6

269 5 0
                                    

Jennifer Pov.

Kurasa Paul sudah mulai mandi, dan aku akhirnya bisa mengganti pakaianku" Ujarku sambil melihat ke arah kamar mandi, kamar mandiku hanya dilapisi sekat kaca buram, dan kalopun paul melihat ke arah kamar dia hanya akan melihat siluwetku. Massa bodoh, aku harus bergegas sebelum terhalang macet dan membuatku terlamat tiba di rumah sakit.

Baru saja kulepaskan pakaianku dan mulai berpakaian kudengar bunyi hantaman dari dalam kamar mandi, mataku akhirnya memperhatikan tetapi terlalu buram karna paul sengaja tidak menyalakan lampu.

Aku masih bersabar di hantaman pertama dan sungguh hatiku tak tenang di hantaman selanjutnya, entah ada apa dengannya, paul tak pernah sefrustasi ini, atau aku tak pernah tau sisi lain paul,. Entahlah aku tak ingin memikirkannya.

"Paul!!!!! " Panggilku pelan

Tak ada jawaban hingga panggilan ke tiga dan kuputuskan untuk membuka pintu kamar mandi,

Tubuhku langsung basah, dan shit aku menggenakan pakain berbahan satin yang tipis, dan jika aku basah maka kedua gunungku akan membuncah. Tetapi tidak, bukan itu yang mengerikan, mataku terpaku secara bergantian pada kenjantanannya yang besar dan mengeras, juga tangannya yang berdarah..

Aku masih ragu, antara ingin mendekat, atau menunggu jawabannya, tetapi paul tetap membeku menanti reaksiku.
Matanya menatapku intens dan yah bukan hanya tubuhku yang basah melainkan sesuatu dibawah sana terasa berdenyut, apakah ini reaksi karena lama tak bercinta??.

Aku berjalan ke arah shower dan mematikannya, agar aku tau apa yang terjadi, jelas saja kulawan keinginan untuk melihat kearahnya, melawan hasrat untuk melirik kejantanannya yang tampak lezat dan menarik untuk pulang kerumah. Sungguh terlalu liar pikiranku.

"Apa yang kau lakukan paul? Apa maksudmu dengan menyakiti dirimu sendiri di flatku hah?? "

Kuusahakan mengatur nafas dan suaraku agar terdengar normal dan datar.

" Keluarlah, aku akan mengobatimu dan kurasa kau berhutang penjelasan untuk 2 aksimu ini. "

Paul masih membeku saat kubalikkan tubuhku dan berjalan keluar, namun tiba tiba kurasakan tangannya memegang pergelanganku erat dan menarikku ke dalam pelukkannya.

"Maaf 5 menit saja, please... "

Ucapnya memohon. Kemudian tangannya menyalakan shower, mungkin agar aku tak melihatnya menangis. Tubuhku menegang, bingung dan khawatir jika hatiku tak akan baik baik saja. Bukan karena pelukan ini, tetapi karena jauh di dalam hatiku masih ada tempat istimewa untuknya. Yah untuk seorang Paul Scot yang tak terlupakan.

Aku hendak mengangkat wajahku tetapi pelukannya semakin erat, entah apa yang kulakukan bersama suami orang dibawah guyuran shower kamar mandiku. Wajahku memanas, bukan karena air dari pancuran tetapi sudah 5 tahun sejak pelukan perpisahan kami.

"Ada apa Paul??? "
Kalimatku pecah ditengah riaknya air pancuran. Aku memberanikan diri bertanya, mungkin dia mau berbicara padaku.

"Kurasa aku membutuhkan seorang teman" Ucapnya pelan masih tetap memelukku erat.

"Aku disini paul, kau tau bisa mengandalkanku seperti dulu kan?? "

Aku menengadah memandang matanya yang sedikit merah,
Paul terlihat lebih murung, matanya sedikit sendu tapi tetap tampan, jika saja kau bukan suami Pamela, barangkali sudah kuhisap bibirmu yang lembut itu.

Tiba tiba air dari shower berhenti karena paul telah menekan tombol off, paul menagkup wajahku dengan kedua tangannya, menarik wajahku lebih dekat dengannya lalu melumatku, aku terdiam, padahal baru saja kufikirkan tentang ciuman ini.

Love, Sex n AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang