Setelah mengisi perut yang lapar, member akhirnya pulang ke dorm untuk istirahat. Mereka berharap bisa istirahat tanpa ada gangguan, baik dari kerjaan atau hal yang lain. Beriringan mereka masuk ke dalam dan kamar menjadi tujuan utama.
“Aku haus,” Jimin melangkahkan kaki ke dapur untuk mengambil minum sebelum ke kamar, tetapi pandangannya tidak sengaja menemukan nasi beserta tempatnya berserakan dilantai.
“Astagaaa!” pekiknya karena terkejut dengan apa yang dilihat.
Member yang penasaran buru-buru menghampiri untuk mencari tahu kenapa Jimin sampai berteriak.
Jimin melihat ke member yang baru datang. “Lihat! Makanannya tidak dimakan dan sepertinya dibuang,” katanya sambil menunjuk makanan di lantai sebelum mereka bertanya.
Semua member mengikuti arah tunjuk Jimin. Seketika langsung merasa kesal.
“Kau lihat, Hyung? Dia tidak menghargai makanan yang kau belikan,” ujar Jungkook seraya menoleh ke Seokjin.
Seokjin hanya diam tanpa mengalihkan tatapannya dari makanan yang berserakan di lantai. Ada rasa kesal sekaligus sedih melihat makanan itu.
“Dasar tidak tahu terimakasih, sudah dibelikan malah dibuang,” gerutu Jimin dengan kesal.
“Kalau tidak mau sebaiknya tidak usah dimakan, bukan malah di buang seperti itu,” imbuh Hoseok dengan melirik Seokjin. Tidak tega melihatnya sedih.
“Kalaupun dibuang, setidaknya dibuang yang benar. Sengaja sekali menunjukan kalau tidak suka dengan makanannya,” kini Yoongi yang bicara. Sama kesalnya dengan yang lain.
“Hyung, gwaenchana?” tanya Jungkook sambil menepuk bahu lebar milik Seokjin.
Seokjin mengangguk, lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka tanpa berkomentar apa-pun.
“Arghh! Dia itu benar-benar keterlaluan!” pekik Jungkook yang tidak suka melihat Seokjin sedih.
Pekikan sang Maknae terdengar sampai kamar sang leader, dan mengusiknya yang masih duduk dengan posisi yang sama dengan mata terpejam. Perlahan, lelaki berlesung pipi itu membuka matanya, dan Pelan-pelan, pandangannya yang memburam kembali jelas setelah ia mengedip beberapa kali. Terima kasih, Tuhan. Aku masih bisa melihat lagi, ucapnya dalam hati dengan rasa bersyukur.
Dengan hati-hati, Namjoon berdiri dan pergi ke sumber suara. Dia sudah bisa menebak kesalahpahaman yang terjadi, dan akan menjelaskan dengan menghampiri mereka.
“Guys, aku bisa jelaskan kenapa makanannya—”
“Apa? Kau mau bilang kalau makanannya jatuh?” sela Yoongi.
“Kalau dilihat dari makanan yang sudah dimakan semut, sepertinya sudah lama. Kira-kira jatuh atau sengaja dijatuhkan, ya?” sindir Jimin.
“Kau tidak akan bilang kalau kucing yang menjatuhkannya, kan, Hyung? Karena tidak ada kucing disini,” imbuh Jungkook sambil menatap sinis sang leader.
“Aku yang menjatuhkannya, tapi …,” Namjoon menjeda ucapannya saat melihat Seokjin yang berjalan menghampiri.
“Kau sudah membuat Jin Hyung sedih, Hyung!” imbuh Jungkook sembari menoleh ke Seokjin yang berdiri di sisi samping Taehyung.
Namjoon menatap Seokjin. “Hyung, aku tidak sengaja menjatuhkannya dan belum sempat membereskannya karena aku harus ke kamar dulu tadi,” ia menjelaskan dengan harapan Seokjin mempercayainya.
“Tolong, percaya padaku, Hyung,” imbuhnya.
“Sudahlah, tidak usah banyak berbohong. Bilang saja kalau kau memang tidak mau makan.” sahut Hoseok dengan menuding.
Namjoon tidak merespons. Pandangannya hanya fokus pada pria berbahu lebar yang masih saja diam.
“Hyung, kau percaya padaku, kan?” tanyanya, masih menunggu jawaban.
