Hinata masih berada di perpustakaan ketika ia merasakan sakit di bagian perut bawahnya. Intuisinya berkata bahwa sakit itu di sebabkan oleh datang bulan. Pasalnya, minggu-minggu ini memang jadwalnya si merah datang.
Yang membuatnya cemas adalah ketika ia merasakan cairan yang lumayan deras merembes dari area kewanitaannya sesaat setelah rasa sakit itu ia rasakan.
Ketakutannya terbukti ketika ia mengecek roknya yang berwarna putih.
Dia bocor! Dan gadis itu tidak punya pembalut sama sekali. Ia juga lupa untuk membawa stok untuk ia taruh di lokernya.
Ia mencoba tenang. Gadis itu kemudian menghubungi teman-teman perempuannya lewat grup chat. Bertanya apa ada yang punya pembalut hari itu. Namun nihil, teman-temannyapun tak ada yang membawa pembalut.
Hinata sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Jika ia pergi saat itu juga, yang ada dia akan sangat malu. Bekas darah di roknya yang putih akan sangat terlihat. Dia tidak membawa tas atau blazer ke perpustakaan.
Meminta bantuan Neji juga tidak mungkin. Sepupunya itu sedang tidak masuk sekolah karena sakit.
Ditambah sakit di perutnya yang seakan semakin menjadi, membuatnya sedikit kehilangan tenaga.
Gadis itu baru saja mau menelepon Tenten untuk meminjam blazer, ketika Uchiha Sasuke tiba-tiba duduk di bangku sampingnya.
"Oy..Hinata. Kau tak apa-apa?" Tanya pemuda itu ketika melihat wajah Hinata yang terlihat agak pucat.
"Aku tidak apa-apa Sasuke." Jawab Hinata sambil menahan sakit. Keringat mulai terlihat membasahi dahi gadis itu. Jangan sampai pemuda yang sudah lama ia taksir itu mengetahui momen memalukannya ini.
"Jangan bohong." Mata Sasuke menelisik keadaan gadis di depannya. Dia memang sudah sedari tadi memperhatikan Hinata dari meja seberang. Sasuke kadang-kadang memang suka menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan.
"Aku betul-betul tidak apa-apa." Hinata masih bersikeras.
"Aku diminta Neji untuk menjagamu hari ini. Kalau ada apa-apa denganmu, aku yang harus bertanggung jawab." Bohong. Sasuka dan Neji memang teman dekat. Tapi tidak cukup dekat sampai membuat mereka bisa meminta bantuan seperti itu satu sama lain.
Hinata masih ingin menolak bantuan Sasuke ketika perutnya kembali berkontraksi. Hal itu tanpa sadar membuat Hinata meremas lengan pemuda di depannya dengan kuat.
"Aku akan membawamu ke Klinik Sekolah." Ucap Sasuke tanpa memberikan ruang untuk perlawanan. Hinata ingin sekali melawan namun tubuhnya sudah cukup lemas karena rasa sakit di perutnya.
Ketika Sasuke mencoba membantu Hinata bangkit dari duduknya, di saat itulah pemuda itu melihat noda di rok Hinata.
"Hinata, kamu..?" Nada tanya Sasuke sukses membuat wajah Hinata semerah tomat. Rasanya gadis itu ingin sekali menghilang dari hadapan pemuda di depannya. Jika bukan karena ia sedang berpegangan pada bahu Sasuke, mungkin ia juga akan limbung saking malunya.
Sasuke yang akhirnya peka kenapa Hinata bersikeras menolak bantuannya, akhirnya melepaskan Hinata.
Namun tindakan Sasuke selanjutnya sukses membuat Hinata menahan nafas. Sasuke melepas blazer yang dia pakai lalu melingkarkannya di pinggang Hinata. Menali bagian lengan blazernya di depan perut Hinata. Gadis itu hanya bisa mematung.
Tak sampai disitu, Sasuke lalu menggendong Hinata bridal style. Jika bukan karena didikan keluarga Hyuuga yang ketat, Hinata pasti sudah refleks berteriak karena tindakan Sasuke. Namun gadis itu hanya membelalakkan matanya dan berucap lirih, takut mengganggu siswa yang lain yang ada di perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Period Cramp
RomanceDi antara drama datang bulannya, Hyuuga Hinata tidak pernah mengira jika Sasuke Uchiha akan menjadi penyelamat harinya.