Permasalahan kasta, warna, dan wangsa adalah permasalahan aneh, membingungkan, dan mengesalkan di Bali. Entah datang darimana strata sosial itu, yang jelas tiga hal itu meresap ke masyarakat, mengundang kesenjangan sosial, dan juga menyebabkan kerumitan hidup. Sebagai orang yang lahir di keluarga dengan posisi kasta tertinggi, kerumitan hidup Ida Bagus Ghana Chandra akibat hal itu juga paling tinggi.
Pertama, gelar Ida Bagus di dalam nama yang Chandra sandang akan mengundang campuran hormat sekaligus iri dengki. Banyak orang yang akan bertanya-tanya kenapa mereka perlu berbahasa Bali Halus dan menjadi sopan untuk berbicara padanya. Ketika mereka mendapatkan penjelasan bahwa itu terjadi karena gelar Ida Bagus yang dia punya, mereka akan membandingkan diri dan membuat strata vertikal. Setelah itu mereka akan merasa dunia tidak adil karena mereka berstatus lebih rendah hanya akibat salah tempat lahir. Tak lama, pemikiran lain akan muncul. Chandra akan dianggap 'beruntung' sehingga iri dengki dan ketidakpuasan akan mengundang mereka berpikiran buruk.
Kedua, akibat kasta itu juga, hidup Chandra jadi penuh aturan. Dia dituntut berprilaku selayaknya seorang pendeta. Seumur hidup dia tidak diijinkan menggunakan kata-kata kasar dan hanya boleh berkomunikasi dengan Bahasa Bali Halus (yang paling sopan). Syukurnya itu hanya berlaku untuk penggunaan Bahasa Bali sehingga Chandra masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia jika penat.
Berikutnya, dia juga didorong atau disarankan untuk hanya berpacaran dengan wanita dari kalangan Griya juga, alias wanita yang memiliki gelar Ida Ayu. Saran ini sebenarnya flexible karena ada versi lain yang mengatakan kalau tidak apa-apa pacaran dengan golongan manapun asalkan nanti putus dan menikah dengan Ida Ayu.
Yang paling aneh adalah aturan kalau dia tidak boleh makan dari piring orang yang berkasta lebih rendah. Dia hanya boleh memakan makanan yang katanya memiliki nilai spiritual lebih tinggi yang tidak dicemari oleh bekas orang-orang yang kasta lain.
Chandra tidak paham lagi kenapa dia harus mengikuti aturan memusingkan itu sementara seluruh manusia katanya setara.
Tentu saja ketidakpahaman seorang remaja selalu bisa dijawab dengan jawaban meyakinkan oleh orang yang lebih tua. "Pada kenyataannya manusia selalu membeda-bedakan. Lihat saja bagaimana seseorang berperilaku di depan orang cantik dan orang yang penampilannya kurang. Pasti beda. Begitu pula ketika mencari jodoh. Seseorang sebaiknya mencari yang terbaik. Yang terbaik untuk seorang Ida Bagus adalah Ida Ayu." jelas ayah Chandra dengan suara lembut bijaksana.
"Tapi yang aku dengar, kasta itu sebenarnya peninggalan penjajah untuk membuat strata sosial yang memecah belah. Itu agar Indonesia mudah dikendalikan. Yang ada di Bali sebelumnya bukan itu tapi Catur Warna yang membedakan manusia secara kualitas; Brahmana-orang cerdas bijaksana, Ksatria-para pemimpin dan pemberani, Waisya-orang kaya dan pedagang, Sudra-orang yang melayani. Mereka semua setara karena perannya saja yang berbeda." kata Chandra menjelaskan apa yang diajarkan Guru Agamanya di sekolah.
Sayangnya, ayahnya adalah Pandita, pendeta tertinggi yang tentu dianggap lebih berpengetahuan dibandingkan Chandra yang masih penuh kegelapan dunia karena belum banyak melewati upacara penyucian. Jika ayahnya berpendapat, itu adalah titah yang tidak bisa diganggu gugat. Sialnya, pendapat ayahnya selalu masuk akal sehingga titah itu tidak bisa Chandra lawan.
"Tetap saja Sudra harus menghormati Waisya, Ksatria, dan Brahmana karena tiga warna itu lebih berpengetahuan. Tetap saja Brahmana yang tertinggi karena merupakan pemuka agama yang memberikan pengetahuan spiritual. Semua itu perlu dilakukan agar golongan yang lebih rendah tidak salah mengambil jalan hidup dan patuh pada golongan yang kualitas spiritualnya lebih tinggi. Keluarga Ida Bagus adalah golongan Brahmana sehingga golongan lain harus memberikan penghormatan."
