02; Meet & mate

12 1 0
                                    

Brukk!

"Duh! Kalo jalan tuh yang bener dong!" Ucap Kallia kesal. Ia baru saja menabrak seseorang di lorong rumah sakit tempat Kallia berobat kesehatan mentalnya. Kallia terjatuh dan barang yang dibawa pun terjatuh.

"Lo yang salah. Gua duluan, ada urusan!" Ucap sang penabrak lalu segera berlari ke arah lift. Sial, Kallia tak sempat melihat wajah sang penabrak.

Kallia berdecak kesal lalu segera memungut barangnya yang terjatuh. Tiba-tiba ada yang menolongnya. Kallia terkejut, ia seperti berada di dalam novel fiksi yang biasa ia baca maupun di drama korea yang biasa ia tonton saat mempunyai waktu luang.

"Nih barang lo! Lain kali bawa barang tuh yang bener." Ucap cowok yang membantu Kallia. Suaranya tidak asing bagi Kallia, namun ia tidak mengenali pemilik suara tersebut.

"Thanks. Tapi, lo kenal gue?" Tanya Kallia. Orang tersebut mengangguk.

"Siapa sih yang gak kenal lo? Sayang banget kalo orang lain gak kenal lo. Tapi yang lebih di sayangkan adalah, lo yang gak kenal gua, ya kan?" Tanya cowok tersebut. Kallia mengangguk ragu.

Cowok tersebut mengulurkan tangan, dan mereka berjabat tangan. "Kenalin, Gua Reano Nathaniel. Panggil aja Rean atau Niel." Ucap Reano memperkenalkan diri. Ia tersenyum lebar.

"Ah iya, hai Rean. Kenalin gue Kallia Sadhira, panggil aja Kal." Balas Kallia lalu melepaskan jabat tangan.

"Oh iya, sorry tadi temen gua nabrak lo, dia lagi genting, jadi ya kebiasaan dia terburu-buru." Ucap Reano. Kallia mengangguk kecil.

"Oh dia? Gapapa kok, santai aja." Ucap Kallia.

"Gak papa, gak papa. Ngomong sana sama tembok! Emang bangke lu penabrak! Kalo kita ketemu, gue tandain lo!" Gerutu Kallia dalam hati.

"Eh iya, kalo gitu gue duluan ya? Gue juga lagi GENTING, nih!" Lanjut Kallia memberi sedikit penekanan pada kata 'genting' lalu segera pergi meninggalkan Reano.

Reano menggaruk tengkuknya yang tak gatal ketika melihat kelakuan aneh Kallia.

"Duh! Sial banget gue hari ini, mana kak Ani kasih gue obat banyak banget, enek lama-lama." Gerutu Kallia sembari berjalan cepat ke lobby.

Tut! Tut!

Ponsel Kallia terdengar, dengan cepat Kallia mengangkatnya. Itu telfon dari bapak ojek langganannya sejak 3 tahun lalu. Panggil saja pak Opan

"Halo neng? Bapak udah sampai di lobby nih. Neng dimana?" Tanya pak Opan dalam telfon.

"Halo pak, saya menuju lobby, maaf tadi ada sedikit kendala. Bapak tunggu aja, saya otw." Jawab Kallia.

"Oh, siap neng. Bapak tunggu ya deket minimarket." Ucap pak Opan.

"Oke pak." Jawab Kallia lalu mematikan sambungan telepon, dan bergegas pergi ke lobby.

***

"Kallia!" Panggil Abang Kallia sembari mengetuk pintu kamar Kallia.

Oh iya perkenalkan, namanya Keenan Sadhoro, panggil saja Keenan. (Kinan)

"Kallia buka pintunya!" Pinta Keenan.

"Nggak di kunci bang!" Pekik Kallia dari dalam kamar. Segera Keenan membuka pintu kamar Kallia.

"Kenapa?" Tanya Kallia penasaran. Karena raut wajah Keenan menggambarkan informasi yang tidak sedap untuk di dengar.

"Besok kamu pindah sekolah ke Bandung, ya?" Pinta Keenan. Pupil mata Kallia membesar.

"Jujur gue seneng kalo pindah, apalagi ke Bandung. Tapi nanti gue kangen makanan kantin." Jawab Kallia. Keenan mencubit pipi Kallia. Kallia mengaduh kesakitan.

"Abang kira ada hambatan yang lebih penting, ternyata makanan kantin, toh. Tenang aja, di Bandung makanannya juga enak kok, dijamin betah!" Jelas Keenan. Kallia mengangguk.

"Kapan berangkat ke Bandung? Nanti malam?" Tanya Kallia. Keenan mengangguk.

"Iya nanti malem, tapi kita nginep di apartment abang dulu, karena rumah di Bandung mau di beresin." Jawab Keenan.

"Aku kemas apa aja nih?" Tanya Kallia.

Keenan berpikir sebentar, lalu menunjuk barang yang mesti dibawa. "Baju seragam full seminggu, daleman, novel, outfit sehari-hari, tas, sepatu. Sisanya abang yang urus." Jawab Keenan. Kallia mengangguk antusias.

"Oke abang! Yaudah sono abang keluar, gue mau beresin barang." Suruh Kallia. Keenan memutar kedua bola matanya lalu keluar kamar Kallia.

"TUTUP PINTUNYA ABANG!!" Teriak Kallia ketika Keenan tak menutup pintu, dan Keenan dengan segera berbalik lalu menutup pintu kamar Kallia.

"Yes pindah! Yes pindah!" Seru Kallia kegirangan, sembari memasukkan novel-novelnya ke dalam tas khusus novel.

"Bye, Surabaya! Hi Bandung! YEAAAYY!" Bahkan tak ada kata atau kalimat yang dapat mengekspresikan bagaimana perasaan Kallia sekarang. Semoga kamu tetap bahagia disana, Kallia.

ExelciorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang