3/3

346 83 87
                                    


Beberapa hari kemudian.

David dan Ariana sudah pulang. Membuat Joanna merasa senang. Karena dia agak merasa sepi saat orang tuanya tidak ada.

"Kalian baik-baik saja, kan? Tidak bertengkar, kan?"

Tanya Ariana pada Fiona dan Joanna. Membuat gelengan mereka mengudara. Disusul dengan rengekan Fiona yang mengeluh kesepian di rumah. Karena hanya berdua saja.

"Tidak, lah! Aku kangen kalian! Kenapa lama???"

Ariana membalas pelukan anaknya. Lalu menatap Joanna yang kini sudah memeluk suaminya. Sebab si sulung memang lebih dekat dengan si ayah daripada dirinya.

Setelah berbenah, mereka langsung makan siang masakan Joanna. Lalu menonton televisi bersama di ruang keluarga. Hingga ketiduran dan bangun saat hujan tiba.

"Joanna! Bau gosong apa ini?"

Teriakan Ariana membuat Joanna yang sedang di teras bersama si ayah langsung kembali memasuki rumah. Berlari menuju dapur dan membereskan kekacauan.

"Aku lupa, Ma!"

Joanna langsung membalik telur gosongnya. Membuat Ariana jelas marah. Namun dia tidak bisa mengoceh panjang lebar karena David baru saja memasuki rumah.

"Buang saja! Sudah tidak bisa dimakan!"

"Iya, Ma."

Joanna langsung membuang telur dadar gosong buatannya. Lalu membuat ulang telur dadar seperti sebelumnya. Sebab dia yang bertugas memasak jika ibunya sedang kerepotan.

Seperti sekarang, Ariana tengah mencuci pakaian. Ya, memang memakai mesin cuci dan bisa ditinggal. Namun tetap saja dia butuh bantuan, bagi Joanna.

"Fiona di mana? Suruh bantu-bantu juga!"

"Belajar! Jangan ganggu dia!"

David menarik nafas panjang. Lalu mendekati Joanna. Membantu si anak memasak. Sebab dia memang sering kasihan pada Joanna yang terus saja disuruh mengurus pekerjaan rumah oleh istrinya.

"Papa bantu, ya?"

Joanna mengangguk singkat. Lalu memberikan mangkok isi telur dan beberapa daun bawang. Sedangkan dia mulai mengambil ayam yang telah diungkep semalam.

"Ini ayam bawang?"

"Iya, aku sengaja buat ini semalam karena Papa suka."

"Wah! Terima kasih, Sayang!"

"Sama-sama, Papa!"

Ariana hanya menatap mereka dari kejauhan. Sembari membersihkan sofa. Sebab dia memang agak kurang suka dengan kedekatan mereka. Karena sebenarnya, dia tidak suka akan kehadiran Joanna sebab anak itu telah menghabiskan banyak biaya.

Ting... Tong...

Ariana langsung membuka gerbang. Dia di sana cukup lama. Sebelum akhirnya memasuki rumah dengan wajah girang.

"Ada apa, Ma?"

Tanya David pada istrinya. Sebab Ariana jarang tersenyum seperti ini kalau tidak karena paketannya datang. Maklum saja, ini karena dia jarang bersenang-senang setelah memiliki anak. Sebab dia yang meminta si suami untuk tidak menyewa ART agar lebih hemat.

"Kita diundang makan malam di depan rumah. Istri bosmu yang memberi tahu aku barusan!"

"Lalu masakan Joanna?"

Tanya David dengan wajah kesal. Sebab dia ingin makan ayam bawang buatan Joanna nanti malam. Bukan justru memakan makanan di rumah tetangga.

"Bisa dibuat sarapan! Ayo kita siap-siap! Fiona!!!"

Ariana langsung menaiki tangga. Menuju kamar Fiona. Sebab dia akan mendandani si anak. Agar dia terlihat lebih cantik di sana.

6. 30 PM

Joanna yang duduk di samping David sedang meminum segelas air putih yang isinya tinggal setengah. Lalu melirik Jeffrey yang sejak tadi diam saja. Dia juga hanya fokus dengan piringnya tanpa mempedulikan sekitar. Seperti biasa.

