PROLOG

2 2 0
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Adzkia Naila bin' Umar dengan mahar uang sebesar 100 juta dan dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi. Sah?" tanya pak penghulu.

"SAHH!"

"Alhamdulillah," pak penghulu mengucap syukur begitu pula dengan para tamu yang lain.

"Akhirnya kamu menikah Arroyan," ujar sang bapak kepada putra semata wayangnya itu. Sedangkan sang putra hanya tersenyum formal.

"Ummi harap kamu bisa membahagiakan istrimu," timpal sang ibu.

"In shaa Allah ummi, Arroyan akan berusaha menyenangkan dan membahagiakan istri Arroyan," sahut sang putra.

Sedangkan di pihak perempuan ... sang pengantin wanitanya terlihat tidak bersemangat. Hal itu dapat dibuktikan dari rautnya yang terlihat masam.

¹*"Pakon muka masam that neuk?"*

"Naila ngga mau dijodohin begini Ummi," rajuk sang perempuan kepada wanita yang merupakan ibunya itu.

Wanita yang juga dipanggil Ummi itupun tersenyum menatap anak gadisnya. Ralat, Naila sekarang bukanlah lagi anak gadisnya melainkan istri dari seorang Arroyan—putra Abi Affan.

"Setiap pilihan orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya. Jadi kamu harus berlapang dada dan tulus menerimanya ya," nasihat sang ummi.

"Kenapa harus nikah muda sih Ummi, padahal kan Naila barusan lulus SMA. Padahal Naila udah berencana mau lanjut kuliah loh." Wajah Naila tertekuk.

Ummi tersenyum dan mengangkat secara lembut dagu putrinya.

"Naila tidak boleh seperti itu. Ayo senyum, masa' di hari pernikahannya begini malah mukanya masam gini."

"Iya ummi," pasrah Naila kemudian memaksakan senyumnya.

"Ummi ,,, Naila gamauuuu dijodohinnnn," batin Naila menjerit.

——————

[¹*Pakon muka masam that neuk?= Kenapa wajahmu cemberut begitu nak?]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PILIHAN ABITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang