Lena menaiki tangga dengan langkah terburu-buru. Hari ini dia bangun kesiangan karena mengira mata kuliah jam pertama ditiadakan. Ternyata dosennya cukup plin-plan, sehingga niat yang tadinya ditiadakan jadi diadakan.
Saat bangun tidur, Lena sangat terkejut melihat notifikasi di grup yang penuh kata-kata umpatan. Yang membuatnya lebih terkejut adalah pesan dari pak Dosen. Untungnya jantung Lena masih sehat sentosa. Kalau tidak, ia sudah dirawat di rumah sakit sekarang.
Masih di tangga, gadis itu berjuang menaiki puluhan anak tangga untuk sampai di lantai lima. Kampusnya ini cukup healthy, di mana tidak memfasilitasi lift. Padahal gedung fakultasnya ada enam lantai. Sungguh mulia sekali, bukan? Sudah tiga semester Lena naik turun tangga, tapi dirinya belum terbiasa juga.
Sesampainya di lantai lima, Lena ngos-ngosan. Gadis itu berhenti sejenak mengambil napas sepuasnya, setelah dirasa cukup. Ia langsung berlari menuju kelasnya.
"A—," Lena menahan umpatan ketika melihat kelas yang harusnya penuh sesak menjadi kosong melompong.
Gadis itu terduduk lemas di salah satu bangku yang ada di depan kelas. Kemudian ia membuka ponsel untuk mencari jawaban atas anomali ini. Lena tersenyum kecil begitu mendapatkan jawaban, gadis itu menyenderkan punggungnya sembari menatap plafon. "Pantas aja kosong, nggak jadi ternyata."
***
"Hahaha," Hannah tertawa puas mendengar curhatan Lena yang kena prank dosennya sendiri. Omong-omong, Hannah tidak satu kelas dengan Lena karena itu dia bisa tertawa puas.
Lena mengerucutkan bibirnya kesal sembari menyeruput es teh yang ia pesan. Ia masih belum menerima kejadian tadi pagi. Sudah buru-buru datang, tanpa mandi tanpa make-up, terus lari-larian di tangga pula. Ternyata kelasnya tidak jadi masuk.
"Lagian salah lo sendiri. Udah tahu pak Dosen yang itu plin-plan, tapi nggak dicek ulang," ujar Hannah sambil geleng-geleng kepala.
"Tadi gue pikir itu udah fix. Soalnya teman-teman pada absen hewan di kebun binatang. Eh, sepuluh menit kemudian sama bapaknya diralat. Mana gue nggak buka hape lagi. Capek banget," sambung Lena. Gadis itu menaruh kepalanya di atas meja, ia sungguh lelah.
"Lain kali lebih teliti," saran Hannah. Dia ikut menaruh kepalanya di meja. "Btw, nggak ada kabar dari Pangeran Kampus?"
Lena langsung menegakkan kepalanya. "Kok jadi dia?" bingungnya.
"Ya siapa tahu dia kasih lo apalagi gitu," jawab Hannah tanpa beban.
"Terus lo ambil lagi?" sinis Lena. "Nggak ada. Jangan harap, deh."
"Gue nggak ngarep juga." Hannah sedikit jahil, ia ingin mempermainkan emosi Lena. Sangat lucu melihat Lena marah. Lagi pula ini kesempatan langka, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Paling lo yang ngarep."
Lena memukul lengan Hannah gemas. Ia sungguh kesal. Lagi emosi-emosinya malah diledekin. "Udah, jangan mulai! Gue lagi emosi tahu!" pintanya.
Hannah tertawa pelan. "Iya-iya, Princess Aurora."
***
Sore-sore begini enaknya makan bakso. Setidaknya itulah rencana mumpuni yang muncul di kepala Lena. Ia sudah cukup lama tidak memakan bakso, kebetulan mamanya juga sedang berada di rumah kerabat sehingga tidak ada makanan yang tersedia.
Menganggap ide itu sangat bagus, Lena mengambil ponselnya. Gadis itu membuka aplikasi Go-Food untuk melihat-lihat list bakso yang menggugah selera. Ada banyak sekali kedai yang menjual bakso dengan rating bagus pula, tapi Lena bingung memilih toko yang mana. Semuanya terlihat lezat. Dia kan jadi pengin beli semuanya. Ah, tapi tidak baik jadi orang yang serakah. Lena memutuskan memilih toko paling atas. Biasanya yang teratas adalah yang terbaik.
Sembari menunggu pesanannya datang, Lena membuka aplikasi YouTube. Di beranda ada banyak sekali rekomendasi video yang mempertontonkan orang-orang sedang mukbang atau ASMR. Dengan susah payah ia meneguk ludah melihat tampilan makanan yang sangat menggiurkan. Tak mau menyiksa dirinya sendiri, Lena memilih mencari video lain.
Akhirnya tiba juga! Lena tersenyum ceria mendapat pesan Abang Gojek sudah sampai di depan rumahnya. Gadis itu berjalan cukup semangat membuka pintu rumah. Abang Gojek dengan helm dan jaket hijau kebanggaan sudah menunggu di depan sembari menenteng plastik transparan.
"Dengan Mbak Lena?" tanya Abang Gojek itu. Lena mengangguk. "Ini pesanannya. Satu bakso dan satu pangsit kuah."
"Terima kasih," sahut Lena sembari menyerahkan uangnya.
"Sama-sama."
Lena menunggu Abang Gojek itu pergi sebelum masuk ke dalam rumah. Eh, kalau dilihat lebih teliti ia seperti pernah melihatnya, tapi di mana? Jika diingat-ingat lagi suaranya cukup familier, apalagi postur tubuhnya yang cukup kekar dan tinggi. Lena merasa pernah melihat orang itu. Kira-kira di mana, ya? Siapakah dia? Bikin orang penasaran saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kampus Dan Putri Tidur
Narrativa generaleLena sadar betul jika dirinya bukan selebriti kampus. Ia tidak seterkenal Laura yang fansnya ada di mana-mana. Namanya pun tak seharum Melati yang sering menyumbang piala, tapi kok Pangeran Kampus bertingkah aneh di depannya? Lena jadi bertanya-tan...