"Jeffrey sepertinya cocok dengan Fiona, ya? Bagaimana kalau kita jodohkan saja?"

"Mama!"

Tegur Fiona saat mendengar ucapan ibunya. Sebab dia jelas tidak setuju tentang hal ini juga. Meskipun sebenarnya, dia mulai semakin suka pada Jeffrey setelah rambutnya ganti warna.

Jessica terkekeh pelan. Sama seperti suaminya. Namun tidak dengan David yang mulai melirik kesal istrinya.

"Hahaha! Bukannya dengan Joanna saja? Fiona masih terlalu muda. Tidak baik juga melangkahi kakaknya."

Timpalan Jessica membut senyum di wajah Ariana pudar. Dia langsung melirik Joanna yang sudah terperanjat. Lalu menatap Jeffrey yang duduk di depannya.

"Joanna, ya? Dia masih kekanakan. Lebih baik Fiona saja. Meskipun lebih muda, dia jelas lebih dewasa. Lebih pintar juga. Buktinya, dia bisa lompat kelas dan bisa sekelas dengan kakaknya."

Ucapan Ariana jelas membuat Joanna sakit hati. Namun hal itu sudah terbiasa terjadi. Sehingga dia hanya bisa tersenyum getir.

"Mama ini apa-apaan, sih!? Perjodohan-perjodohan! Mereka masih sangat muda! Masa depan mereka masih pajang! Maaf, Pak Sandi, Bu Jessica. Istri saya memang suka kelewatan saat bercanda."

Ariana mulai bungkam saat suaminya berkata demikian. Sebab pahanya sudah mendapat tepukan. Dari David yang kini tampak marah padanya.

"Tidak apa-apa, santai saja."

Ucap Sandi sembari terkekeh saja. Bersama istrinya yang kini sedang minum airnya. Lalu menatap Joanna yang tampak murung sekarang. Mungkin karena sakit hati akan ucapan ibunya.

Sebab Jessica tahu jika Joanna jelas lebih dewasa dari adiknya. Karena selama ini Joanna yang mengurus rumah saat orang tuanya tidak ada. Dia jelas sosok kakak yang baik dan lebih dewasa dari adiknya. Tidak seperti apa yang baru saja ibunya ucapkan.

Setelah makan malam, Sandi dan David berbincang di ruang kerja. Sedangkan Joanna dan Fiona sedang duduk kaku di ruang keluarga. Menatap Jeffrey yang kini sedang bermain PSP sendirian. Karena salah satu dari mereka tidak ada yang bisa memainkan.

"Bu Jessica, sebenarnya aku serius soal yang tadi. Aku ingin menjodohkan Fiona dengan Jeffrey."

Jessica hanya tersenyum singkat. Lalu lanjut mencuci piring saja. Sebab dia memang tidak memiliki ART karena suka melakukan pekerjaan rumah sendirian.

"Fiona pasti akan menjadi dokter di masa depan. Dia sangat serasi dengan Jeffrey yang nanti akan meneruskan bisnis keluarga."

"Kalau Joanna bagaimana? Dia akan menjadi apa di masa depan? Sejak tadi kamu hanya membicarakan Fiona saja. Sedangkan kakaknya tidak."

Ariana diam sejenak. Guna mencari alasan yang paling logis sekarang. Sebab dia jelas tidak ingin dicap sebagai ibu yang pilih kasih oleh Jessica.

"Bu Jessica jangan salah paham dulu. Sejak tadi aku seperti ini karena memang hanya Fiona yang layak dijodohkan dengan Jeffrey. Joanna, dia bukan anak kandung kita. Dia hanya anak angkat yang tidak diinginkan orang tuanya. Bu Jessica pasti tidak ingin punya menantu yang asal-usulnya tidak jelas, kan?"

Ucapan Ariana jelas membuat Jessica terkejut sekarang. Karena dia tidak menyangka jika Joanna memang sungguhan bukan anak kandung Ariana. Tidak heran jika anak itu harus mendapat perlakuan berbeda dari ibunya.

Tbc...

NOT FAIR ENOUGH [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang