1. Gift

13 1 0
                                    

Ileana Jovanka Aurora. Orang-orang sering memanggilnya Lena, itu adalah panggilan paling comfortable untuk mereka. Namun, Lena juga sering dipanggil Aurora. Dia dipanggil Aurora bukan karena dirinya mirip putri raja, yang cantik membahana serta punya aura yang luar biasa hangatnya. Lena dipanggil Aurora karena kelakuannya mirip putri tidur. Iya benar! Dia suka sekali tidur di kelas. Belum lagi kantung matanya. Sudah mirip dengan zombie yang tidak tidur berbulan-bulan. Boro-boro mirip putri Aurora yang asli, sama Maleficent aja kalah cantik dia.

Lena membuka mulutnya lebar, gadis itu terkejut melihat kehadiran orang yang digadang-gadang sebagai Pangeran Kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lena membuka mulutnya lebar, gadis itu terkejut melihat kehadiran orang yang digadang-gadang sebagai Pangeran Kampus. Gadis dengan kacamata bulat itu, kebingungan setengah mati. Kira-kira ada urusan apa Pangeran Kampus mendatanginya?

Bukannya mengatakan sepatah dua patah kata untuk menjawab kebingungannya, sang Pangeran Kampus malah memberinya sebuah kotak hadiah berhias pita merah muda di atasnya. Dengan ragu Lena menerimanya, belum sempat dia itu bertanya. Eh, si Pangeran Kampus sudah pergi.

Lena menoleh ke arah Pangeran Kampus yang sudah menghilang di tengah lautan manusia, gadis manis itu menatap kotak hadiah yang ada di tangannya. "Bukan bom, 'kan?" monolognya sembari menggoyangkan kotak itu penuh curiga.

Ada suara benturan benda di dalamnya, tapi benda itu terasa ringan. Tidak seperti bom yang rata-rata cukup berat. Lena menghela napas lega, setidaknya ini bukan bom yang bisa membunuhnya. Ia memutuskan memasukkan kotak hadiah misterius itu ke dalam tas sebelum masuk kelas. Sebenarnya dia penasaran setengah mati, tapi belajar kan lebih penting.

***

"Len, itu kotak apa?"

Lena menyembunyikan kotak hadiah di balik punggungnya karena Hannah, teman baiknya melihat. Bisa heboh kalau Hannah sampai tahu kotak hadiah ini dari Pangeran Kampus.

"Nggak usah diumpetin kali!" kesal Hannah yang langsung merampas kotak hadiah itu. "Ini dari siapa?"

"Dari orang asing," dusta Lena seraya mengambil kembali kotak itu dari tangan Hannah.

"Jangan bilang dia Secret Admirer lo?" terka Hannah antusias. "Atau mungkin, pacar lo?"

Lena melotot tajam. Langsung membantah gagasan itu, "Bukan! Dia cuma orang asing yang kebetulan lewat!"

Hannah menatap Lena penuh kecurigaan, gadis itu mendekatkan wajahnya pada Lena untuk mencari-cari kebenaran. "Lo bohong," ungkapnya kemudian. "Ketahuan banget, setiap bohong pasti lo merem. Ngaku aja!"

Lena menghembuskan napasnya, cepat banget ketahuannya. Ia menoleh ke kiri-kanan, memastikan suasana aman sebelum berkata jujur, "Dari Pangeran Kampus."

Mulut Hannah terbuka selebar-lebarnya. Lena langsung menutup mulut itu sebelum kata-kata yang tidak diharapkan meluncur.

"Dia tiba-tiba kasih ini. Gue juga bingung," jelas Lena tanpa melepas bekapannya. "Kita berdua benar-benar nggak ada hubungan apa-apa. Jadi, jangan salah paham."

Hannah menepis tangan Lena karena mulai sesak napas, gadis itu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum membalas, "Gue juga tahu kali. Cuma aneh aja Pangeran Kampus tiba-tiba kasih lo hadiah. Gue kan jadi curiga."

"Udah dibilang jangan salah paham," tegas Lena sembari melotot.

"Bukan itu maksudnya!" sanggah Hannah. "Gue curiga kalau Pangeran Kampus dendam sama lo, bukannya suka sama lo. Nggak mungkin juga cowok unreal kayak dia suka sama lo."

Lena berdecak kesal. Enak sekali Hannah mengatainya kurang menarik dengan tersirat. Jelas-jelas walaupun kucel, dirinya masih kelihatan cantik. "Sekalipun dia nggak suka sama gue, dia nggak mungkin dendam juga. Orang interaksi aja nggak pernah," imbuhnya.

"Ya siapa tahu aja," Hannah ngeles. "Mending lo buka aja, gue penasaran apa isinya."

Lena mengangguk mengerti, gadis itu membuka pita merah muda yang membungkus kotak kecil itu. Setelah pitanya terlepas, Lena membuka tutupnya. Tak lama kemudian, ia melotot tajam melihat isi yang ada di dalamnya.

"Kok cuma permen?!" komentar Hannah yang kecewa. "Kirain surat ancaman."

Lena merinding mendengar komentar Hannah, mending dapat permen kali daripada surat ancaman. "Makanya jangan berlebihan," gerutunya. Sebenarnya ia juga kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Memang apa yang ia harapkan dari Pangeran Kampus?

Di dalam kotak hadiah itu terdapat lima buah permen merek 'Kiss' rasa anggur. Lena suka memakan permen merek itu ketika belajar, saat mengantuk, ataupun lagi gabut. Gadis itu hendak mencomot satu buah permen untuk dimakan, tapi yang namanya Hannah tidak mau mengalah. Dia mengambil empat buah permen dan menyisakan satu untuk Lena.

"Anggap aja uang tutup mulut," serunya lantas kabur membawa permen-permen itu.

Lena mengucapkan istighfar berkali-kali, dengan perasaan tidak ikhlas. Ia memakan satu permen yang tersisa. Untung saja Hannah teman baiknya, kalau tidak ... habislah dia.


***

Halo semuanya, aku upload cerita baru yang bertema campus life. Sebenarnya cerita ini udah lama di-draft aku, tapi baru sempat sekarang aku upload.

Semoga kalian suka dan jangan lupa vote and comment-nya!

Pangeran Kampus Dan Putri Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang