Yay, bintang nya udah seratus...
🥰🥰🥰
Keknya chap ini bakal biasa2 aja ges ya...Keluarga Hyugaa adalah pemilik usaha sake yang besar. Tidak ada namanya omset turun karna minuman ini adalah sebuah tradisi yang tidak bisa di pisahkan dari masyarakat matahari terbit itu.
Terutama menjelang hari-hari perayaan. Namun bagi Hinata, tidak ada kebanggaan sama sekali saat menyandang nama itu di belakang namanya.
Itu hanya sebuah nama tanpa arti baginya. Sudah beberapa tahun sejak ia lulus kuliah dan memutuskan untuk pergi dari kediaman keluarga besarnya dan mencari uang dengan kedua tangannya sendiri.
Saat ini ia masih mempunyai uang dari peninggalan ibunya yang telah tiada. Dan ia merasa sangat senang karna ia baru di terima di salah satu perusahaan terbesar di negaranya.
Ia bertekad akan bekerja sebaik mungkin, dan mengumpulkan uang yang banyak hingga ia bisa membeli omongan orang-orang yang selama ini selalu meremehkannya.
"Sudah punya pacar?"
"Belum, saya sibuk mencari uang." Hinata menjawab pertanyaan absurd dari atasannya ini entah untuk yang beberapa kalinya.
"Dengan siapa kau tinggal?"
"Sendiri."
"Kenapa pakaianmu begitu?"
"Saya tidak nyaman dengan pakaian pendek."
Hinata terus menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan padanya tanpa sekalipun kehilangan konsentrasi. Dan ia bangga akan hal itu.
Hinata bersiap pulang dan melihat kedua orang yang bersamanya tadi pagi masih sibuk dengan pekerjaan mereka.
Ia melenggang tanpa ada seseorang pun yang menegurnya. Dan ia berpikir bahwa pekerjaan ini benar-benar cocok untuknya.
Ia menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku dan membeli beberapa buku. Itu karna ia tidak menyangka jika ia harus menguasai bahasa lain selain Inggris.
Ia berencana akan begadang untuk belajar.
Hinata pulang ke apartemen miliknya. Ia sudah membayar biaya sewa apartemen itu untuk setahun penuh.
Apartemen miliknya berada di lantai sepuluh. Memang apartemen yang ia sewa tidak terlalu besar dan sangat minimalis. Namun ia menyukainya, lokasinya dekat dengan kantor dan lingkungannya nyaman.
.
"Tepat waktu, nyaris terlambat." Hinata mengatur nafasnya setelah ia berlarian untuk bisa sampai di kantor tepat waktu.
Ternyata, begadang untuk belajar bukanlah gagasan yang baik.
"Ikuti aku." Shikamaru, atasan sekaligus mentornya berseru.
Hinata tak tau, apa Shikamaru memperbolehkannya menganggap bahwa lelaki itu adalah mentor baginya. Tapi begitulah yang Hinata rasakan.
Mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di kantor ini ia tak pernah melihat Shikamaru mengenakan kemeja atau jas seperti karyawan lain.
Atau seperti CEO mereka Namikaze Naruto. Shikamaru, atasannya itu kali ini mengenakan kaos polos berwarna army dengan celana jogger dan sepatu kets.
Selama setengah jam, Hinata duduk di belakang Shikamaru dan menyimak baik-baik rapat kilat pagi itu.
Ia bisa menyimpulkan bahwa rapat pagi adalah hal yang sangat penting. Sepenting menentukan jalannya pekerjaan mereka hingga akhir hari.
Dan di rapat pagi pertamanya itulah ia bisa melihat bahwa atasannya yang bernama Shikamaru itu menjadi ratusan kali lipat memancarkan aura yang sangat berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendokusai
Short StorySeumur hidupnya, Shikamaru hidup kelewat santai. ia memiliki kedua orang tua yang lumayan terpandang di masyarakat. juga tak pernah menuntutnya macam-macam. apalagi membanding-bandingkannya dengan orang lain. ia tak pernah membela dirinya, bukan k...