Dua Musim_Episode 3

1 0 0
                                    

"Karena, bukan hanya tegak melawan angin. Namun, mendekap kesalahan juga bisa membuat diri kamu sendiri belajar arti kehidupan. –Hanan Aurora—"

"Sea?" Hanan tercengang, benarkah apa yang ia lihat sekarang? Sea? sahabat karibnya semasa di pondok dahulu zaman SMA. Mengapa tiba-tiba Sea berada di pondok ini sekarang?. Degupan jantung Hanan berdegup kencang, sesuatu yang berada di dalam pikiran Hanan memacu, memacu khayalan agar masa-masa itu bisa terwujudkan sekarang. Ah, naif sekali pikiran itu. Akan terasa terobati sedikit jika semuanya terwujud, Sea dan Hanan se-pondok bersama, Kembali berjuang bersama nanti hingga kami ber-tiga lulus bersama.

Tubuh Sea terpaku. Matanya membola melihat Hanan sahabat, ah, lebih tepatnya mantan sahabat dulu berdiri persis di hadapannya, apa yang harus ia lakukan?

Sesosok sahabat lama yang sudah ia tinggalkan apapun resikonya, sesosok teman lama yang membuat luka menganga pada hatinya. tiba-tiba saja Sea merasa pasokan udara sekitar mencekik lehernya seolah-olah meminta tiada.

Pandangan mata Sea serasa kosong, sampai ummi Sea datang dan tersenyum pada Hanan, Salsa teman Hanan segera menarik Hanan agar menjauh dari Sea dan umminya, membawa Hanan masuk kembali ke dalam Pondok Pesantren. Sebuah kebetulan Hanan dan Sea di pertemukan dalam keadaan semacam ini, awalnya Hanan dan Salsa ingin pergi keluar untuk membeli sedikit kebutuhan kebersihan pondok. Mereka ingin keluar sekaligus meminta izin pada ustadzah Anggun namun kedatangan tamu mendadak membuat mereka membatalkan niatnya.

Meninggalkan Sea yang tak melepas sedikitpun pandangan matanya dari Hanan. Ummi Sea menangkup wajah Sea menyadarkannya.

"Kenapa sayang? sakit lagi?" Sea menggeleng tak kuasa untuk menjawab. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, ia menggigit bibir reaksi tubuh Sea yang tak disadarinya jika sedang khawatir atau takut kepada suatu hal. Ummi Sea menghembuskan nafas lelah.

"Apapun." Sembari mengusap pipinya sayang, "apapun yang kamu khawatirkan disini atau yang kamu takutkan. Hadapi dan jangan lari. Ummi sudah memberikan kesempatan kamu kemarin, jika takdir memang menunjukkan apapun disini, tolong hadapi dengan semaksimal usaha kamu. Sea-nya ummi pasti bisa..." penuh kelembutan ummi Sea memberikan penuturan. Sea menangis, pikirannya dipenuhi pikiran-pikiran negative yang perlahan-lahan menurunkan rasa kepercayaan dirinya. Seolah-olah bayangan masa lalu itu masih menggerogoti dan menampar kehidupannya sekarang, walau ia hanya bisa berkali-kali menutup mata.

Sanggupkah Sea menghadapi masalah yang selalu dihindarinya? Masalah yang Sea lari darinya? Ia sudah merasakan firasat kurang mengenakkan ketika Sea mencoba mendaftar di salah satu pondok yang pamannya rekomendasikan, sebuah pondok pesantren jenjang 2 tahun, Pon-Pes Az-Zukhruf. Namun, Sea tidak menduga ia akan dipertemukan langsung oleh Allah dengan mantan sahabatnya Hanan Aurora Dzakiyyah Alif Lam Mim.

Kira-kira, takdir apa yang sedang Allah siapkan untuk mereka?

---

"Ustadzah tinggal dulu ya.." setelah ustadzah Anggun memberitahukan bahwa mereka kedatangan santri baru, Sea langsung masuk dan menempati lemari yang akan digunakannya. Mengabaikan Hanan yang berada di antara santri-santri, tak menengok sekalipun kepada Hanan. Hanya fokus menata lemari dan membalas sapaan teman-teman lainnya.

Hanan memandang Sea dengan tatapan nanar, sedikit merasa sakit hati atas perlakuan Sea. Namun, apa ini sudah berbanding balik dengan apa yang Hanan dan Hanin lakukan pada Sea dahulu? Semakin panas saat Sea sudah begitu akrab dengan Hanum. Santri rajin ketua kamar, tak ingin membuat keruh suasana Hanan segera pergi dari kamar mencoba meredakan pikiran dan ingin mendapatkan ketenangan.

---

"Apa kabar?" lagi dan lagi Hanan Kembali terpaku pada Sea. Ia tersenyum padanya dan menanyakan kabarnya, Hanan tersenyum kaku membalas Sea. Mata Hanan Kembali berkaca-kaca.

"emm... bisa bicara sebentar Nan?" kemudian tanpa menunggu apa-apa lagi, disini mereka, duduk berhadap-hadapan tanpa memulai pembicaraan. Entah Sea yang masih mengumpulkan mental atau Hanan yang masih menunggu Sea berbicara.

"Apa kabar Hanan?" Sea Kembali menyakan kabar Hanan, Hanan tersenyum mengangguk menatap Sea.

"Udah lama ya Se. sekitar 2 tahunan, gua kira lo udah bener-bener ga bisa ditemuin." Suara Hanan parau, matanya Kembali berkaca.

Sea tersenyum, matanya ikut berkaca "Aku baik Nan. Mungkin jadi lebih baik kalo aku masih ga ada di hadapan kamu sekarang. " Sea masih memasang senyum dengan pembicaraan tadi, sedang Hanan tangisannya sudah menetes kala mendengar Sea mengatakan 'jadi lebih baik kalo aku masih ga ada di hadapan kamu' apakah Sea bermaksud akan menghilang darinya dan Hanin selamanya?.

Berbagai kelabat bayang-bayang masa lalu Kembali menyerpih pikiran Hanan. Ia belum siap, belum siap di hadapi kenyataan sekarang tentang apa-apa yang terjadi di masa lalu seakan menyeret masa sekarang bahwa ia Kembali bertemu Sea dengan permasalahan masa lalu yang belum usai.

Apa jadinya jika Hanin mengetahui hal ini?

Hanan melupakan satu hal terkait kembalinya Sea, Salman.

Hanan menggeleng, "Lo ga perlu tau Se, gimana keadaan gua dulu maupun sekarang." Sea terdiam, menguatkan hatinya agar tak terlalu mudah mengingat pada semuanya yang terjadi.

"kenapa ga coba buat menutup mata Nan?"

"semudah itu Se?"

Sea mengangguk yakin. "Aku rasa akan lebih mudah buat kita lakuin apapun kedepannya."

"lo belum berubah dari yang gua kira Se. masih naif dan terlalu mudah buat menutup mata. Kenapa Se?" Sea terdiam, terpaku pada pengungkapan Hanan. Sea akui Hanan belum berubah sama sekali.

Hanan maju mendekati Sea, ia memegang pundaknya mencondongkan wajah Hanan pada telinga Sea, membisikkan "gua selalu berdoa pada Allah, mau gimanapun nanti, gua pastiin gua gak akan kehilangan lu lagi Se."

Sea membeku mendengar penuturan Hanan. 

-----------------------------------------------------------------------------------------

I'am back. Maaf kalo lama banget nungguinnya. Happy reading kawan!

Next???

DUA MUSIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang