01

4 0 0
                                    

Setidaknya dalam sepuluh buku novel akan ada satu yang bercerita tentang anak dari keluarga konglomerat yang kabur dari rumah akibat menjadi korban keegoisan orang tuanya. Cerita yang klise memang. Entah berapa banyak buku yang sudah ku baca dengan genre seperti itu.

Beberapa alasan menjadi latar belakang untuk melarikan diri, diantaranya karena dipaksa mewujudkan cita-cita orang tuanya, dijodohkan, ayahnya yang ringan tangan bahkan dijadikan pion oleh orang tuanya pun semuanya tersedia.

Jika aku di minta membandingkan cerita mana yang lebih menyakitkan, aku biasanya menjawab seperti ini,

[Seorang anak berusia delapan tahun dari keluarga organisasi penjahat sebut saja organisasi underworld dipaksa melakukan hal-hal keji yang jauh dari kata manusiawi.

Hingga bertahun-tahun berlalu membuat anak itu memuntahkan pertanyaan pada dirinya sendiri. kenapa mereka tega memperlakukan dia seperti bajingan sejak kecil? Seperti efek kupu-kupu, dari pertanyaan sederhana itu sang anak mulai merasa benci. Benci pada orang tuanya, benci pada keluarganya, benci pada takdir dan bahkan dirinya pun tidak lepas dari rasa kebencian itu.

Tepat ketika ia menginjak usia dua belas tahun, anak itu memberanikan diri bertanya pada kedua orang yang bertanggung jawab untuk kesengsaraan nya.

Tak disangka, tekad yang ia kumpulkan dan rasa benci yang berusaha ia tekan malah berakhir menghasilkan kebencian yang lebih buruk.

Hanya dengan beberapa kalimat orang tuanya berhasil membuat harapannya hancur, harapan untuk setidaknya percaya bahwa selama ini semuanya hanyalah sandiwara.

"Kamu adalah penerus kami. Sudah selayaknya bagi kami untuk memberi semua pendidikan ini. Akan lebih baik mempraktekan langsung hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang akan kamu lakukan di masa depan."

Menggelikan.

Omong kosong.

Ketika anak itu mencapai usia enam belas tahun, dia bertekad untuk melarikan diri sejauh mungkin menghilang dari pandangan keluarganya. Namun naas terjadi pada takdirnya. Semua uang yang telah ia simpan sembunyi-sembunyi dari sejak kecil  di bakar oleh ayahnya sendiri. Ayahnya sangat murka melihat anak satu-satunya berniat melarikan diri.

Tidak cukup sampai disana, anak itu diseret dan dikurung di penjara bawah tanah selama berhari-hari. Tidak ada pakaian, tidak ada selimut bahkan untuk makan pun anak itu hanya di beri sepotong roti dengan segelas air setiap hari.]

Yah begitulah garis besarnya. Rasa sakit memang tidak selayaknya dibandingkan, hanya saja tidak semua orang dapat memahami arti dari kata itu. Sudah menjadi hukum tak kasat mata bahwa ketika bercerita, orang yang bersangkutan akan membuatnya menjadi terlihat lebih menarik.

Sayangnya, itu bukan cerita dari sebuah novel.

Cerita itu adalah milikku.

"Tolong totalkan semuanya." Ada total empat buku yang diserahkan ke meja kasir.

Senyum positif menghiasi rupa wanita itu. Aku tahu siapa dia. Sudah cukup sering dia mampir ke toko buku ini untuk membeli beberapa buku. Terkadang dia hanya mampir untuk membaca beberapa komik yang disediakan oleh perpustakaan umum toko kami.

Dan sekarang mungkin jadwalnya dia membeli beberapa novel keluaran terbaru.

Entahlah yang jelas dengan kehadiran wanita itu di toko kami, dia berhasil menarik beberapa pelanggan. Alasannya tentu saja karena paras cantik itu sayang untuk dilewatkan.

Eh? Kim Namwoon ... Apa yang kamu pikirkan? Aku tersenyum kecut pada diriku sendiri.

"Baik. Ditunggu sebentar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my boo(k) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang