“mas wonu ganteng banget ya!!”sontak, ucapan tiba-tiba itu membuat kedua pria yang sedari tadi sibuk berkutik dengan motornya menoleh bersamaan, melirik ke arah yang bersuara.
“hehe lucu — ngeliatinnya samaan gitu” celetuk laki-laki bertubuh besar itu pada kedua pria-nya.
dan itu berhasil membuat yang paling tua memalingkan wajahnya, karena tersipu terlihat sehati dengan pria yang disukai oleh anaknya.
migu yang melihat itu hanya cekikikan kecil, ayahnya begitu menggemaskan jika sedang seperti itu.
‘lucunya ayahku—’ batin migu.
***
“adek udah siap? saya pakaikan helmya ya?” tawar pria bermata rubah yang mendekat, membawakan helm untuk pria yang lebih muda.
migu mengangguk, membiarkan pria itu memakaikan helm untuknya. sedang ayahnya yang menunggu disana terlihat manyun, cemburu pada kedekatan sang anak dengan pria yang disukai anaknya itu.
“mas wonu ganteng banget ... tapi sayangnya nggak bisa boncengan sama migu, jadi gantengnya biasa aja hehe” ucapnya saat tangan pria itu sudah dengan lihai memasangkan helm dikepalanya.
“hahaha, iya nih sayang banget. lain kali ya sama saya? biar gantengnya nggak biasa lagi”
“hehe iya— makasih mas! kalau gitu migu naik sama ayah ya? mas wonu di depan aja duluan, biar migu sama ayah ngikutin dari belakang”
“yaudah kalau gitu ... jangan lupa pegangan yang erat ya sama ayahnya? nanti jatuh, kan nggak lucu”
“iyaaaaaa tau, mas wonu juga hati-hati!! dibelakang ada migu yang ngeliatin”
wonwoo mengangguk dan tersenyum sambil mencubit pipi pria besar dihadapannya itu dengan sangat gemas, kemudian menaiki motornya duluan.
setelah itu, barulah migu menghampiri ayahnya dan menaiki motor vespa berwarna putih itu. tangannya kemudian memeluk sang ayah erat dari belakang — dengan dagunya yang ia taruh di pundak lebar pria itu.
“migu udah siap!! ayo jalan yah~ mumpung harinya belum panas”
seungcheol pun mengangguk dan mulai menyalakan motornya. sampai saat melihat motor wonwoo sudah mulai terkemudi duluan, barulah pria itu menjalankan motornya dan membawa anaknya itu berkeliling kota di pagi hari.
untungnya hari itu matahari tak terlalu terik, hingga perjalanan mereka begitu tenang tanpa ada yang mengeluh kepanasan atau semacamnya.
dalam perjalanan, migu membuka suaranya lebih dulu;
“ayah ayah ... mas wonu ganteng banget ya? tapi sayang nggak ada migu dibelakangnya”
“masih gantengan juga ayah”
“tapi ayah tua!! tuh liat deh yah seger banget mas wonu — rasanya mau migu peluk dari belakang gini”
“kan migu sama ayah.”
“iya tauuuuuuuuu ayah... tapi ntar lain kali migu mau diajak jalan pakai motor gitu sama mas wonu, boncengan sambil migu peluk dari belakang—”
“udah dong kak ngomongin masnya, kan sekarang lagi sama ayah, masa ngomongin orang terus”
“ya terus migu harus ngomong apa? bosen kalau diem aja ayah”
“gini deh, kamu ingat nggak kak dulu ayah sering antar jemput kamu pakai motor ini?”
“iya, ingat!! dulu motor ini suka mogok sampai sering bikin migu terlambat sekolah, makanya papa sampai suruh berangkatnya pagi-pagi supaya kalau ada kendala di jalan nggak bikin migu terlambat”
“dan kamu suka ngomel-ngomel kalau ayah lama jemputnya, karena ayah suka ngojek dulu baru jemput kamu”
“iya — soalnya kata ayah biar pas migu pulang sekolah migu bisa jajan di jalan, makanya ayah narik dulu supaya ada pegangan uang”
“hahaha, susah banget ya kak kita dulu? mau jajan aja rasanya harus berjuang dulu, nggak kayak sekarang. tapi migu bahagia, kan?”
“bahagia banget!! soalnya migu nggak kehilangan kasih sayang ayah sama papa, walaupun migu suka ditinggal karena ayah sama papa sibuk kerja. tapi kan papa kerjanya dari rumah, masih bisa merhatiin migu”
“terus, apalagi yang migu ingat dari motor ini?”
“waktu kita mau ke kebun binatang!! kan bonceng tiga sama papa, terus pas di pertengahan jalan motornya malah mogok. mana waktu itu bengkelnya jauh banget lagi, jadinya ayah sama papa dorong motor jauuuuuuuuuuuh banget. padahal papa udah bilang pakai motor yang satunya aja, tapi ayah ngeyel tetap pakai motor ini, jadinya ya sampai sore kita nggak jadi-jadi ke kebun binatang karena ngurus motor, apalagi uang untuk liburannya kepakai buat baikin motor. sedihhhhhhh, soalnya migu nggak punya cerita apapun waktu libur panjang pas disuruh cerita di sekolah.”
“kasian banget anak ayah — jadi, waktu itu migu nggak ada cerita apapun sama sekali?”
“ada sih, migu cerita aja apa adanya”
“gimana ceritanya?”
“migu bilang kalau migu nggak liburan karena motornya mogok di pertengahan jalan, sampai uang buat liburannya juga habis. jadi, migu cuma bantu papa jualan aja waktu libur panjang sampai dapat uang banyak buat jajan, tapi uangnya migu tabung buat sekolah, gitu deh”
“tapi sekarang udah bisa bebas mau liburan kemana aja tanpa kendala, ya kan kak?”
“hehe iya, buah dari sabarnya ayah papa sama migu!!”
“makasih ya kak udah mau sabar? ayah bangga sama kamu dan sekarang migu tinggal nikmati semua hasil yang ayah dapat. kan itu semua emang buat migu sama papa.”
“iya ayah ... makasih juga karena mau berjuang buat migu dan papa, ayah hebat banget!! ayah paling keren sedunia!!”
“kalau mas yang di depan itu gimana, keren juga nggak?”
“ihhhhh ayah jangan bandingin gitu, migu nggak bisa jawabnya.”
“iya deh nggak”
“hehe — i love you ayah!!”
“hm, tumben?”
“jawab aja kenapa sih? mumpung migu lagi baik nih”
“hahaha, iya. i love you too, anak ayah!!”
dan pelukan anak laki-laki itu pada ayahnya semakin erat, bersamaan dengan motor mereka yang terus melaju mengikuti pria di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
keluarga cemara.
General Fiction↳ narasi au keluarga cemara ↳ main au on twitter [check profil]