Si hodie hijau!

32 4 4
                                    

"Eh itu Fajar gak sih?" Aku menunjuk kearah pria berseragam SMK yang tengah berbincang dengan pria sebayanya.

Sakila mengendus kesal, "Iya... Ngapain dia kesini?"

"Ya aku gak tahu"

"Yang bilang kau tahu siapa?"

"Kan kau nanya loh, yaudah ku jawab dong"

Sakila memutar bolanya malas, "Yaaa... Terserahmu aja Rin!!"

Aku tertawa kecil melihat tingkah Kila barusan.

Sembari menatap pemuda bernama Fajar itu, kami melanjutkan perjalanan ke minimarket didepan gerbang sekolah.

Aku terkejut saat menyadari ternyata Fajar tidak sendiri. Pria itu membawa rombongan dari sekolahnya. Rombongan itu sudah pasti adalah teman-teman dekat si Fajar itu.

Kemudian mereka secara serentak berjalan memasuki gerbang sekolah. Memasuki sekolahku lebih tepatnya.

"Anjir ada Agus" gumamku tidak menyangka saat baru menyadari teman ESEDE ku, Agus berada diantara mereka.

Sakila seketika mencari keberadaan Agus diantara gerombolan itu, dan tersenyum tipis saat menemukannya, "Iya cuy."

Tepat saat kami berpapasan dengan rombongan Fajar itu, aku dengan isengnya berteriak, "FAJARR!!!"

Volume suaraku yang tidak bisa dikatakan kecil membuat pria yang kupanggil tadi mendongak, lalu tersenyum menampilkan deretan giginya.

Ekpresi Sakila mendadak memerah karena malu. Dia memalingkan wajahnya tak sanggup berhadapan dengan kenyataan kalau tindakanku barusan sangat memalukan. Ya, aku juga tidak tahu kenapa aku melakukannya. Yang pasti aku hanya ingin menunjukan eksistensiku dan menghimbau mereka jika aku dan Kila ada disini. Itu saja. "Sombong ya sekarang" ucapku, berbasa basi.

"Eh, engga kok haha" sahut Fajar kikuk karena tahu Sakila sedang bersamaku saat ini. Ya, Sakila adalah mantan kekasihnya saat SMP. "Sungguh malang kalian dipertemukan oleh momen memalukan seperti ini karena aku," Batinku.

Pandanganku beralih kepada Agus, "Agus sombong juga ya sekarang!"

Si Agus tersenyum malu karena mendengar ucapan basiku, "Eh... Rin! ada kau ternyata"

"Sakila.." panggil Fajar kepada Kila yang masih memalingkan wajahnya, malu.

Gadis itu mendongak ke arah Fajar sekilas, "Iya." Jawabnya datar. Jelas sekali Sakila tidak ingin berlama-lama disini, dan sebenarnya dari tadi dia mengeraskan genggaman tangan kami, mengisyaratkan untuk segera beranjak pergi. Namun aku tidak menghiraukannya karena aku ingin menikmati momen langka ini. Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu mereka.

Soal rombongan Fajar, ya... Banyak dari mereka yang tidak aku kenal itu sebabnya aku hanya menyapa orang-orang yang kukenal saja.

'Tap... Tap...' Seseorang tiba-tiba menepuk kepalaku dengan santainya. Dari ukuran jemari yang tidak bisa terbilang mungil, dan tulang-tulang jari yang sangat terasa ketika dia menepuk kepalaku, aku tahu bahwa dia adalah cowo. Cowo yang sudah pasti anggota dari geng Fajar.

Sedikit terkejut, aku menoleh ke arah Sakila, "Yang tepuk-tepuk kepalaku barusan kau?" Tanyaku penasaran.

"Gak lho! Itu tadi, yang pake hodie hijau!"

Aku menoleh ke belakang dan mendapati si hodie hijau yang beraninya menepuk kepalaku tadi, berjalan semakin menjauh memasuki area sekolahku. Si hodie hijau itu berbadan jangkung. Dialah yang paling tinggi diantara cowo-cowo di gerombolan itu.

"Aku tadi emang lihat sekilas, ada si hodie hijau lagi jalan didekatku, tapi dia siapa?"

"Nah itu, aku juga gak tahu Rin!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Feeling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang