Prolog

20 4 0
                                    

Selamat datang,
Ini akun kedua saya. Lama hiatus membuat saya harus kehilangan akun utama saya. Its oke.

Semoga kalian bisa menikmati sampai akhir. Terima kasih.
²❤️

Kehidupan malam memang menarik serta menggoda, hingga orang juga akan ikhlas merogoh kocek begitu mahal agar bisa masuk ke dalam gemerlap kehidupan malam, terlebih lagi mereka rela meninggalkan seruan ibadah dibandingkan tidak ikut club diskotik.

Mayoritas pria tengah asik berjoget ria dengan alunan disko musik yang begitu kuat. Bersama ketiga temannya, ia meneguk satu gelas red wine sekali habis.

Satu temannya menepuk pundak Keenan dengan sempoyongan. Keenan menoleh ke belakang, rupanya Dito sahabatnya. Dito mengeluarkan sesuatu dari saku celana, menyodorkan barang bungkusan putih kepada Keenan.

Pria berjaket denim hitam itu memicingkan mata menatap bungkusan putih. "Apaan nih?

Dito tertawa mengejek bahwa Keenan pura-pura tidak mengenali barang itu. Kemudian dia buka ikat bungkusan, lalu memperlihatkannya pada Keenan.

Setelah melihat barang tersebut Keenan memasang ekspresi tak suka. "Sorry, gue masih waras!" Keenan menangkis dan pergi keluar.

"Keen, lo mau ke mana?" teriak Dani menaruh botol red wine di atas meja bar.

Keenan berlalu ke dalam stir kemudi meninggalkan tempat dan pergi sesukanya.

***

Seorang wanita menangis tersedu-sedu di bawah rintik hujan. Semakin jauh dari rumah, kini ia tak punya tempat tujuan. Ia berdiri di sebuah jembatan yang diarungi derasnya air sungai. Gadis itu meratapi takdirnya yang begitu rumit, hingga terpikirkan untuk pergi jauh dari dunia.

Dering ponsel Keenan bergetar saat mengetahui telepon dari papa. Sudah lima kali Keenan terus-terusan mengabaikannya. Jengah dengan sendirinya, akhirnya ia mengangkat telepon sang papa.

"Di mana kamu, Keenan?! Hari sudah malam dan sekarang juga hujan," geram Seto Kusumo.

"Jalan pulang."

Seto seringkali mendengar jawaban tak mengenakkan dari anaknya. Perempuan separuh baya mendekati suaminya. "Bagaimana, Pa?" Suaminya menaruh handphone itu di atas nakas.

Mengusap wajahnya penuh gusar. "Anak itu diberi kebebasan justru nggak karuan. Kita terlalu memberikan semua apa yang dia mau. Aku menyesal tidak memasukannya ke pondok pesantren."

"Sabar, Pa. Masa remaja Keenan memang seperti itu. Dia akan mengerti jika sudah waktunya."

"Kita perbaiki sama-sama lagi ya, sayang?" tanya Ida mengelus pundak suaminya penuh hangat.

Seto mengangguk pasrah saat istrinya meminta untuk berjuang kembali. Tak ingin melulu berkalut dengan anaknya, ia kemudian pergi ke dalam kamar.

***

Ketika gadis itu hendak melompat, sebuah tangan menariknya ke belakang. Dia tatap netra coklat laki-laki tersebut yang mampu membuatnya terlena sesaat. Siapakah dia?

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang