Namjoon menggarap lagu Mic Drop di studio dengan serius. Tidak banyak yang diubah karena ia hanya memperhalus kata yang terlalu kasar agar lebih enak di dengar. Setelah lirik selesai direvisi, ia lanjut membagi part untuk dinyanyikan member sesuai vokal mereka.
Mianhae Billboard Maaf Billboard
Mianhae worldwide Maaf dunia
Adeuri neom jalnagaseo mianhae eomma Maaf anakmu ini terlalu sukses
Namjoon tersenyum setiap kali membaca bagian lirik tersebut. “Bangtan, ayo wujudkan lirik lagu ini,” katanya dengan bibir mengulum senyum. “Oke RM, mari buat nada yang cocok untuk lagu ini!” Serunya dan berkutat dengan alat musik di depannya dengan serius. Saking seriusnya sampai membuatnya lupa waktu.
Namjoon yang lelah menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri, mengeluarkan bunyi krek yang pelan. Ia meregangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku dan tegang karena lelah, kemudian menghela napas panjang untuk melepaskan kelelahan.
“Akhirnya selesai juga,” ucapnya senang, kemudian membuat kopi untuk diminum sebagai penahan kantuk. Kopi ke tiga yang dibuat dan diminum demi menyelesaikan lagu Mic drop yang akan ia tunjukan ke manajer.
Setelah menyeruput kopi dengan nikmat, ia menulis kembali lirik yang benar dan sudah di bagi setiap part nya ke kertas yang baru karena yang sebelumnya dipenuhi coretan tangannya. Namun, ponsel yang berbunyi membuatnya berhenti menulis.
“Siapa yang mengirim pesan?” gumamnya sambil mengambil ponsel. “Manajer,” katanya, lalu membaca dan membalas pesannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namjoon meletakan ponselnya dan kembali minum kopi sampai habis. Setelah itu, ia kembali melanjutkan menulis lirik lagu yang sempat tertunda.
“Aigoo, perutku sakit,” ia mengeluh sembari menekan ulu hatinya. “Pasti karena kopi,” kekehnya, lalu melihat jam tangan. “Sudah jam enam, aku harus siap-siap bertemu Manajer.”
Namjoon merapikan studio yang berantakan sebelum pergi, tetapi saat akan membuka pintu tiba-tiba ia merasakan sakit di pinggangnya.
“Akh!” ia meremas pinggang kirinya sambil membungkuk sekaligus mendesis. “Sakit sekali, ini sangat sakit,” pelan-pelan ia kembali duduk, dan tiba-tiba tubuhnya berkeringat dingin. “Mual sekali,” keluhnya dan buru-buru pergi ke toilet, memuntahkan cairan hitam yang diyakini adalah kopi yang dikonsumsi seharian ini.
Dengan deru napas yang terengah, ia membasuh wajahnya, kemudian meninggalkan toilet karena harus pergi menemui Manajer.
Namjoon hanya fokus dengan pekerjaannya sampai tidak memikirkan kesehatannya sendiri.
****
Setibanya di kafe, Namjoon celingak-celinguk mencari Manajer karena sudah jam tujuh malam. Ia tersenyum setelah menemukan Manajer yang sudah sampai lebih dulu.