18. maaf

1.7K 119 29
                                    

🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔥

"Jawab ali!" Kesal bisma dan sedikit berteriak.

"Kanker hati stadium lanjut" ujar ali pada akhirnya.

Semua anggota ridels menatap ali tidak percaya dan beberapa dari mereka bahkan menggeleng pelan mencoba menyadarkan diri mereka sendiri berharap semua yang dikatakan ali adalah sebuah kebohongan.

Kebohongan besar yang tidak akan pernah terjadi.

"Lo ngaco al, sumpah. . ngaco banget lo" ujar vanno tidak percaya begitu pula yang lainnya kerena perkataan yang baru saja keluar dari bibir ali.

"Becandaan lo kelewatan al, segitunya lo benci sama kita sampe lo ngarang cerita kaya gini?" Kesal andra.

Ali tersenyum sinis dan mendecih pelan..

Kata-kata yang ia lontarkan tadi bahkan bukanlah perkataan yang pantas untuk dijadikan bahan candaan
Namun,  ketujuh sahabatnya malah menuduhnya demikian.

"Lo serius al?" Tanya roki yang mulai menyadari bahwa yang ali katakan bukanlah sebuah kebohongan ataupun candaan.

Ali mengangguk pelan dengan air mata yang kembali siap untuk menetes.

Semua anggota the ridels menatap pemuda itu dengan mata teduh penuh penyesalan karena melihat ali yang menjawab roki dengan anggukan kepala karena berarti apa yang ali katakan adalah sebuah kebenaran.

Hingga saat ini membuat ketujuh pemuda yang berada dicamp ridels mulai menyalahkan diri mereka sendiri.

Andra yang bersandar sembari mengacak rambutnya frustasi. Roki, arlan, dan juga vanno yang menunduk dalam sembari mengepalkan tangan erat mencoba menahan suara isak tangis mereka sedangkan ravi, bryan dan bisma hanya bisa terdiam dengan mata yang memerah.

Semuanya mulai menyesali perbuatan dan ketidakpekaan mereka yang selama ini sama sekali tidak menyadari bahwa sahabat mereka ditimpa beban yang sangat berat.

"Kenapa lo gak bilang kekita sejak awal al, kenapa lo gak mau cerita kekita semua. ndai sejak awal lo jujur dan kasih tau kita kondisi ghazi yang sebenarnya, kita semua gak akan mungkin menahan ghazi untuk mundur dan kita gak akan mungkin ngediemin dan marah sama dia. Lo kenapa kaya gini al?" Teriak arlan kesal sembari mencengkram jaket kulit yang dikenakan ali.

Ali diam. . .
Pemuda itu hanya diam tanpa ada niatan untuk menepis cengkraman arlan pada jaket kulit yang dirinya kenakan, karena ia tau dan juga pernah merasakan bagaimna rasanya berada diposisi sahabatnya yang lain disaat terlambat mengetahui kondisi tubuh ghazi yang jauh dari kata baik-baik saja.

GHAZI ~ (END) TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang