baru lahir, putri kandung sendiri...
Dia ingin melihat betapa tidak sabarmya Mingyu menunggu Minwon bangun agar bisa bermain dengannya...
Dan... Dia juga ingin mendengar Mingyu berkata padanya 'kamu sudah melakukannya dengan baik'.
Wonwoo tidak menyadari air matanya menetes dari matanya sampai jari Joshua datang menghampiri untuk menyekanya. Wonwoo menatap Joshua, menghubungkan mata mereka dan Joshua membelai rambut Wonwoo dengan lembut. "Kamu sudah melakukannya dengan baik, Wonwoo."
Wonwoo menangis karena tidak menyangka dia justru akan mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Joshua. Semua yang ingin Wonwoo dengar dari Mingyu, semua yang ingin Wonwoo dapatkan dari Mingyu, malah dia dapatkan dari Joshua.
Kenapa takdir begitu kejam mempermainkannya...
Jika saja Joshua adalah Mingyu...
Joshua menangkap kesedihan yang tiba-tiba muncul di pancaran mata Wonwoo dan dia langsung tahu apa yang ada di dalam pikirannya.
Joshua beranjak dari kursinya dan memposisikan dirinya di tepi tempat tidur. Kemudian dia melingkarkan lengannya di bahu Wonwoo.
Wonwoo dengan pelan menyandarkan kepalanya di dada Joshua dan memejamkan matanya, setetes air mata jatuh lagi di saat yang bersamaan. "Kamu melakukannya dengan sangat baik." Joshua mengulangi kata-kata itu dengan suara yang lebih lembut, sambil mengusap pelan bahu Wonwoo untuk menenangkannya.
"Terima kasih, kak Shua... benar-benar...terima kasih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Constant Reminder [Mingyu X Wonwoo / Meanie / Minwon Bahasa ver.]
FanfictionMingyu bertemu dengan Wonwoo dalam perjalanan bisnisnya ke Seoul dari Jepang. Mereka jatuh cinta namun kehilangan kontak setelah Mingyu terbang kembali ke Jepang. Seharusnya itu hanya menjadi kenangan indah yang mereka bisa kenang di masa depan, nam...