Jordhy kira, hidupnya sudah sempurna dengan keberadaan Harrell sebagai pasangannya. Memutuskan untuk menikah di usia yang terbilang cukup muda, keduanya merasa semuanya sudah cukup. Dengan pekerjaan mereka yang terbilang cukup mapan pada masa itu, Jordhy sedang merintis sebuah perusahaan di bidang otomotif dan Harrell yang menjadi seorang penyiar, keuangan mereka tidak memiliki masalah.
Hingga pada suatu hari, Harrell mengeluh kesepian. Rumah mereka terbilang lumayan besar untuk ditinggali berdua.
"Kalo misalnya kita angkat anak gimana, kak? Biar rumah nggak sepi-sepi banget gitu."
Harrell mengutarakan keinginannya pada Jordhy saat mereka akan tidur. Itu memang bagian dari rutinitas mereka setiap malam menjelang tidur, night talk. Biasanya Jordhy akan duduk bersandar pada headboard sambil memainkan rambut Harrell yang bersandar pada dadanya.
"Aku sih nggak masalah. Tapi nanti ngurusnya gimana? Kita berdua sama-sama kerja loh."
"Aku bisa sih cuti dulu sampe ntar anaknya masuk sekolah. Nanti pas berangkat bareng sama kamu, terus pulangnya aku yang jemput." Harrell memberikan usul, "Jadwalku juga lebih fleksibel, walaupun aku ada jadwal siaran yang tetap. Jadi masih bisa ngurus anak-anak."
Kening Jordhy mendadak berkerut, "Anak-anak?"
Pertanyaan heran itu dijawab dengan anggukan semangat dari Harrell. Ia membayangkan kalau rumahnya akan ramai bila ia mengangkat beberapa anak.
"Aku pengen ngangkat dua atau tiga anak gitu, kak. Kalo satu kan kasian dia nanti nggak punya temen main. Nanti cari anak yang umurnya nggak terlalu jauh aja biar sekolahnya juga deketan."
Oh, rupanya rencana Harrell sudah sejauh itu. Ia bahkan sudah merencanakan dimana anak-anak akan bersekolah kelak, yang jelas jaraknya tidak akan terlalu jauh dari stasiun radio tempatnya bekerja atau dari kantornya Jordhy.
"Oke. Kapan mau ke panti asuhan?"
"Kakak kapan bisanya? Kalo aku kan ikut kakak." Harrell malah balik bertanya.
"Weekend ini bisa. Kamu nggak ada siaran kan hari sabtu nanti?"
Harrell menggelengkan kepalanya, "Oke. Kita berangkat sabtu ya."
Keduanya pun melanjutkan obrolan dengan topik lain sampai Jordhy mendapati kesayangannya sudah menguap beberapa kali. Mereka pun memutuskan untuk tidur agar bisa bekerja esok hari.
oooOooo
Hingga satu bulan berikutnya, rumah Jordhy dan Harrell telah diramaikan dengan kehadiran tiga orang anak laki-laki yang usianya terpaut satu tahun. Tiga anak itu tampak canggung saat memasuki rumah besar itu, tetapi Harrell segera menyambut mereka dengan ramah.
"Sekarang kalian tinggalnya disini. Panggil kami daddy sama papi ya, sayang."
Ketiganya mengangguk. Mereka senang bisa diangkat dan diasuh oleh dua orang yang sangat penyayang seperti Harrell dan Jordhy.
Mari berkenalan dengan tiga anak manis itu. Mulai dari yang paling sulung, namanya Orion Arshie, usianya sekarang sudah 5 tahun. Ia tinggal di panti asuhan sejak usia 2 tahun. Saat itu ibunya menitipkannya disana dan berjanji akan menjemputnya, tetapi sampai tiga tahun berlalu, ibunya tak kunjung kembali. Lalu anak yang kedua bernama Altair Ezio, usianya 4 tahun. Ia tinggal di panti asuhan karena orang tuanya meninggal akibat kecelakaan fatal dan tidak ada saudara yang merawatnya. Kemudian yang terakhir adalah Rigel Avior, ia berusia 3 tahun. Ibu panti menemukannya ditinggalkan begitu saja di depan pintu panti asuhan saat masih bayi.
"Papi..." Orion memanggil Harrell dengan ragu.
"Iya sayang?"
"Nanti... Ion sama Ai sekolah?"
