PROLOG

3 1 0
                                    

Gelap, berdebu tak ada satu orang pun yang melintas di sekitarnya. Pemandangan itu membuat suasana kian memilukan, seorang gadis kecil yang sedari tadi terus menangis tanpa hentinya sambil memegang erat sebuah foto yang berisikan keluarga dengan senyum yang amat sangat bahagia.

Tapi sayangnya, senyuman itu sudah tidak dapat diulang kembali. Yang tersisa hanyalah sebuah kenangan yang selalu tersimpan di dalam hati dan tidak akan pernah di lupakan hingga kapan pun.

Gadis kecil dengan rambut sependek bahu tersebut masih terus menangis dengan kedua kaki yang ditekuk di serta tangan yang memeluknya.

"PRANGG!"

Terdengar suara barang jatuh dengan sangat keras dari luar disertai suara riuh orang bertengkar. Membuat gadis kecil tersebut memeluk kedua kakinya dengan sangat erat.

"Hiks...Ansha takut Bundaa..."

Gadis tersebut berulang kali menyebut kata Bunda tanpa henti. Dirinya sangat takut jika Bundanya terluka.

"CEKLEK"

Suara pintu terbuka memperlihatkan daksa seorang wanita yang kian melemah, tungkai kakinya tertatih tatih menghampiri gadis kecil yang berada di sudut ruangan itu. Manik matanya sendiri menatap iris sendu milik gadis kecil bernama Ansha.

"Ansha.." panggil wanita tersebut. Gadis kecil yang merasa di panggil pun langsung menoleh ke sumber suara dan langsung memeluk sang empu dengan air mata yang terus mengalir.

"Hiks....Bunda Ansha takut..."

"Hiks...Papa jahad buat Bunda terluka, Papa Jahat bikin badan Bunda berdarah"

"Sssttt.. sudah yah Bunda baik-baik saja. Ansha jangan takut lagi yah, kan sudah ada Bunda disini." Ucap Bunda sambil menghapus air mata Ansha yang keluar.

"Ansha benci sama Papa udah bikin Bunda sakit, Ansha benci Papa." Ucap Ansha.

"Ansha anak Bunda, Ansha tidak boleh bicara seperti itu. Mau bagaimana pun juga, dia tetap Papa Ansha." Ucap Bunda dengan sangat lembut.

"Tapi Bunda, Papa udah buat Bunda terluka dan Ansha tidak suka melihat Bunda seperti itu."

"Bunda tidak apa-apa Ansha, ini hanya luka kecil. Ansha harus janji sama Bunda mau bagaimana pun Papa ke Ansha atau Bunda, Ansha jangan pernah sekali pun membenci Papa dan jangan pernah ninggalin Papa sendirian. Janji?" Ucap Bunda sambil menjulurkan kelingkingnya.

" Iya Bunda, Ansha janji tidak akan pernah ninggalin Papa atau pun ngebenci Papa. Tetapi, Bunda harus janji sama Ansha jangan pernah ninggalin Ansha sendirian, Bunda." Kata Ansha  sambil membalas kelingking sang Bunda.

"Iya, Bunda janji."

Ansha pun langsung memeluk Bundanya dengan sangat erat. Begitu juga sang Bunda membalas pelukannya dengan penuh kasih sayang.






_________________




Jangan lupa vote 🥰





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABOUT ANSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang