Kenyataan hidup ini tidak peduli dengan apa yang sedang kamu rasakan.
"How was your life bro..?" Sapa seorang lelaki berambut ikal. Merangkul dan menepuk lelaki berjas warna hitam. Mereka tertawa kegirangan meletakkan telapak tangan di pipi masing masing. Menepuk nepuknya beberapa kali.
"Everythings Gòod. Bagaimana dengan kamu? Tampaknya hidupmu semakin sukses saja" Balas lelaki berjas. Rambut pirang dan mata biru berseri seri.
"As you can see bro. Thanks God" Jawab lelaki berambut ikal. Tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.
Mereka berjalan beriringan menuju meja bar di sebuah kafe. Luxemburge cafe tulisan berhias lampu terpajang di dinding bar.
Pelayan wanita berbaju hitam putih menyambutnya dengan tatapan hangat berbalut masker berwarna hitam. Ia meraih botol minuman dari etalase di belakangnya. Menuangkannya kedalam gelas berisi es batu.
"Enjoy your drink.." Ucapnya.
Kedua lelaki itupun hanya mengangguk. Mereka sibuk berbicara."Kamu ingat Sevgi? Teman kita waktu berkerja di Girne waktu itu?" Tanya lelaki berambut ikal.
Pelayan wanita yang sibuk membersihkan gelas menatap sekejab lelaki berambut ikal itu.
"Yeah of course baru baru ini aku lihat di akun instagramnya Ia menjadi General manager di Bixos Hotel. Tak kusangka ternyata Dia anak pemilik Bixos. Jangan bilang kamu sudah tahu tentang ini?" Tutur lelaki berambut pirang.
"Tentu saja Halil aku sudah mengetahuinya sejak lama. Dan dia adalah pacarku" Tegas lelaki berambut ikal.
"Oh my God Aziz???" Lelaki itu tampak tak percaya.
"Klontang....." Suara gelas stainless jatuh ke lantai.
Mereka berdua melihat kearah pelayan berbaju putih. Dan Ia pun menunduk minta maaf.
"Oh my God Aziz are serious?"
"Yeah.."
"So pacarmu seorang millionare sekarang?"
"Bisa jadi. Dan kamu tahu malam ini aku ingin melamarnya"
"Are you crazy? Melamar???. Tunggu dulu jangan bilang kamu sudah tahu dia anak pemilik Bixos dari dulu semenjak kita kerja bareng?"
"Yeah i know?" Jawabnya sambil tersenyum kegirangan.
"Ooohhh Gosh my brother you are so so crazy boy. Are you love her?" Lelaki itu menganga tak percaya.
"Halil you know what is love? Love is a shit bro.. i dont think so. I just feeling hard when i see her. It could be love bro.. Di jaman seperti ini apakah cinta itu penting?. Di otak manusia hanya sex, uang, jabatan. Sex, uang, jabatan begitu seterusnya. Bukan begitu???"
"Oh damn Aziz.. kamu benar benar gila sekarang... hahahaha"
"Karena aku gila makanya kita bisa bertemu lagi disini hahahaha"
Mereka tertawa terbahak bahak. Sesekali meneguk minuman di hadapan mereka.
22.00
Jam digital tertera di etalase money changer di seberang jalan. Salju turun tipis. Tampak melayang diudara berwarna putih, lenyap begitu saja diatas aspal. Kendaraan lalu lalang. Mobil taxi berwarna kuning berderet deret di pinggir jalan. Traffik light berubah warna hijau berkedap kedip. Rombongan manusia berjalan menyeberangi zebra cross layaknya pasukan yang datang menyerang. Wanita berbaju putih menghisap dalam dalam rokok ditangannya. Menahannya sekian detik dan menghembuskannya panjang.Di keluarkannya handphone dari sakunya dan menulis di sebuah halaman website. Tak berapa lama kemudian handphonenya berdenting berkali kali.
Ting
Ting
Ting
Dilemparnya putung rokok kedalam tempat sampah. Ditautkannya tali masker melingkar ke telinganya. Berjalan menyusuri lorong. Bunyi langkah kakinya berderap seiring dengan bunyi hanphone di kantongnya.
Ting
Ting
Ting
Ting
Kedua lelaki itu masih disana menuangkan minuman berbotol kaca kedalam gelas.
"....Menarik bukan? Hati wanita itu akan meleleh dengan keromantisanmu Halil"
"Hahahahaha.... Dia wanita berumur bro. Aku masih sangat kaku memulai hubungan ini tapi baginya tak masalah selama saat dia membutuhkan kasih sayang aku harus segera datang. Ku usap rambutnya saja ferrari. Kucium bibirnya Mansion Cologne. Dan kamu tahu apa lagi yang akan dia beri saat aku melakukannya lebih dan lebih lagi?...hahahahhaha"
"So so crazy...."
Mereka tertawa terbahak bahak sambil memukul mukul meja. Lelaki berambut pirang itu hilang keseimbangan dan hampir terjatuh.
"Malam ini di kamar hotel tertinggi di alexanderplatz berview frensehtrum tower. I will fuck A millionare..." Tuturnya Sambil terus tertawa. Handphonenya berdering. Iapun bergegas berdiri sambil merapikan baju dan rambutnya. Memanggil pelayan berbaju putih tadi.
Ia bergegas menghampiri meraih kartu berlogo mastercard dari tangan lelaki tadi.
"Aku harus pergi..."
"Mau kemana kau?"
"My millionare called hahahaha" Ia terbahak bahak meraih merchant dari tangan gadis itu dan memasukkan nomor pin.
Pelayan tadi memencet tombol merchant dan merobek kertas tanda bukti pembayaran menyerahkan kembali kartu kepada lelaki berambut ikal. Yang masih saja tertawa terbahak bahak bersama temannya.
"Terima kasih" Ucap pelayan tadi sembari melambaikan tangan.
Kedua lelaki tersebut berjalan menjauh. Sambil sempoyongan. Dan menertawakan satu sama lain.
Pelayan tadi menatap mereka berdua yang berjalan menjauh. Helaan nafasnya panjang. Meraih nametag di kantongnya bertuliskan "Esme" memasangnya kembali di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEBT COLLECTOR
Mystery / ThrillerRenesme berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Ditengah tengah keputus asaannya Ia memutuskan untuk bangkit dan membalas orang orang yang sudah mengecewakannya. Termasuk mengumpulkan apa yang menjadi haknya.