Harrell tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Iya. nanti Orion sama Altair sekolah. Rigel nanti biar ikut belajar di playgroup."
Tiga anak itu berbinar senang. Mereka pernah diberi tahu oleh ibu panti kalau mereka bisa belajar banyak hal di sekolah, mereka juga akan punya teman yang banyak.
"Nanti kalo daddy pulang, kita beli perlengkapan buat kalian sekolah ya, anak-anak."
"Iya!"
Hati Harrel menghangat. Sekarang rumahnya tidak lagi sepi. Mulai hari ini, ketiga anak ini akan meramaikan rumahnya dengan suara tawa riang mereka.
Lamunan pria manis itu buyar saat tangan kecil Rigel menarik-narik celananya "Papi! Papi!"
"Iya, Rigel mau apa?"
"Mau peluk papi!" Rigel merentangkan tangannya, yang tentu saja langsung disambut oleh Harrell. Orion dan Altair ikut menghambur memeluknya dengan erat.
"Makasih papi! Kami sayang papi sama daddy!"
Tak pernah Harrell merasa sebahagia ini. Ucapan terima kasih yang terdengar biasa saja bagi sebagian orang, nyatanya cukup membuatnya tersentuh kala kata itu terlontar dari tiga bintang kecil yang kini dalam asuhannya.
Ia berjanji akan menjadi orang tua yang baik untuk ketiganya.
oooOooo
Jordhy tidak pernah berpikir kalau memiliki anak akan membuatnya sangat bahagia. Kehadiran Orion, Altair dan Rigel di tengah-tengah keluarga kecilnya itu sedikit banyak mengubah hidupnya.
Dulu, ketika ia pulang dari kantor, hanya ada Harrell yang akan menyambutnya pulang. Sekarang ada tiga anak yang akan menyambutnya dengan suara pekikan riang.
"Daddy pulaaaanngg!!"
Rigel berlari menyambut kedatangannya, diikuti oleh Orion dan Altair yang juga meneriakkan kalimat yang sama. Yang Jordhy lakukan adalah memeluk mereka dengan erat sebagai rasa terima kasih atas sapaan hangat itu.
"Halo jagoan daddy. Hari ini belajar apa di sekolah?"
"Ion mau cerita!" Orion mengangkat tangannya, "Tadi Ion sama temen-temen belajar nanam pohon sama bu guru!"
Jordhy duduk bersila di lantai, mengabaikan fakta bahwa ia belum berganti baju. Putra-putranya sedang bercerita dan ia ingin menjadi pendengar yang baik untuk mereka.
"Wah! Seru dong! Abang bisa nggak tadi?"
"Bisa! Ion kan hebat!" Orion berseru dengan semangat.
Altair tidak mau kalah, "Daddy! Ai mau cerita juga! Tadi Ai di sekolah bikin origami kelinci sama bu guru. Punya Ai yang paling bagus kata bu guru!"
"Kakak hebat!" Jordhy memuji Altair yang menceritakan kegiatannya di sekolah, "Kalo adek tadi di playgroup gimana?"
Rigel tampak bingung karena ia tidak tahu harus bercerita apa. Balita yang nyaris berusia 4 tahun itu melirik kakak-kakaknya seolah meminta bantuan. Untungnya Orion tanggap dan langsung memberi sedikit bantuan untuk sang adik.
"Tadi adek main apa di sekolah?"
"Oh! Igel main ular naga! Sama temen-temen juga." Rigel menjawab dengan ekspresi senang karena akhirnya bisa menjawab pertanyaan daddynya.
"Seru banget! kapan-kapan kita main ular naga bareng ya!"
"Oke!"
Jordhy kira, mengangkat anak adalah perkara yang sulit. Namun ternyata tidak, karena ketiga putranya adalah anak-anak yang manis. Mereka selalu memiliki cara untuk membuatnya dan Harrell merasa bahagia setiap harinya dengan cara yang begitu sederhana.
_________________________
Aku up dikit dulu buat awalan, kalo rame baru lanjut :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang || Jakeseung ft. SunWonKi
FanfictionMenyatukan lima kepala bukanlah perkara yang mudah. Berbagai masalah datang untuk mengajarkan mereka untuk menghargai setiap pemikiran yang ada, sekaligus menghargai presensi masing-masing dalam hidup mereka. ©snschraracha, 2023