"Itu kan kalau Ida Bagus itu seorang Pandita seperti Ajung*. Kalau bukan Pandita, mereka tetap saja termasuk satu di antara tiga golongan lain."
"Gus, kamu harus tahu kalau kualitas seseorang adalah gabungan kualitas genetik dan pendidikan yang dia dapat. Ketika seseorang memiliki genetik Brahmana dan hidup di lingkungan Brahmana, dia akan lebih mudah mencapai tingkatan itu. Akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang yang lahir dari lingkungan lain. Oleh karenanya, Gus tetap mencapai itu lebih mudah daripada teman-teman Gus yang lain.
Ini mungkin terkesan tidak adil namun semuanya karena Karma. Di kehidupan sebelumnya mungkin Gus banyak berbuat baik sehingga lahir di lingkungan yang juga baik sekarang. Jadi, itu sebenarnya tidak perlu diperdebatkan."
Penjelasan terakhir ayahnya itu membuat Chandra pusing. Tidak ada cela dalam logika ayahnya namun Chandra tetap merasa ada keanehan yang tidak bisa diterima. Meskipun perasaannya masih tidak enak, dia tidak punya ide untuk mendebat apa yang dikatakan ayahnya. Karena otak mudanya yang belum banyak pengalaman tidak bisa mengatakan apapun, Chandra akhirnya diam dan menunduk seakan-akan paham.
Setelah berpikir beberapa lama, dia bertanya lagi.
"Jung*, bagaimanapun kasta akan mengundang kesenjangan dan rasa tidak adil. Menurut Ajung, gimana caranya mengatasi ini?"
"Orang yang kondisinya lebih buruk akan iri pada orang yang kondisinya lebih baik. Orang miskin akan merasa orang kaya jahat. Orang berkasta rendah akan merasa orang berkasta tinggi sebagai pencuri karena rasa ketidakadilan. Itu sudah menjadi hukum dunia. Yang bisa kamu lakukan adalah menjadi rendah hati dan tidak marah pada mereka. Itu mereka lakukan karena mereka tidak berpengetahuan sehingga, sebagai orang yang lebih berpengetahuan, kamu harus lebih sabar."
"Itu tidak menjawab apapun." keluh Chandra. Teori itu hanya mengatakan kalau biar saja kesenjangan sosial terjadi karena itu hal normal. Dia tidak bisa menerima ini.
"Tidak ada yang bisa dilakukan lagi karena tidak semua orang bisa menempatkan dirinya di posisi yang seharusnya." tutup ayahnya.
Penjelasan ayahnya adalah alasan kenapa kesenjangan sosial satu ini menjadi normal dan tetap saja ada. Ada alasan spiritual di dalamnya. Struktur sosial manusia selalu seperti itu. Yang tertinggi selalu yang memiliki pengetahuan spiritual. Setelah itu adalah para penguasa alias kaum ksatria. Kemudian para orang kaya akan menempati posisi yang dihormati. Terakhir, barulah kaum rakyat jelata yang tidak punya posisi spiritual, tidak punya kekuasaan, dan tidak punya uang. Mau itu diberi label atau tidak, pada kenyataannya penggolongan itu selalu ada. Bahkan di lingkungan masyarakat yang tidak mengenal Catur Warna sekalipun, mereka tetap lebih menghormati yang lebih kaya dan lebih berkuasa bukan?
Chandra masih tidak bisa menentang pendapat ayahnya yang penuh logika ini. Namun, dia tidak mau diberikan begitu banyak batasan hanya agar dia tidak jatuh menjadi golongan yang lebih rendah. Lahir di lingkungan Griya adalah keberuntungan sehingga tidak boleh disia-siakan dengan berprilaku seperti rakyat jelata yang tidak tahu apapun.
Sayangnya Chandra merasa dirinya adalah rakyat jelata yang tidak tahu apapun itu. Dia masih suka bermain-main dan sesekali ingin memaki sesuatu. Dia ingin bebas melakukan kenakalan tanpa perlu dihujat begitu keras hanya karena dia seorang Ida Bagus. Dia saat begini, dia ingin sekali lahir sebagai golongan biasa saja.
***
Catatan:
Ajung adalah bahasa Bali halus untuk memanggil ayah.Aji juga bahasa halus untuk ayah dan lebih sering dipakai. Ajung biasanya hanya dipakai oleh golongan Ida Bagus dan Anak Agung
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Debu Atmosfer
RomanceChandra di mata Akasa: "Dia adalah mimpi yang muncul dalam realita. Setiap nafasnya hanyut dalam ketidakpastian. Detik demi detik dilaluinya tanpa rencana. Langkah hidupnya lebih kacau daripada kepingan di lautan, terbawa gelombang tanpa tahu pasti...