“Kalau Jin Hyung diam, itu artinya tidak—”
“Bisa diam dulu saat aku sedang bicara, Kim Taehyung!” sela Namjoon dengan penekanan. Kondisinya lemah, dan ia tidak mau mendebatkan masalah yang menurutnya tidak terlalu penting.
Taehyung langsung berdecak kesal, tetapi diam setelah itu.
“Jin Hyung, kau punya mulut, kan? Bisa tidak kalau diajak bicara jangan diam saja?” tegurnya sedikit tegas, tetapi masih tahu batasan kepada yang lebih tua.
“Aku tidak bisa percaya begitu saja sebelum kau memberikan alasan yang jelas. Kenapa makanan sampai tumpah? Apa terjadi sesuatu?” Seokjin yang merasa Namjoon menyembunyikan sesuatu mencoba mencaritahu.
“Tidak ada yang terjadi, Hyung. Makanan jatuh karena aku tidak sengaja menyenggolnya saat mau pergi ke kamar. Kau juga tahu seberapa cerobohnya aku, kan, Hyung?” jelas Namjoon.
“Bukankah kau bilang ke kamar setelah makanannya jatuh? Kenapa sekarang kau bilang menyenggol saat mau ke kamar?” Seokjin semakin curiga. “Aku tidak mempercayai alasanmu,” tambahnya sambil menatap sang leader dingin.
“Pembohong!” celetuk Jimin.
Namjoon menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Aku tidak mau berdebat karena masalah sepele seperti ini. Aku sudah menjelaskan kenapa makanannya bisa sampai berserakan di lantai. Kalau kalian tidak percaya itu hak kalian, dan aku tidak bisa memaksa kalian untuk mempercayaiku. Kalian sudah mengenalku sejak lama, jadi pasti tahu seperti apa diriku.” Kata Namjoon dengan ekspresi datar.
“Terserah!” Kata Yoongi, kemudian pergi ke kamar.
Satu per satu member lain juga meninggalkanya.
“Ya Tuhan … kepalaku pusing,” gumamnya sembari memijat kening. “Aku bereskan saja dulu semuanya,” katanya, lalu mengambil sapu dan serokan sampah untuk membereskan makanan yang berserakan dilantai.
Setelah selesai, Namjoon memilih kembali ke kamar dan mengunci pintu. Ia duduk dan mengambil buku catatan lagu. Membaca kembali lagu yang sempat ia tulis.
“Wild flower, bagus juga kalau dinyanyikan dua orang. Sepertinya aku harus berkolaborasi untuk lagu ini,” ujarnya sambil terus memperhatikan setiap lirik yang tercantum dalam lembar kertas buku catatan. “Tapi … siapa yang cocok menyanyikan lagu ini?” Pikirnya.
“Sudahlah, dipikir nanti saja,” ia memutuskan untuk tidak mau ambil pusing. Tangannya bergerak membuka lembar baru dan melihat lirik yang sudah jadi dibuat tanpa ada judul.
“Aku masih saja belum menemukan judul yang pas karena lagu ini begitu emosional. Mungkin membuat orang yang mendengarkan lagu ini akan menangis.” Katanya dengan sendu.
Sementara di tempat lain, Seokjin diam di kamar dengan pikirannya. Ia mengingat ekspresi Namjoon saat menjelaskan kenapa makanannya bisa jatuh.
“Anak itu sebenarnya menyembunyikan apa? Kenapa aku merasa ada yang dia tutupi, tapi … aku tidak bisa menemukan karena dia terlalu pandai berbohong,” tuturnya dalam diamnya.
Diamnya Seokjin membuat Yoongi penasaran. “Memikirkan apa, Hyung?” tanyanya dengan posisi masih ditempat tidur.
“Namjoon, sepertinya anak itu menyembunyikan sesuatu. Apa kau tidak lihat wajahnya tadi? Dia terlihat pucat,” katanya sambil melihat lawan bicaranya
“Aku terlalu kesal sampai tidak memperhatikan wajahnya. Sudahlah Hyung, istirahat saja. Jangan lupa minum obat agar kakimu cepat sembuh,” Yoongi mengingatkan dan memejam untuk istirahat. Anak itu, seperti detektif yang menyembunyikan petunjuknya. Mau bermain teka-teki rupanya, batinnya dengan salah satu sudut bibir yang terangkat sedikit. Tersenyum penuh arti.
BERSAMBUNG.
![](https://img.wattpad.com/cover/333000116-288-k260423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay.
FanfictionDi balik senyumku, aku menyembunyikan rasa sakit yang tak terucapkan. (Kim Namjoon)