siapa yang berdarah lebih parah?

1 0 0
                                    

jgn prnah nyuruh org utk mengerti tentang keadaanmu, karna sejatinya manusia gapernah paham apa yg kita mau. kdang diri sendiri aja bingung kan maunya apa? apalagi org lain, mana bs ngertiin apa yg kmu mau.

beda orang, beda cerita, beda porsi sama beda kemampuan. nikmati yang kita jalanin sekarang, hal baik perlu ngelewatin proses panjang, bukan ngebandingin. mungkin cara kita ngabisin waktu ga seasik org lain.

17.00
pulang sekolah memang hal paling menyenangkan di sekolah bukan?berbeda dengan sarena,dia lebih suka menghabiskan waktu bersama sama di sekolah,apalagi dengan buk susi itu hal yang paling ia sukai, sarena sangat membutuhkan sosok ibu yang mampu menyayangi nya

sore menjelang malam awan biru berganti jingga semua warga komplek sudah memasuki rumah masing masing untuk makan malam

"kak mahen,ayah mana?"
"lagi di ruang kerja nya"
"emang nggak makan?"
"Nanti"
"kak aku mau cerita boleh kan?"
"boleh"
"tadi aku sempet denger dari kak nabila kalok bunda itu cantik pinter masak pinter ngurus perusahaan kayak ayah,iya tah kak?"
"mungkin,btw kamu punya nomor nya kak nabila?boleh bagi ngga dek?kaka mau kenalan sapa tau jodoh kan"
"Kaka kenapa kalok bahas bunda selalu menghindar?emang kaka ngga kangen bunda?"
"kangen,kamu mau ikut kaka nanti ke rumah nya om bagoes?"
"ngapain"
"Mulung dek"
"ngapain cari rongsokan?kan kita udah kaya?"
"nanti rumah ini mau di gusur kita sementara pindah ke rumahnya om bagoes"
"kak rumah ini kan satu satu nya peninggalan nya bunda"
"ayah sendiri yang minta di gusur dek udah kamu siap siap"

satu kalimat terpikirkan di dalam otak rena "kenapa?"
masing masing dari mereka rena dengan mahen sudah ber siap siap untuk ke rumah om bagoes

"rena buruan"mahen berteriak
"sabar kak"

rena menuruni tangga dengan anggun bak putri dengan hijab menutupi dada gamis serba hitam dan sepatu hitam tak lupa juga memakai mahkota

"cantik dek,tapi kenapa pake baju gamis?kita kan mau pake montor kaka"mahen kebingungan dengan tingkah laku adek satu satu nya itu

"jalan kaki aja yok kak,aku kangen sama suasana begini,lagian rumah nya om bagoes ngga terlalu jauh"rena menjelaskan dengan teliti.

"ini yang kaka suka sama kamu"mahen tersenyum membentuk lekukan manis dengan mata yang menyipit tak kalah indah nya dengan senja yang selalu rena kagum kagumi.

"Kaka bawa uang yaa."
"pasti dek"

sore dengan matahari yang mulai tenggelam dan bulan yang mulai terbit bagaikan peran kehidupan kadang ada bahagia nya kadang juga ada sedih nya,suasana kota bandung adalah suasana yang selalu rena suka bagaimana tidak?suasana itu membuat semua penikmat keindahan nya menjadi bahagia,rena dengan mahen melihat banyak kesulitan yang di hadapi manusia di dunia ini dari kota bandung ada yang mengamen menggunakan gitar maupun memakai kostum,berjualan di trotoar sehingga di sebut penjual kaki lima padahal kaki nya empat tapi di bilang kaki lima

"kak ayok gandengan tangan"rena mengajak
"sini"mahen mengulur kan tangan nya
"kaka aku mau nanya"
"nanya apa?"
"kaka kapan menikah"
"Kaka blum tau dek,pasti nya kaka nunggu kamu jadi psikolog dulu baru kaka menikah,kaka nggak siap buat rencana begituan"
"kaka tau dari mana kalok aku cita citanya jadi psikolog? padahal aku sama sekali nggak bilang loh."
"tau dong kaka gitu loh"mahen pernah melihat buku diary yang pernah rena tulis kan tepat nya ia tak sengaja melihat adik nya itu memegang buku kecil saat sedang tertidur pulas di meja belajar

beberapa kendaraan sudah melintasi lalu lintas tepat nya pada jam 5 sore matahari hampir tenggelam mereka melanjutkan perjalanan untuk membeli makanan,mahen dengan sarena sangat menyukai ayam geprek,itu adalah makanan favorit nya terlebih saat bunda nya masih hidup sarena sering menghabiskan waktu bersama dengan kakak dan bunda kesayangan itu namun setelah bunda pergi untuk ke luar kota dan kembali dalam keadaan meninggal sarena tidak pernah lagi makan makanan itu lagi,atau lebih tepat nya kakak nya sekarang ingin mengingat kan makanan itu dengan bunda nya

di kedai kecil bertuliskan warung makan pak kumis,mereka berhenti dan makan di situ, sedikit info! yang jualan di kedai itu namanya pak selamet tapi karena kumisan jadi di namain sama pengunjung warung makan pak kumis

"mau beli apa?"pak kumis menawar kan dengan muka datar
"oohh iya pak,mau ayam geprek 2 porsi"mahen sedikit gugup karena tak pernah melihat pak kumis sejak 6 tahun yang lalu
"sebentar saya buatkan"

ruang hening dengan beberapa pengunjung yang sama diam nya dengan sarena dan mahen menyisakan pak selamet yang masih sibuk dengan pekerjaan nya

"ini makanan nya,kamu sekarang kok udah jarang ke sini?apa udah bosen sama makanan paman?terus bunda kamu di mana"pak selamet yang terheran heran karena sudah 6 tahun pelanggan setia nya itu tidak berkunjung
"maaf ya paman sebenarnya kamu nggak bosen tapi karena mahen lagi sibuk nulis skripsi sama keperluan lain nya belum lagi perusahaan ayah yang sekarang mahen pegang itu blum kelar semua,terus kalok bunda udah nggak ada"
blum sampai mahen makan pak selamet kembali bertanya sambil duduk di dekat meja mereka
"innalilahi wa innailaihi rojiun ya allah paman nggak tau kalok gini paman melayat"
"ngga papa kok paman"sarena angkat bicara

selesai makan mahen segera membayar karena takut hari akan semakin gelap

"kak"sarena yang memulai pembicaraan antar ke duanya ingin memecah keheningan yang ada di antara mereka,padahal sarena sendiri masih memakan cilung dari penjual kaki lima
"kenapa lagi?mau beli cimol? cilok?seblak?bakso?mie ayam?gorengan"
"ihh apasi kak, rena kemarin liat ayah nangis di teras itu ayah kenapa ya kak?rena mau nanya kenapa tapi takut nya ayah marah"
"dek apa aku harus ngasih tau tentang ini sama kamu?"
skippp yakali cerita langsung di kasih tau
tunggu dulu abis ini sarena ketemu seseorang yang mirip sama sagara.
masih inget kan sagara,cowo yang sempet author ilangin itu muncul tapi beda orang

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TINTA MERAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang