Korban Pertama

519 21 0
                                    

Namaku Andi, aku seorang polisi di bagian satreskrim yang sudah 3 tahun bertugas di Bandung. Berbagai kasus pernah aku tangani dari kasus kecil hingga kasus pembunuhan berantai.

Dari semua kasus yang pernah ku tangani ada satu kasus yang baru kemarin laporan masuk dan segera kami investigasi. Kasus pembunuhan dengan korban seorang shemale atau waria atau ladyboy. Korban ditemukan tak bernyawa oleh seorang pemulung di semak-semak pinggir jalan raya. Setelah kami olah tkp dan mayat kami bawa ke rumah sakit untuk proses autopsi dan identifikasi. Namun untuk proses identifikasi sangat sulit karena jari-jari korban di putus semua, begitu pula matanya dicongkel. Sedang tak ada kartu identitas di dalam dompet korban. Hanya ada dua lembar uang kertas seratus ribuan. Dan lagi, batang kemaluan korban hancur seperti kena pukulan benda tumpul. Dokter yang mengautopsi bilang kematian korban diakibatkan kehabisan darah. Jadi dia disiksa terlebih dahulu hingga hampir mati kemudian dibuang ke semak-semak hingga akhirnya mati kehabisan darah. Untuk sementara dugaan kami motif pembunuhnya adalah balas dendam, karena barang korban seperi uang dan perhiasan masih ada. Hanya identitas saja yang hilang.

"Pak Andi, barusan dari forensik mengirim data kasus mayat di semak-semak" Kata Erna, bawahanku.

"Oke terima kasih ya" Kataku mengambil berkas.

Aku mulai membacanya dan ku temukan suatu yang janggal. Ternyata mayat itu adalah seorang waria. Ini dibuktikan dengan riasan dan pakaian yang dikenakan. Namun identitas mayat masih belum jelas. Perlu test DNA dan menelusuri laporan orang hilang dalam beberapa waktu terakhir.

"Erna, tolong kamu cari data laporan orang hilang dalam beberapa hari terakhir. Sortir lagi orang tersebut adalah waria" Kataku pada Erna.

"Baik siap laksanakan pak" Kata Erna mengiyakan permintaanku.

Hari sudah sore. Aku masih di kantor dengan kasus mayat tadi untuk mencari identitas korban.

"Mohon ijin pak, saya menemukan data laporan orang hilang dengan ciri waria. Pelapor juga seorang waria, namanya Fanny mengaku kehilangan kontak selama seminggu dengan teman sesama warianya" Erna berujar panjang lebar mengenai laporan orang hilang itu.

"Bisa kita temui dimana si Fanny ini?" Tanyaku.

"Saya coba hubungi nomornya tidak aktif pak, tapi dia sudah memberikan alamat tempat tinggalnya" Jelas Erna.

"Ayo kita segera kesana!" Perintahku disambut Erna dan Ibnu, yang juga salah satu bawahanku.

Kami meluncur malam itu menuju ke rumah salah satu orang yang melaporkan tentang orang hilang. Dia tinggal di sebuah apartemen yang tergolong menengah ke atas. Kami segera   menemuinya. Setelah diketuk pintunya beberapa kali seseorang membukakan pintu.

"Iya, maaf ada yang bisa saya bantu kak?" Tanya laki-laki yang membukakan pintu. Rambutnya hitam tidak terlalu panjang namun sepertinya sering ke salon.

"Kami dari kepolisian kota, apa benar ini tempat tinggal Fanny?" Tanyaku langsung to the poin.

"Eh iya kak, eh pak, emang ada perlu apa nyari Fanny kak?" Tanya orang itu dari gelagatnya dia ngondek.

"Kami hanya ingin Fanny memberikan keterangan tentang laporannya tempo hari" Kataku menjelaskan maksud kedatangan kami.

"Oh, silahkan masuk, maaf berantakan ini" Kata orang itu mempersilahkan kami masuk dan duduk di ruangan yang penuh barang-barang berserakan.

"Perkenalkan saya Evan, tapi kalo lagi dandan jadi Fanny" Kata orang itu sembari tersenyum nakal.

Ternyata dia adalah Fanny yang membuat laporan tentang temannya yang hilang selama 2 minggu lebih. Dia pun mulai bercerita tentang temannya yang hilang itu. Namanya adalah Intan, tentu bukan nama aslinya karena juga seorang transgender. Nama aslinya Indra, dia sahabat dekat dengan Fanny atau Evan ini. Sebelum menghilang Intan  pernah berpamitan pergi ke Bali untuk beberapa minggu. Sepulangnya dari Bali Evan dan Intan pernah bertemu sekali. Semenjak itu Evan kesulitan menghubungi Intan, nomor HPnya aktif tapi tidak ada balasan atau mengangkat panggilan telepon. Pernah beberapa kali rumahnya didatangi Evan namun terkunci rapat. Sejak itu Evan melaporkan Intan sebagai orang hilang.

"Kamu bisa beritahu ciri-ciri khusus si Intan ini?" Tanyaku menginvrstigasi Evan.

"Ehmmm, dia cantik, bodinya seksi, dan... " Belum sempat Evan melanjutkan Erna menyela

"Maksudnya ciri yang spesifik, semacam tanda lahir atau tato mungkin!" Erna bicara sedikit menggertak.

"Ouhh maaf kak, ehmmm apa ya, eh iya aku inget di tengkuknya tepat di balik rambut ada tato INDRAMA" Ucap Evan.

Aku lalu menelpon ke bagian forensik dan menanyakan perihal tato dibagian tengkuk. Ternyata memang ada dan sama persis seperti yang Evan katakan.

"Sebaiknya kamu ikut kami, ada yang perlu kamu ketahui tentang Intan" Kataku pada Evan.

Kemudian kami meluncur ke rumah sakit untuk melihat langsung dengan Evan.

Setibanya di ruang jenasah, ketika selimut dibuka dan terbujurlah mayat di depan mereka.

"Intaaaaaaaan" Seketika Evan menjerit disusul dengan tangisan.

Erna dan petugas forensik coba menenangkan Evan yang shock.

Evan meyakinkan bahwa itu adalah Intan, sahabatnya. Meski wajahnya tak lagi berupa dia ingat betul bagaimana Intan.

"Erna, korban telah teridentifikasi, segera lakukan pencarian data tentang korban!" Perintahku pada Erna.

"Siap ndan" Jawab Erna.

Bersambung ya gaes ya, jangan lupa vote & follow ya

Jagal AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang