Bab 1 : Rijal

22 2 1
                                    

Suara klakson mobil, asap dari kendaraan yang berlalu lalang, toko toko yang akan dibuka pemiliknya

Inilah pemandangan yang setiap hari kulihat, dan hal yang paling kusenangi disaat itu ialah,.. menghitung jumlah kendaraan yang lewat

Aku cukup bersyukur setidaknya aku memiliki tempat bernaung, ya tepatnya dikolong jembatan kota

Sudah hal biasa bagiku dengan angin yang menusuk ketubuh, bagiku ini termasuk nikmat dari Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah hal biasa bagiku dengan angin yang menusuk ketubuh, bagiku ini termasuk nikmat dari Tuhan..

Hariku kumulai dengan mengemis dilampu lalu lintas kota, dengan memelas kan wajah, pasti ada saja orang yang menaiki mobil, memberikan uang receh..

Meski ujungnya diambil oleh ayahku,.
dan yang perlu kalian tahu dia bukan ayah kandungku..

Aku tidak tahu tentang kedua orangtuaku, atau bisa disebut anak buangan

Meski ayah angkatku ini kasar, tapi dia tetap sudah merawatku hingga usia 5 tahun ..

Ketimbang orangtuaku yang telah melahirkanku namun membuangku
ayahku yang sekarang lebih baik..

"Rijal!, rijal!! ____"

suara yang sangat kukenal.
ya... benar saja ayahku memanggil

"Kamu bego atau gimana ah?!__"

kepalan tangan melayang ke kepalaku

"Maaf yah.. , rijal kelupaan__"

"Kan sudah kubilang, jangan lupa bersihkan tempat ini, setelah pulang dari mengemis__"

"Maaf yah...___" ,ucapnya takut

"Minta maaf saja tidak cukup bego!, dasar anak tidak berguna!, pokoknya tempat ini harus bersih setelah aku kembali kau paham?!__"

Meski dengan nada memelas itu tidak akan berpengaruh seperti halnya mengemis, hal seperti ini sudah biasa kualami meski demikian aku tetap bersyukur..

MALAIKATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang