Seri Semesta (Dari Cerita Pendek The Guide of The Dreamers (Sirenize,Hydra: 2022))
Untuk memenuhi tugas ImmortalKingdom
Entah kapan tepatnya saat hitungan tahun belum ditemukan, Semesta mendengarkan perdebatan kedua putra-putrinya - Tenebris dan Clara - memperebutkan wilayah kekuasaan mereka. Tenebris penguasa kegelapan, dan Clara penguasa cahaya.
Sambil mengamati Nyx yang mulai melepas gulungan kain hitamnya menutup bumantara, Semesta memikirkan ide untuk memberikan nasehat bijak kepada manusia yang tinggal di bentala sana.
Di tengah kegaduhan yang tak berkesudahan itu, sehabis tiga tegukan teh sorenya, Semesta memantapkan tekad, menciptakan anak kembar tiga untuk melaksanakan keinginannya tersebut.
Di bawah asuhan Fana yang selama ini menjaga jenggala, ia menitipkan Legend, Fabel dan Myth sebagai anak asuhnya. Ketiganya memanggil Fana ibu meski mereka tahu, keberadaannya adalah karya Semesta.
Ketiganya tumbuh sehat dan bahagia dalam pengawasan Fana. Beranjak Remaja Legend mulai menanyakan tentang kehidupan di luar jenggala. Muncul keinginan besar dalam dirinya untuk berkelana di sana. Hingga terucaplah niatnya di suatu sore ketika Fana baru saja selesai memisahkan kakao dari kulitnya.
"Ibu, kurasa aku akan pergi mengembara keluar dari jenggala ini, bertemu dengan makhluk lain di luar sana."
Tak menjawab, Fana menatap putranya lama. Ia menangkup pipi putra sulungnya yang gembil. "Semesta menitipkanmu pada Ibu, Nak. Untuk melepasmu dari pengawasanku, Ibu juga membutuhkan izin darinya." Senyum teduh Fana menutup kalimatnya.
Legend mengangguk paham. "Bagaimana caraku berbicara pada Semesta yang Agung itu, Bu?"
Fana mengusap kepala putranya lembut. "Dia yang akan mencarimu, Nak. Ayo masuk. Malam hampir datang. Nyx sedang bersiap membentangkan selendangnya."
Di dalam rumah, kedua putrinya sedang menyiapkan makan malam. Fabel mengaduk-aduk masakan berkuah di dalam kuali yang mengepulkan uap panas. Sementara Myth sedang menuangkan teh hangat ke dalam cangkir tanah liat. Uapnya juga membumbung, sama seperti sup wortel yang ditangani kakaknya.
"Fab, apakah supmu sudah matang?" Fana menghampiri putri tengahnya, melongok sebentar melihat ke dalam kuali. "Angkat saja, kita makan sekarang, Nak."
Fabel mengangguk, lalu memindahkan kuali dengan beralaskan kain ke atas meja makan.
Fana memimpin doa. Mereka berempat makan dengan hikmat.
Setelah selesai, Fabel dan Myth membereskan perkakas bekas makan mereka. Sementara Legend menghabiskan tehnya setelah menutup jendela kayu di dinding-dinding rumah. Menghalau nyamuk yang masuk ke dalam rumah.
Melihat kedua adiknya yang telah selesai membersihkan perkakas, Legend menenggak habis tehnya lalu masuk ke dalam bilik. Menatap langit-langit daun rumbia dalam temaram lentera, memikirkan cara berbicara pada Semesta untuk bisa mengembara di luar jenggala yang selama lima belas tahun ia tinggali.