Sgiomlaireachd

8 1 1
                                    

Semua orang selalu berkata bahwa memaklumi sesuatu adalah ciri khas orang-orang penyabar dan baik hati. Tetapi, bagi Selu rasa maklumnya makin lama terkikis di dua jam terakhir karena membiarkan Maeve bergabung di kebun untuk memanen neep*. Bukan hanya karena Maeve cerewet mengomentari tanah lembek dan bau pupuk yang menyengat, melainkan ketidakpiawaian perempuan itu dalam memanem. Hancur sudah neep-neep berharganya. Selu menghela napas ke seratus–itu agak berlebihan, biar saja, lalu memejamkan mata sejenak menyaksikan wortelnya yang minggu depan siap panen di injak-injak Maeve karena perempuan itu menghindari cacing dan serangga yang katanya lebih menakutkan daripada serangan seorang Narci.

"Nona, sebaiknya anda kembali ke kastil." Selu mengusir halus.

"Aku ingin berkontribusi dalam menu sarapan pagi ini. Kau tahu, kan, aku suka haggis* buatanmu?"

"Kenapa anda tidak pergi ke peternakan saja? Membeli beberapa ekor domba untuk disembelih adalah salah satu cara paling bermanfaat untuk membantuku."

"Aku tidak suka dengan pemiliknya."

"Anda hanya tidak sudi mengeluarkan ... ," gumam Selu. Meskipun kesal, Selu tidak pernah berani benar-benar mengutuk Maeve. "Atau, anda bisa mencuci kentang di sana." Selu menunjuk keranjang di luar pagar kebunnya yang penuh dengan kentang.

 "Airnya dingin." Maeve masih lihai mengelak.

"Memilih piring dan cangkir yang cantik?"

"Lady Amity tidak suka ruangan pecah belahnya di kunjungi olehku."

"Mengelap meja?" Selu agak skeptis dengan yang satu ini. Tapi apa salahnya di coba, bukan?

 Maeve diam sejenak. Selu was-was menunggu jawaban. "Aku tidak suka motif kain lap-nya."

"Atau kau keluar saja dari sana! Menjauh dari kebun milik Selu. Itu akan sangat membantu."

Selu dan Maeve menoleh ke arah pohon apel raksasa di mana Madan Beltxarga sedang duduk diayunan dengan sebuah apel putih di tangan kananya. 

Selu meringis. Kadang-kadang penghuni kastil ini memang punya mulut yang terlalu gamblang. Suka sekali memulai keributan.

"Oh, benarkah? Tapi aku ingin memilih neep-neepku sendiri, Madam."

"Mereka tidak ditanam dengan sihir, jadi semua sama saja. Cepat keluar dan beli domba. Sarapan akan tertunda kalau kau masih saja menyiksa Selu dengan kegiatannya."

Selu pikir Maeve akan tersinggung, tapi perempuan itu menuruti perkataan Madam Beltxarga dan keluar dari kebunnya.

"Selu, terima kasih sudah mengijinkanku masuk ke kebunmu." Maeve melompat-lompat, menghilangkan debu dan kotoran dari gaunnya.

"Ya, Nona."

Selepas kepergian Maeve, Selu hembuskan napas lega dan berterima kasih pada Madam karena membantunya.

"Maeve itu hanya butuh kejujuran. Dia tidak akan tersinggung kalau kau usir dengan alasan yang jelas. Dia sama sekali tidak punya bakat dengan perkebunan." Madam habiskan gigitan terakhir apelnya dan turun dari ayunan. Lalu menghilang di balik pohon, masuk ke hutan tutu.

Selu melanjutkan memanen neep dan beberapa sayur untuk membuat haggis sebagai menu sarapan pagi ini. Ia harus bergegas karena satu setengah jam lagi waktu sarapan di mulai.

Keranjang-keranjang sayur ia amati dengan seksama. Kentangnya cantik, neepnya bagus, bawang merah dan bawang bombainya juga tak kalah menarik. Meskipun hidangan haggis agak sedikit berantakan karena olahan proteinnya yang tidak semua orang akan suka, menu ini adalah menu menantang yang selalu membuat Selu antusias saat mengolahnya. Butuh waktu yang lama untuk memasaknya dengan api kecil dan keahliannya meracik bumbu akan terlihat dari hidangan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SgiomlaireachdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang